Fabby Alexandrina merupakan putri tunggal dari pengusaha kaya raya. Kedua orang tuanya meninggal karena mengalami kecelakaan, dan saat ini Fabby tinggal bersama Neneknya.
Neneknya ingin sekali melihat Fabby menikah hingga akhirnya Neneknya pun menjodohkan Fabby dengan seorang sekuriti. Awalnya Fabby menolak, namun Neneknya tetap memaksa.
Akankah Arga mampu membuat Fabby jatuh cinta kepadanya? dan apakah Fabby akan luluh dengan kesabaran Arga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9 Menjemput Fabby
2 jam kemudian, mobil Fabby pun memasuki kawasan kantor dan Arga dengan sigap berdiri. “Selamat siang, bu!” sapa Arga dengan senyumannya.
Jangankan membalas sapaan Arga, membalas senyuman Arga pun Fabby tidak mau. “Kamu bisa nyetir mobil, gak?” tanya Fabby dingin.
“Bisa, bu,” sahut Arga.
Fabby menyerahkan kunci mobilnya kepada Arga. “Parkirkan mobilku, dan ingat jangan sampai lecet, awas saja kalau itu sampai terjadi,” ancam Fabby.
“Tenang saja bu, aku akan berhati-hati,” sahut Arga.
“Nanti kuncinya kamu bawa ke ruanganku,” ucap Fabby.
“Baik, bu.”
Seperti biasa, dengan angkuhnya Fabby pun melengos masuk ke dalam kantornya. Sedangkan Arga hanya bisa tersenyum, entah terbuat dari apa hati Arga sampai-sampai dia tidak pernah merasa sakit hati dengan ucapan Fabby. Padahal selama ini ucapannya begitu sangat menyakitkan.
“Kamu disuruh apa?” tanya Pak Sigit.
“Ini markirin mobilnya,” sahut Arga dengan menunjukkan kunci mobil.
“Oh. Benar kan apa kataku, Bu Fabby sangat menyeramkan,” ucap Pak Sigit.
Lagi-lagi Arga hanya menyunggingkan senyumannya. Arga pun segera memarkirkan mobil Fabby dan setelah itu dia masuk ke dalam kantor untuk memberikan kunci mobil. Para karyawan wanita tidak henti-hentinya menyapa Arga namun Arga tidak memperdulikannya.
Arga mengetuk pintu ruangan Fabby. “Masuk!”
Perlahan Arga membuka pintunya dan terlihat Fabby sedang serius dengan laptopnya. “Ya, Allah dia cantik sekali kalau sedang serius seperti itu,” batin Arga.
Fabby yang merasa tidak ada pergerakan, mengangkat wajahnya dan melihat ke arah pintu. “Ngapain kamu malah berdiri di situ?” ketus Fabby.
“Ah maaf, ini aku cuma mau mengembalikan kunci mobil kamu,” ucap Arga.
“Simpan saja,” sahut Fabby acuh tak acuh.
Arga pun menyimpan kuncinya di atas meja. “Nanti kamu pulang jam berapa?” tanya Arga.
“Setiap hari aku lembur, jadi nanti kalau kamu pulang jangan menunggu aku,” ucap Fabby dengan mata yang hanya fokus ke laptop.
“Kamu sendirian lembur?” tanya Arga kembali.
“Memangnya mau dengan siapa lagi? Poppy gak bakalan mau aku ajak lembur,” sahut Fabby.
“Kalau begitu, aku saja yang akan menemani kamu lembur.” Arga menawarkan dirinya untuk ikut lembur.
“Tidak usah, kamu pulang saja.”
“Tapi aku gak bakalan biarin istri aku lembur sendirian,” ucap Arga.
Seketika Fabby menghentikan gerakan jari-jarinya lalu menatap Arga dengan tatapan tajamnya. “Aku sudah bilang sama kamu, jangan sebut kata istri kalau sedang berada dalam kawasan kantor,” geram Fabby.
“Ah iya, maaf aku lupa.”
“Lebih baik sekarang kamu keluar dan kembali bekerja,” ucap Fabby.
“Baiklah. Kalau begitu aku pamit dulu.”
Arga pun akhirnya keluar dari ruangan Fabby. Fabby menyandarkan tubuhnya dan mengusap wajahnya dengan kasar. Fabby benar-benar tidak menyangka kalau dirinya akan mempunyai suami seorang sekuriti.
“Lama-lama dia semakin menyebalkan, sok ngatur-ngatur aku segala,” gerutu Fabby.
Tidak terasa waktu berjalan dengan sangat cepat. “Bu, aku pulang duluan,” ucap Poppy.
“Oke.”
“Ibu jangan pulang terlalu malam, kerjaannya lanjutkan besok lagi,” ucap Poppy menasihati.
“Oke, bawel,” sahut Fabby dengan nada yang sedikit ditekan.
Poppy terkekeh. “Ya sudah, aku pamit dulu.”
“Iya.”
Poppy pun segera keluar dari ruangan Fabby. Sesampainya di parkiran, Arga segera menghampiri Poppy membuat Poppy tersentak kaget. “Pop, tunggu!” teriak Arga.
“Astaga, kaget aku. Ada apa, Pak?” tanya Poppy.
“Fabby pulang jam berapa?” tanya Arga.
“Sepertinya ibu akan lembur,” sahut Poppy.
