Namaku Dika Ananto. Seorang murid SMA yang ingin sekali menciptakan film. Sebagai murid pindahan, aku berharap banyak dengan Klub Film di sekolah baru. Namun, aku tidak pernah menduganya—Klub Film ini bermasalah!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengunjung Malam
"Kamu duduk saja di tempat yang kamu suka," ucap Dika setelah menaruh jaketnya di gantungan baju.
Mona terpukau dengan keadaan kamar Dika yang bersih dan rapih. Kamarnya saja tidak serapih milik Dika. Lantai yang bersih. Perabotan yang diletakkan secara tertata rapih. Tempat tidur yang wangi.
Kedua langkah kaki Mona bergerak ke arah tempat tidur dan mencoba mendudukinya. Rasanya sangat empuk. Mona penasaran berapa harga tempat tidur yang dimiliki oleh Dika. Mona ingin sekali mempunyai tempat tidur yang seperti itu.
Dari ruang belakang Dika bertanya apakah Mona menginginkan cemilan. Mona menggelengkan kepala kalau dia harus segera pulang. Baginya cemilan hanya akan menjebaknya untuk menunda-nunda pekerjaan.
Dika yang mengerti hal itu hanya bisa mengangguk. Plastik belanjaan yang sebelumnya Dika bawa langsung dia masukkan ke dalam rak piring dan kulkas.
Seusai menyelesaikan hal yang harus dia lakukan. Dika kembali ke ruang utama untuk bertemu Mona. Dika meminta maaf kalau agak lama sambil berjalan ke atas meja belajarnya.
Dika menyalakan laptopnya dan masuk ke halaman dimana ada beberapa ide yang dia tulis sebelumnya.
[Keinginan Musim Panas]
Tentang seorang gadis yang mempunyai impian besar untuk menyatakan perasaannya pada seorang pria saat festival sekolah berakhir. Namun, takdir seperti tidak mengizinkannya.
[Napas Terakhir Di Musim Panas]
Tentang seorang gadis dengan bakat yang hebat. Tetapi, orang tuanya tidak mengizinkannya. Kehidupannya yang terasa terkekang. Membuat gadis itu kehilangan akal.
[Tahun Terakhir]
Tentang sekumpulan orang yang berada di tahun terakhir SMA. Mereka terjebak dalam perputaran waktu tanpa henti saat festival sekolah dan mencari cara agar mereka keluar dari sana.
[Hantu Tengah Malam]
Tentang seorang laki-laki pecundang yang ingin bunuh diri di sekolah pada tengah malam. Dia bertemu dengan seorang gadis penyendiri. Mereka mempunyai tujuan yang sama. Bunuh diri untuk membuat mereka menderita.
[Terjebak Di Masa Lalu]
Tentang seorang gadis yang penyendiri dan mempunyai penyesalan akan masa lalunya. Sebelumnya dia berniat untuk bunuh diri bersama dengan sahabatnya. Namun, dia tidak jadi untuk bunuh diri dan sahabatnya tewas di depan matanya.
[Waktu]
Tentang seorang laki-laki yang ingin menyampaikan perasaannya pada seorang gadis. Tetapi, laki-laki itu sadar kalau gadis yang dimaksud adalah Ibunya yang berasal dari masa lalu.
Memandangi semua daftar rancangan cerita yang dibuat oleh Dika. Mona termenung untuk sesaat di depan laptop Dika. Tanpa Mona sadari, tangan kanannya terus membentuk pose dibawah dagu layaknya seorang detektif dalam film.
Mona beberapa kali meminta Dika untuk menggeser layar laptopnya agar dia bisa membaca serta membandingkan rancangan cerita yang lebih baik. Tidak membutuhkan waktu lama, Mona memutuskan jawabannya.
"Aku secara spesifik sangat menyukai dengan 'Terjebak Di Masa Lalu'. Walau begitu beberapa cerita lainnya juga nampak menarik," ungkap Mona.
"Oh, itu diluar dugaan. Cerita mana yang juga membuatmu menarik?" tanya Dika sambil bersiap mencatat apa yang dikatakan oleh Mona.
Sebelum menjawabnya, Mona penasaran mengapa cerita rancangan yang dibuat oleh Dika sebagian besar berfokus pada anak SMA dan suatu hal menyedihkan
Dika menjelaskan kalau target penonton adalah anak SMA. Kemudian Dika menjawab kalau kehidupan ini adalah tragedi.
"Tragedi, ya?" gumam Mona dengan termenung untuk beberapa saat.
