Jatuh cinta pas masih umur enam tahun itu mungkin nggak sih?
Bisa aja karena Veroya Vogt benar-benar mengalami jatuh cinta pas usianya enam tahun. Sayangnya, cinta Ve sama sekali nggak berbalas.
Dua puluh tahun kemudian, ketika ada kesempatan untuk bisa membuat Ve mendapatkan pria yang jadi cinta pertamanya, apa Ve akan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya?
Gimana perjuangan Ve, untuk mendapatkan cinta dari King Griffin A. Cassano?
" Bagaimana dengan membentuk aliansi pernikahan dengan ku? Bukankah tujuan mu akan tercapai? "
" Kau mabuk, ya? "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon little ky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lebih penting yang mana
Griffin mengacak-acak rambutnya karena frustasi. Senekat itu istrinya sampai kabur di acara pesta pernikahan mereka. Dan lagi, kemana perginya sang istri dengan helikopter yang entah milik siapa itu. Kepala Griffin rasanya ingin pecah sekarang memikirkan tingkah istrinya.
Mengingat soal helikopter, dalam pikiran Griffin terlintas satu nama. Hanya orang ini yang bisa memfasilitasi kaburnya Veroya dan hanya orang ini yang akan menuruti apapun yang Veroya inginkan.
Huft..
Griffin bergegas kembali ke ballroom untuk menemui satu-satunya orang yang bisa membantu aksi nekat Veroya ini. Griffin yakin, orang ini pasti tahu kemana perginya helikopter tadi membawa sang istri. Tapi yang jadi masalahnya disini, apakah orang ini mau mengatakan padanya atau tidak.
" Ahhh... Sial.. Kenapa jadi begini? " Griffin tak berhenti mengumpat.
Begitu masuk dalam Ballroom, mata Griffin langsung menelusuri setiap sudut untuk mencari keberadaan Jade. Orang inilah yang pasti akan membantu Veroya, karena Griffin tahu pasti setiap ada masalah apapun memang Veroya akan selalu lari pada Jade.
Cemburu, mungkin saja sejak dulu Griffin merasakannya melihat kedua orang ini begitu dekat. Tapi baru sekarang Griffin bisa memahami perasaan tak nyaman yang dia rasakan dulu saat Veroya dan Jade dekat. Ternyata dia merasa cemburu, saat Veroya memilih mengandalkan pria lain untuk membantunya alih-alih meminta bantuan padanya.
" Jade.. " Griffin langsung duduk di kursi yang ada di samping Jade.
" Hm.. " sahut Jade yang jelas tahu maksud kedatangan Griffin.
" Kemana Ve pergi? Dia pasti mengatakan pada mu kan? " tanya Griffin tanpa basa basi. Ciri khas seorang King Griffin Cassano.
" Hm.. " Jade berdehem sebagai jawaban, " Tapi dia melarang ku untuk memberitahu mu.. " Jade tersenyum miring.
" Dan kau tidak berniat memberitahukan pada ku kan? " tebak Griffin yang seratus persen benar.
" Bingo.... Ve ingin menghukum mu karena membuat dia malu di depan wanita ular kadut burik itu.. " ujar Jade seperti apa yang Veroya tadi katakan di telepon saat meminta Jade menyediakan helikopter untuk membawanya kabur.
Ck..
Griffin berdecak malas, istrinya ini sejak dulu selalu bersikap kekanak-kanakan. Bukan tanpa sebab Griffin menyelamatkan Rukia. Dia hanya tidak ingin mulut Rukia menjelek-jelekkan Veroya yang bersikap bar-bar di pesta pernikahan mereka.
Tanpa Griffin sadari, demi menjaga nama baik Cassano dia telah melukai harga diri Veroya. Disini Veroya menganggap Rukia saingannya, dan Griffin justru menyelamatkan Rukia. Bisa saja kan Griffin memerintah orang lain menyelamatkan Rukia, toh air di kolam renang itu tidak begitu dalam.
Veroya sangat terluka karena ulah Griffin belum lagi teriakan Griffin tadi sebelum menceburkan diri ke kolam. Semakin membuat posisi Veroya sebagai istri King Griffin Cassano semakin tidak ada harganya dibanding seorang sekretaris. Veroya sakit hati, karena itu pergi meninggalkan semua ini.
Tinggal lebih lama di tempat ini hanya akan membuat dirinya semakin dipermalukan oleh Rukia dan mendapatkan cemoohan dari para tamu yang pastinya akan menilai jika Veroya tak ada artinya bagi seorang Griffin.
" Sekarang kau tahu salah mu? " tanya Jade setelah panjang lebar menjelaskan duduk permasalahan yang membuat Veroya kabur.
