Tanah yang di jadikannya sandaran. Key Lin hidup di dunia yang bukan miliknya. Keras, dan penuh penindasan. Keadilan bagaimana mungkin ada? Bagi bocah yang mengais makanan dari tempat sampah. Apa yang bisa dia sebut sebagai keadilan di dunia ini?
Dia bukan dari sana. Sebagai seorang anak kecil bermata sipit penjual koran di barat, apakah di akan selamat dari kekejaman dunia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jauhadi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 Anak Kotor? [Key Lin Tumbuh di Bumi Barat
Shoe menggandeng tangan adiknya. Saat dia berjalan ke depan pintu, dia melihat Key Lin, dan Alex. Dia menyapa Key Lin dengan ramah, tapi hanya menyapa sekedarnya pada Alex.
Shoe, dan Alex adalah teman akrab dulu, tapi Alex jarang pulang, dan berkunjung sehingga hubungan mereka menjadi agak renggang.
Key Lin berjalan beriringan dengan kakaknya. Mungkin khas laki-laki, di depan perempuan mereka jarang tampak bergandengan.
Key Lin hanya tidak ingin bergandengan tangan dengan Alex hanya di sebabkan tidak ingin terlihat seperti anak kecil di hadapan Shoe. Dia tidak ingin Shoe, dan Arina (Adik Shoe) melihatnya bukan sebagai seorang laki-laki.
Saat mereka berjalan, Key Lin tidak memperhatikan jalan yang di ambil oleh mereka. Dia melupakan jika jalanan di sekitar sana selalu berbahaya.
Benar saja...
Seorang pemuda menghalangi mereka, pada awalnya mereka bersikap arogan. Tapi ketika melihat Key Lin di antara orang itu, Robert langsung menghalangi anak buahnya. Robert tahu jika Key Lin tidak akan membocorkan rahasia mereka. Robert bukan orang yang tidak tahu terimakasih, Key Lin mengetahui sedikit rahasia Robert. Tentang dia yang merupakan anak kotor di jalanan yang ternyata merupakan putra walikota.
Robert bukan orang yang berpangku tangan sebenarnya.
Dia bekerja keras sebagai kuli bangunan. Selain sebagai kuli, dia juga bekerja di perkebunan. Robert bukan orang yang akan mengambil uang dari orang lain jika ia tidak butuh.
Gaji yang di peroleh sebenarnya cukup untuk makan sehari-hari. Namun itu hanya terjadi jika ibunya tidak sedang sakit. Pada akhirnya biaya obat yang mahal, membuat dia harus mencari uang lebih banyak lagi. Dia mengandalkan Key Lin untuk makanan jika dia sesekali tidak punya uang. Tapi untuk obat ibunya, dia selalu mencari sendiri.
Itu mungkin bukan alasan untuk memeras seorang anak kecil seperti Key Lin. Tapi Bagi Key Lin. Di jalanan kumuh, dia butuh seorang yang bisa menjaganya dari para preman seperti Robert. Mereka bersepakat untuk saling memanfaatkan. Itulah sebabnya Robert sedikit banyak sangat menghormati sosok kecil Key Lin.
Saat Key Lin menatap Robert, pemuda itu langsung paham masuk tatapan si kecil pemberani itu. Dia langsung menyuruh anak buahnya untuk menyingkir dari jalan. Guna Key Lin bisa lewat.
Robert menggunakan alasan anak kecil, dan pergi sekolah agar teman-temannya tidak menggangu.
Mereka menuruti Robert seperti biasa.
Key Lin lewat dengan tenang. Alex yang melihat itu tentu saja langsung tahu tatapan tunduk di mata Robert yang tertuju pada Key Lin. Apa yang di alami Key selama Alex tidak di sana? Bagaimana bisa Berandalan di gang itu merasa sungkan pada seorang anak kecil?
Dia tak mau ambil pusing. Mungkin mereka memang benar tidak menggangu anak-anak. Tapi saat Alex mendengar percakapan Robert, dan temannya. Dia pun sadar jika mereka memang hanya mengambil uang dari tiga anak, pertama anak penjual koran, kedua anak pemilik kedai, ketiga anak yang tinggal bersama mereka.
Hal baik yang di tangkap Alex adalah para berandalan nakal itu tidak pernah memukul anak kecil, orang tua atau wanita, kecuali jika ketiga manusia itu menyerang, atau membawa senjata.
Dan yang menarik. Bagaimana bisa seorang seperti Robert bisa berakhir di gang kotor seperti itu? Alex mengenal baik Robert, dia adalah anak dari hubungan tidak sah wali kota, dan putri pengusaha kaya. Perusahaan milik kakek Robert jelas tidak bangkrut, ayah Robert selalu mencari keberadaan Ibu Robert, wali kota bahkan belum menikah karena janjinya pada wanita itu.
Bagaimana bisa?
Pikiran Alex yang tengah berkecamuk memikirkan urusan orang lain itu pun akhirnya tersadar. Dia kembali fokus, dan memutuskan segera ke sekolah saja.