Aku adalah seorang pacar dari pengusaha kaya dan terkenal di kota ku. Bahkan aku mampu mengalahkan cinta suami orang kepada ku daripada ke istri sah nya. Dendam memang lah sudah terpendam di dalam hati kecil ku yang paling dalam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9
Sebenarnya, Akbar juga tidak tega dan kasihan dengan perlakuan Rega kepada Ersya. Mungkin dalam waktu dekat ini, Akbar akan menceritakan kepada Ersya seperti apa Rega di belakang dirinya. Namun untuk sekarang, mungkin akan lebih baik jika hanya diam saja. Karena Akbar juga tidak mau dirinya disebut adu domba.
Akbar: "Nanti lo tahu sendiri lah apa yang sedang terjadi, tapi lo harus tetap ikhlas aja sih."
Ersya: "Emang ada apa sih ini sebenarnya?"
Akbar: "Ada udang di balik batu."
Ersya: "Lo mah selalu aja bercanda mulu jadi orang."
Akbar: "Idih, emangnya lo marah-marah mulu, pantesan cepet tua."
Ersya: "Apa lo bilang gue cepet tua? Orang muka baby face ini dibilang cepat tua."
Akbar: "Ya bercanda aja sih, lo mah jadi orang baperan mulu, kagak bisa diajak bercanda sama sekali."
Ersya: "Ya, bercanda sesekali, tapi kali ini lo udah ngejek gue, bukan lagi ngajakin bercanda."
Akbar: "Yaudah deh, iya maafin gue ya, kalau gue berlebihan bercandanya."
Ersya: "Bukan berlebihan lagi, tapi sangat-sangat berlebihan!"
Akbar: "Ya udah sih, kan gue udah minta maaf, masa lo masih permasalahin sih?"
Ersya: "Siapa juga sih yang permasalahin?"
Akbar: "Ini nih ciri-ciri orang yang ada masalah, tapi dibesar-besarkan masalahnya, padahal hanya hal sepele saja."
Ersya: "Lo yang ngoceh mulu, berarti lo itu yang membesar-besarkan masalah, dan bukan gue."
Akbar: "Siap, Ndoro Ratu."
Ersya: "Ndoro ratu-ndoro ratu, gue lempar tuh kepala lo pakai batu!"
Akbar: "Ampun dah, lo mah bercanda aja, udah dibawain batu aja."
Ersya: "Iya, karena lo pantes buat ditimpuk pakai batu."
Akbar: "Sebelum lo timpuk gue, kepala lo yang gue timpuk duluan."
Ersya: "Oh, nantangin. Dasar beraninya sama cewek, cowok kasar!!!"
Akbar: "Gue mah lemah lembut, bukan lemah kasar."
Ersya: "Lembut apanya, dah coba."
Akbar: "Ya lembut aja. Lo aja yang ngatain gue cowok kasar di luaran sana. Kalau cewek ketemu gue, pasti kagum akan kelembutan gue."
Ersya: "Serah, lo mau bilang apa, kuping gue malas dengerin."
Akbar: "Terus mau-nya apa?"
Ersya: "Mau-nya mukul lo."
Akbar: "Mau-nya Rega, iya kan!"
Ersya: "Ihh, apaan sih, nggak jelas, enggak juga kali."
Begitulah mereka ketika bercakap, pasti akan ada perdebatan di antara mereka. Tapi ini malah tanpa disadari menjadi kenyamanan bagi salah satu dari mereka. Tak hanya itu, tetapi mereka berdua yang merasakan kenyamanan. Namun apalah daya, kenyamanan itu hanya dimiliki ketika di belakang layar saja. Namun selebihnya, mereka berdua akan menjadi penonton masing-masing.
Lebih baik menonton bioskop sendirian tanpa gandengan dengan pacar daripada harus menonton orang yang memberi kenyamanan namun menjalin hubungan dengan orang lain, bahkan dengan sepupu sendiri. Tapi tetap saja, Akbar tak mau menjadi lelaki yang merusak hubungan orang lain. Dirinya masih menjaga diri sendiri karena memang dirinya banyak dikenal orang lain jika ia adalah seseorang yang baik dan juga bijaksana. Tak rela dirinya kehilangan pujian dan membuat ia tak mampu mengutarakan perasaannya. Mulut bisa saja berbohong, namun hati tak akan pernah bisa dibohongi.