“Iya, aku tahu. Maksud aku, Fabby biasanya pulang jam berapa kalau lembur gitu?” Arga mencoba mencari informasi dari Poppy.
“Biasanya ibu akan lembur sampai jam 21.00 malam,” sahut Poppy.
“Apa? Kok malam banget,” ucap Arga merasa terkejut.
“Itu sudah biasa Pak, dari dulu ibu memang suka lembur.”
“Oh, terima kasih ya, Pop, atas infonya,” ucap Arga.
“Sama-sama, Pak.”
Poppy segera masuk ke dalam mobilnya dan pergi meninggalkan Arga. Arga terdiam sejenak, lalu dia pun mengambil motor bututnya dan mulai menyalakannya. "Lebih baik aku pulang dulu, nanti kesini lagi buat tungguin Fabby," batin Arga.
Arga pun segera melajukan motornya menuju rumah Andin. Tidak membutuhkan waktu lama, Arga pun sampai di rumah.
"Loh, Fabby mana?" tanya Nenek Andin.
"Masih di kantor, lembur katanya, Nek," sahut Arga.
"Anak itu ya, sudah nikah masih saja lembur bukanya mengurus suami," kesal Nenek Andin.
"Tidak apa-apa Nek, suka-suka dia saja," sahut Arga dengan senyumannya.
"Tidak bisa begitu Arga, lagi pula kamu juga sebagai suami harus tegas sama Fabby jangan kalah. Nenek menikahkan kamu dengan Fabby supaya kamu bisa mendidik dia biar tidak seenaknya seperti itu," ucap Nenek Andin.
"Memangnya tidak apa-apa jika Arga bersikap tegas kepada Fabby?" tanya Arga merasa tidak enak.
"Gak apa-apalah, sekarang kamu itu imam rumah tangga jadi harus tegas dan Nenek akan selalu mendukung kamu." Andin memberikan semangat kepada Arga.
"Baiklah kalau begitu, mulai sekarang Arga akan melakukan tugas Arga sebagai suami dan Arga akan melakukannya dengan cara Arga sendiri," sahut Arga.
"Nah, gitu dong. Ya sudah, sekarang kamu mandi dulu, habis itu makan," titah Nenek Andin.
"Baik, Nek."
Setelah selesai makan malam bersama Andin, Arga pun segera mengambil kunci motor bututnya untuk menjemput Fabby. Tidak membutuhkan waktu lama, Arga pun sampai di depan kantor Fabby. Arga sengaja menunggu di seberang kantor karena takut Fabby marah.
Cukup lama Arga menunggu, hingga Fabby pun keluar dari dalam kantor dengan langkah gontainya. Terlihat sekali wajah lelah Fabby membuat Arga merasa kasihan. "Kamu dari dulu pekerja keras sekali, pantas saja perusahaan kamu berkembang dengan sangat pesat," gumam Arga.
Setelah melihat Fabby masuk ke dalam mobilnya dan pergi, Arga pun mulai mengikuti Fabby. Hingga baru saja berapa lama berjalan, tiba-tiba saja mobil Fabby berhenti. "Hah, kenapa ini mobil," gumam Fabby.
Fabby berusaha menyalakan mobilnya namun sama sekali tidak bisa menyala. "Astaga, jangan bilang ini mobil mogok, mana jalanannya sepi lagi," batin Fabby panik.
"Lah, kenapa Fabby berhenti di tempat sepi?" batin Arga.
Arga pun segera menghampiri mobil Fabby dan mengetuk kaca mobil Fabby. "Astaga, bikin kaget saja," kesal Fabby.
Fabby pun keluar dari dalam mobilnya. "Kenapa?" tanya Arga.
"Gak tahu, mogok," ketus Fabby.
Arga pun mencoba melihat mobil Fabby. "Ini harus dibawa ke bengkel," ucap Arga.
"Memangnya masih ada bengkel yang buka malam-malam kaya gini," kesal Fabby.
"Ya sudah, mobilnya kamu simpan di sini saja. Aku punya kenalan bengkel, nanti biar aku suruh bawa mobil kamu ke sini," ucap Arga.
"Terus, aku pulang bagaimana?" kesal Fabby.
"Sama aku saja naik motor," sahut Arga.
"Idih ogah, aku harus naik motor butut itu."
"Dari pada kamu nungguin taksi, lagi pula kalau naik taksi malam-malam bahaya apa lagi lihat penumpang cantik seperti kamu takutnya kamu malah di apa-apain," ucap Arga.
Fabby berpikir sejenak, memang benar apa yang dikatakan Arga tapi dia juga tidak mau naik motor butut milik Arga itu. "Ayo buruan naik, aku bakalan pelan-pelan kok," ucap Arga.
"Gak mau."
"Ya sudah kalau gak mau, aku tinggal saja. Tapi jangan salahkan aku jika nanti ada orang jahat yang nyamperin kamu," goda Arga.
Fabby semakin ketakutan, dia pun menahan lengan Arga. "Baiklah, aku ikut kamu," kesal Fabby.
"Oke, silakan naik istriku," ucap Arga dengan senyumannya.
Fabby mendelikan matanya ke arah Arga namun Arga justru terkekeh dan itu membuat Fabby semakin kesal dan jengkel kepada pria tampan yang saat ini menjadi suaminya.
