Tahta Tertinggi

Saat jam makan malam tiba, Fala melangkah keruang makan dengan senyum yang sangat lebar.

"Selamat malam guys," sapa Fala tersenyum lebar.

"Nyengir lo," sindir Jeon.

"Apasih, sirik aja deh," balas Fala.

"Selamat malam tuan putri," sapa Vino lembut.

"Malam dek," ucap Rey.

"Malam juga abang-abang. btw ini si Jean kok belum nongol? Jean belum pulang?" tanya Fala mencari Jean.

"Emang minta dihujat mulutnya si bocil," ucap Jeon.

"Seneng banget yang mau liburan," ucap Jay yang baru datang.

"Heheheh harus dong bang. tapi baru aja duduk disini udah ada hawa panas," ucap Fala yang membuat mereka tertawa kecuali Jeon.

"Ini bang Jean ada info di grup, katanya pulang telat, jadi bahas liburannya besok," ucap Rey.

"Yah... tuan putri jadi kecewa deh," ucap Fala cemberut.

"Hahaha karma is real!" Jeon tertawa.

Fala memutar bola mata malas, "Oiya, gimana sarapan tadi pagi dan makan siang semua aman kan?" tanya Fala.

"Beh aman banget gak perlu di raguin masakan bu Tia. ada yang lahap banget makannya," ucap Jimy.

"Bener banget! gue mau nambah habis woy!" jelas Vino dengan penuh semangat.

"Noleh dikit ilang tuh makanan di depan mata," sambung Jay.

"Paan sih, capu banget kalian," ucap Jeon dengan raut wajah cemberut.

Mereka semua tertawa melihat Jeon yang cemberut seperti itu. mereka memutuskan makan malam tanpa Jean malam ini.

Bu Tia yang melihat Fala bisa tertawa bebas seperti itu ikut merasa bahagia, akhirnya Fala bisa tertawa dengan orang lain selain dirinya.

Sejak Fala memutuskan untuk menetap di kota itu Fala berkali-kali ganti art karna tidak cocok, sampai Fala bertemu bu Tia di depan supermarket sedang mencari pekerjaan dengan berkeliling memegang kertas karton dengan tulisan "Saya mencari pekerjaan, saya bisa mengerjakan semuanya" sejak hari itu bu Tia bekerja untuk Fala.

Meskipun awalnya Fala ingin menyerah karna bu Tia selalu saja lupa dengan kebiasaan Fala.

...----------------...

Malam itu Fala memutuskan untuk tidur cepat dan berpamitan pada mereka yang masih berkumpul di ruang tengah.

"Jangan pakai perasaan," ucap Yogi.

Semua menoleh kearah Yogi yang bersandar dengan mata terpejam.

"Maksudnya bang?" tanya Jeon yang berada di samping Yogi.

"Jangan libatin perasaan apapun, ingat disini kita hanya menjalankan perintah si penguasa tua itu," ucap Yogi.

"Tapi yang gue liat lo udah pakai perasaan ke si bocil bang," ucap Rey.

Yogi hanya terdiam, jika ia pikir-pikir lagi itu ada benarnya. Yogi adalah sosok yang cuek, dingin dan pendiam bahkan ia termasuk manusia yang tak perduli dengan sekitarnya.

Tapi sejak bertemu sosok Fala, Yogi berubah sekarang ia mulai berbaur dengan yang lain, bisa di ajak ngobrol bahkan Yogi orang pertama yang khawatir saaf Fala tak pulang.

Yogi selalu menyangkal tentang apa yang ia rasakan pada Fala. ia sadar jika ia berubah sejak bertemu Fala. namun sebisa mungkin ia menutupinya dari yang lain.

Yogi merasa ada satu hal yang membuatnya ingin terus di samping Fala dan ingin menjaga Fala. tapi ia juga tak yakin dengan perasaan apa itu.

Satu yang ia yakini itu bukanlah perasaan suka pada lawan jenis.

"Kalau salah satu dari kita ternyata ada yang suka Fala gimana?" tanya Vino.

"Yang lo hadapi bukan lagi orang tuanya, tapi si penguasa," ucap Jimy yang membuat semua terdiam.