Kebohongan adalah hal yang paling dihindari dari sosok pria sejati. Karena pria sejati adalah pria yang berjiwa ksatria besar. Tapi dirinya juga tak mau dijuluki pahlawan kesiangan. Itulah sebabnya Akbar tak mau membuka suara untuk Ersya. Ia melindungi rahasia Rega dan juga menjaga perasaan Ersya.
Walaupun terus-menerus didesak oleh Ersya agar mengatakan sejujurnya apa yang sedang terjadi di belakang Ersya, dan bagaimana kelakuan Rega di belakang Ersya.
Ersya: "Ayo lah, Bar, gw mohon kali ini saja, gw pengen lo jujur sama gw."
Ersya: "Gak, gue gak mau dibilang lucu."
Akbar: "Yaudah, kalau gitu lo serem kayak Nek Lampir."
Ersya: "Oh my God, lo bilang gue kayak Nek Lampir yang bener aja dong."
Akbar: "Kan menurut lo gak ada yang bener, yaudah begitu saja yang cocok dengan kamu."
Ersya: "Gak, gue juga gak mau dibilang kayak Nek Lampir."
Akbar: "Emang bener-bener lo ya, gue dijadiin bahan serba salah mulu deh perasaan."
Akbar: "Emang kenapa sih? Ada apa?"
Ersya: "Feeling gw malah sebenarnya lo kan yang nyembunyiin sesuatu dari gw."
Akbar: "Astaga, sumpah gw ga tau apa-apa, Er."
Ersya: "Ayolah, plisss, lo kan juga temen gw."
Akbar: "Temen ya temen sih, siapa bilang lo musuh gw?"
Ersya: "Ya ga ada, tapi kan gw pengen lo jujur, udah itu aja."
Akbar: "Gw udah jujur."
Ersya: "Janji deh, kalo lo udah jujur, gw ga akan usik hidup lo lagi."
Akbar: "Usik mah usik aja, gue orangnya kagak peduli, er, selagi gue nggak salah mah."
Ersya: "Ya kan, tapi kali ini lo yang bersalah!"
Akbar: "Hah, salah apa gue?"
Ersya: "Salah lo, nggak mau jujur sama gue."
Akbar: "Gue udah jujur."
Ersya: "Kalau lo jujur, gue nggak bakal bilang ke siapa-siapa, janji hanya kita berdua yang tahu."
Akbar: "Arghhh, kamu mah mana bisa dipercaya."
Ersya: "Ya jelas bisa dong, kan gue sendiri yang bilang janji itu, artinya gue nggak akan bohong sama lo."
Akbar: "Emang lo pikir gue ini apaan? Hanya dibilang jika itu jujur, terus gue langsung percaya begitu saja?"
Ersya: "Ya sudah, berarti sama. Emang lo pikir gw cewek apaan? Lo bilang kalau lo itu udah jujur, terus gw langsung percaya-percaya aja."
Akbar: "Ya beda, gw kan cowok, lo kan cewek. Cowok yang dipegang omongannya, bukan kata-katanya."
Ersya: "Yah, apa bedanya, Ege?"
Akbar: "Ya beda lah, gw yang bilang beda."
Ersya: "Beda-beda, yaudah, gw manusia, lo hewan."
Akbar: "Ya lo jangan ngomong gw hewan dong, kagak adil ini mah namanya."
Ersya: "Adil-adil, kaya tau arti keadilan aja lo."
Akbar: "Ya jelas, karena gw tau apa itu arti keadilan."
Ersya: "Apaan coba, kalau lo bisa jawab?"
Akbar: "Keadilan itu menempatkan sesuatu pada porsinya atau pada tempatnya."
Ersya: "Oh iyakan, tumben lo pinter, belajar di mana?"
Akbar: "Nah, kan lo sih pake kagak percaya sama gw."
Ersya: "Gw percaya sama lo, makanya gw tanya-tanya sama lo, ngerti!"
Akbar: "Kagak!"
Ersya: "Ihh, tuh kan, sebenernya lo tuh napa sih suka ledekin gw?"
Akbar: "Karena lo itu lucu kalau di ledekin."