NovelToon NovelToon
Sunda Manda

Sunda Manda

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Cerai / Murid Genius / Teen School/College / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:681
Nilai: 5
Nama Author: Yourlukey

Joano dan Luna adalah dua remaja yang hidup berdampingan dengan luka dan trauma masa kecil. Mereka berusaha untuk selalu bergandengan tangan menjalani kehidupan dan berjanji untuk selalu bersama. Namun, seiring berjalannya waktu trauma yang mereka coba untuk atasi bersama itu seolah menjadi bumerang tersendiri saat mereka mulai terlibat perasaan satu sama lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yourlukey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 9

Helen menghela napas lega setelah mendapat telepon dari Polisi bahwa kedua orang tua angkat Joano telah diperiksa tentang laporan penganiayaan. Awalnya Helen hanya melaporkan Tio sebagai pelaku tindak kekerasan, namun setelah Polisi menyelidiki lebih dalam, keduanya tak hanya melakukan kekerasan secara fisik dan psikis terhadap Joano tetapi juga melakukan penyalahgunaan kekuasaan terhadap para karyawan dan beberapa kasus lain yang Helen sendiri tidak mengetahuinya.

Dari balik pintu rumah sakit, Helen menatap Joano sedih. Yang wanita itu tahu Joano adalah anak yang periang, pintar dan juga sehat. Namun, sosok yang ada di dalam ruangan itu justru terlihat sebaliknya, Joano tampak muram dan tidak terurus. Apalagi luka yang memenuhi sekujur tubuhnya, sungguh membuat siapa saja turut iba melihatnya.

“Dengan Ibu Helen Ayudia?" Perkataan suster itu membuyarkan lamunan Helen.

"Iya." Helen menjawab singkat.

"Dokter ingin bertemu dengan anda.” Suster itu lantas membawa Helen kepada Dokter yang menangani Joano.

Setelah beberapa saat berada di ruang Dokter, Helen lantas kembali ke ruangan Joano dan duduk di bangku dekat ranjang pasien. Wanita itu tersenyum tipis begitu melihat Joano terbangun dari tidurnya.

"Gimana keadaan Joano? Ada yang masih sakit?”

Joano menggeleng. Dia terlihat ketakutan setelah apa yang terjadi padanya.

“Joano sekarang sudah aman. Sudah nggak ada lagi yang akan menyakiti Joano.” Helen memegang tangan Joano kemudian berkata dengan yakin bahwa anak itu akan baik-baik saja.

Joano diam. Tatapannya kosong.

Beberapa saat kemudian pintu ruang rawat terbuka. Seketika Joano menoleh ke arah pintu dengan tatapan cemas, tampak khawatir dengan sosok yang akan muncul dari balik pintu. Anak itu menghela napas lega setelah melihat suster memasuki ruangan.

"Ganti infus dulu, ya." Suster melakukan serangkai tindakan untuk mengganti cairan infus Joano, lantas pamit keluar setelah menyelesaikan tugasnya.

"Orang yang membuat Joano seperti ini nggak akan muncul di hadapan Joano lagi, jadi Joano nggak usah khawatir." Ucapan Helen tepat sasaran. Dia tahu apa yang Joano cemaskan saat pintu rumah sakit itu terbuka. Sebelumnya Dokter sudah memberi tahu bahwa psikis Joano terganggu akibat kekerasan. Melihat bekas luka yang ada di tubuh Joano, Dokter mengatakan bahwa kekerasan itu tidak hanya sekali dilakukan. Karena itu, Dokter meminta Helen untuk membawa Joano ke ahli kejiwaan untuk melakukan terapi.

"Beneran dia nggak akan muncul lagi?"

Kelopak mata Helen berkaca-kaca mendengar pertanyaan itu. Dia lantas menganggukkan kepala untuk meyakinkan Joano. "Iya, Tante pastikan dia nggak akan muncul lagi di hadapan Joano. Karena itu, Joano nggak usah takut lagi, ya."

"Iya, Tante." Joano menitikkan air matanya. Mungkin merasa senang dan lega karena Tio tidak akan muncul dan memukulinya lagi.

Ruang rawat itu lengang. Beberapa saat kemudian, Helen kembali membuka topik pembicaraan.

“Ngomong-ngomong, Joano ingat nggak sama Tante?”

Joano diam, mencoba mengingat wajah familier itu.

“Ini Tante Helen. Dulu kita bertemu di taman dan Joano pernah kasih permen ke Tante.” Jelas Helen, berusaha mengingatkan. “Joano ingat, nggak?”

Joano menganggukkan kepala, air matanya kembali menetes.

Helen menyungging senyum kemudian memeluk Joano.

"Kalau Joano mau, Joano boleh manggil Tante, Mama.”

Joano melepaskan pelukan Helen kemudian menatap wanita itu lamat-lamat. "Joano beneran boleh manggil Mama?"

Helen tidak bisa membendung air matanya lagi, dia ikut menangis bersama Joano. "Iya, Joano boleh manggil Mama. Joano juga bisa tinggal bersama Tante dan jadi anak Tante. Nanti Joano bisa main lagi, bisa pergi ke sekolah lagi."

"Beneran boleh?" Joano bertanya memastikan.

"Iya, boleh. Coba manggil Mama.”

Lidah Joano kelu, panggilan yang akan dia sematkan kepada Helen sangat berarti untuknya. Perasaan itu sangat berbeda saat dia memanggil Margaret dan Tio. Mungkin karena panggilan Pak dan Bu yang disematkan kepada Margaret dan Tio juga digunakan oleh para karyawan kafe, jadi posisinya sebagai anak terlihat sama saja. Sementara itu sebutan Mama yang akan disematkan kepada Helen mempunyai makna yang berbeda, itu karena hanya dia satu-satunya orang yang akan memanggil Helen seperti itu.

Joano membuka mulutnya. Berusaha untuk menyebut kata Mama.

“Ma, Mama."

Helen menganggukkan kepala, memberi isyarat pada Joano bahwa dia mengatakan hal yang benar. "Iya.

Joano anakku." Helen lalu memeluk Joano erat. "Mama akan mengurus semuanya lalu tinggal bersama Joano."

Joano membalas pelukan Helen, keduanya menangis dalam keharuan dan kehangatan sebagai sebuah keluarga baru, sebagai seorang ibu dan anak.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!