Mona menunjuk kalau ada tiga teratas yang paling menjadi favoritnya. Mona meminta kalau pendapatnya tidak bisa dijadikan patokan. Karena itu, Mona menambahkan untuk Dika yang menentukan sendiri.
[Keinginan Musim Panas]
Menurut Mona ceritanya seperti dibawa ke arah komedi situasi. Dia sudah pernah menonton beberapa film yang seperti itu. Jadi, dia cukup penasaran dengan eksekusi ceritanya.
[Napas Terakhir Di Musim Panas]
Mona menerangkan kalau ceritanya agak depresi dan mungkin cocok untuk dilihat anak SMA jika target penontonnya di arahkan kesana. Mona yakin kalau cerita seperti ini bisa dirasakan oleh siapa saja.
[Waktu]
Mona pernah menonton 'Back to The Future'. Karena ceritanya dibawa ke arah fiksi ilmiah. Mona penasaran dengan cara eksekusi cerita yang ingin dibawakan oleh Dika. Sebab dia selalu merasa kesulitan menulis cerita fiksi ilmiah.
Setelah Dika mencatat semua yang diutarakan oleh Mona. Dika berterima kasih pada Mona yang telah menyempatkan datang untuk melihat hasil kerjanya. Dika ingin menimbang kembali pemikiran terkait keenam rancangan ceritanya.
Mona mengangguk pelan dan tersenyum. Dia senang bisa membantu Dika. Sambil melirik ke segala tempat. Mona bertanya apakah Dika tinggal sendiri di tempat kosnya.
Dika mengiyakannya dan bertanya mengapa Mona menanyakannya.
Ada senyuman kecil dari bibirnya. Dia mengungkapkan kalau kamar kosnya bisa dijadikan tempat untuk mengumpul. Apalagi cukup luas untuk ditinggali sendirian dengan tiga ruangan.
Kedua langkah kaki Mona berjalan ke ruang kedua yang digunakan untuk menaruh beberapa rak besar. Dengan lemari di sudut ruangan. Matanya melirik ke arah rak berisi peralatan memasak yang lengkap. Tidak lupa ada penanak nasi dan kulkas yang dijadikan berisi makanan. Mona sudah menduga kalau isi kulkasnya Dika hanya berisi makanan instan.
Mona memeriksa ruang ketiga yang ternyata berisi dapur dengan satu kamar mandi. Melihat kamar kos yang cukup lengkap membuat Mona penasaran dengan berapa harga sewanya.
"Tempat kosmu ini menakjubkannya, ya?" celetuk Mona, "Kamu ini anak orang kaya atau gimana? Pasti mahal untuk menyewa tempat ini, bukan?"
"Keluargaku tidak sekaya itu. Untuk saat ini aku memang belum mendapat pekerjaan sampingan sepertimu dan pasti untuk uang bulanan dikirimkan oleh orang tuaku. Karena itu, aku tidak bisa bergantung pada orang tuaku terus," jelas Dika sambil meregangkan otot kepalanya, "Lagipula aku mendapat harga sewa kamar ini dengan harga satu juta lima ratus untuk sebulan."
"Murahnya...." balas Mona dengan singkat.
"Tapi, kau pasti tidak ingin tahu alasan kenapa kamar kos ini murah, 'kan?" Goda Dika sambil memicingkan kedua matanya, "Aku jamin. Kau pasti tidak ingin tertarik kenapa tempat ini sangat murah."
"Pasti bekas yang aneh-aneh, ya?"
Dika mengangguk pelan. Dia sebenarnya tidak ingin menceritakannya pada Mona. Namun, karena Mona terlihat kebingungan. Dika ingin sekali menggodanya.
"Kamar ini dulu bekas orang bunuh diri. Karena tidak ada yang menempati. Akhir aku menyewa kamar ini," jelas Dika sambil mengeluh, "Aku saat itu sudah kesulitan mencari kamar kos. Mau tidak mau, aku menyewa kamar ini. Apalagi kamar lain sudah pada penuh."
"Oke, itu jadi mendadak horor," celetuk Mona, "Kamu bercanda, kan?"
Dika menggelengkan kepala dan mengiyakan ceritanya. Entah kenapa suasana di kamar kos Dika mendadak sepi. Dika sadar kalau dirinya tidak perlu menggoda Mona seperti tadi.
"Mau kuantar pulang?" tanya Dika sambil mengambil jaketnya.
"Itu sudah pasti, 'kan?" kesal Mona sambil memukul punggung Dika dengan kedua tangannya.
Dika baru menyadarinya hari ini. Kalau Mona ternyata sangatlah penakut.