" Griff.. Andai aku jadi kau aku tidak akan melompat masuk ke dalam kolam renang menyelamatkan wanita itu. Ingin tahu alasannya? " alis Griffin naik sebelah, dia penasaran dengan kelanjutan ucapan Jade.
" Pertama, benar atau salah Ve adalah istri mu dan tugas mu adalah melindunginya dan memastikan tidak ada yang bisa menyalahkan atau menyakiti Ve. Kedua, wanita itu tidak lebih dari seorang sekretaris tapi kau menyelamatkan nya dan malah membiarkan istri mu berdiri seperti orang bodoh di sana.. Apa posisi Rukia lebih penting dari Veroya? "
Degh!!!
Griffin merasa dirinya baru saja ditampar oleh kenyataan. Baru dia sadari jika dia sudah membuat sebuah kesalahan fatal. Veroya adalah istrinya, wanita nya, jadi sudah sepatutnya dia berdiri di depan Veroya apapun alasannya. Benar atau salah, Griffin harus tetap berdiri sebagai pelindung untuk Ve. Bodohnya dia baru menyadari semua ini setelah Veroya kabur.
Griffin termenung memikirkan langkah yang akan dia ambil untuk mengatasi kemarahan Veroya kali ini. Dulu sih mana peduli Griffin mau Veroya marah padanya atau tidak. Tapi entah sekarang dia merasa ada sesuatu yang mengusik ketenangannya saat menghadapi kemarahan Veroya.
Griffin fokus memikirkan kira-kira kemana istrinya itu kabur. Veroya pasti masih berada di negara ini, bisa jadi disekitar perairan yang dilewati kapal pesiar nya ini. Paling jauh, Veroya mungkin ke Roma. Tapi tepatnya kemana istrinya ini pergi, Griffin masih memikirkannya dengan matang.
" Jade.. aku tahu salah ku dimana.. Karena itu aku ingin menebusnya. Bisakah kau mengatakan satu saja clue untuk aku menemukan keberadaan istri cantik ku itu? " Griffin mencoba peruntungan nya untuk merayu Jade untuk mengatakan satu saja clue dimana istrinya berada.
" Kau tahu, Ve sangat suka tempat yang berangin.. Coba kau cari tempat itu. " Griffin menelan ludahnya kasar. Otaknya langsung bekerja keras mencoba memilah tempat-tempat yang sesuai dengan bocoran dari Jade ini.
*
*
Helikopter yang membawa Veroya kabur, akhirnya mendarat di sebuah tanah lapang. Tak jauh dari posisi helikopter Veroya mendarat, ada sebuah rumah minimalis bertingkat tiga. Rumah yang tidak terlalu besar tapi memiliki halaman yang sangat luas. Buktinya Helikopter bisa mendarat di area itu.
Kedatangan Veroya disambut sepasang suami istri yang selama ini merawat rumah minimalis tiga lantai itu. Saat mendapatkan telepon bahwa nyonya muda mereka akan mengunjungi tempat ini, mereka langsung bergegas menyambut kedatangan nyonya muda mereka ini.
Meski dalam hati mereka bertanya-tanya kenapa nyonya muda mereka datang seorang diri tanpa sang suami. Tapi mereka tetap menyambut kedatangan Veroya dengan hangat.
" Selamat datang, nyonya muda.. " sapa sepasang suami istri ini, membungkuk memberikan hormat pada Veroya.
" Terima kasih.. Maafkan aku ya, yang akan merepotkan kalian untuk beberapa hari ke depan. " Veroya terlihat sungkan. Dia merasa tak enak hati karena membuat sepasang suami istri yang sudah tidak muda lagi ini mempersiapkan semua keperluan nya yang mendadak ini.
" Tolong jangan sungkan, nyonya muda.. Kami sungguh senang karena akhirnya ada yang mengunjungi tempat ini. " kedua paruh baya ini tersenyum tulus menyambut nyonya muda mereka.
Veroya merasa terharu karena sambutan hangat dari sepasang suami istri ini. Panggil saja mereka Paolo dan Patricia. Ditemani oleh Paolo dan Patricia, Veroya melangkah masuk ke dalam rumah minimalis berlantai tiga itu.
Saat masuk, mata Veroya dibuat takjub dengan dekorasi rumah ini. Sangat nyaman dan menenangkan apalagi tempatnya sangat jauh dari pusat kota. Di desa ini, tidak banyak penduduknya dan rumah minimalis ini berada cukup jauh dari rumah tetangganya. Cocok untuk Veroya yang memang ingin menyendiri.
" Apa ada sesuatu yang Anda butuhkan, nyonya? " Patricia bertanya sopan.
" Tidak perlu.. Aku tidak butuh apapun, hanya ingin beristirahat saja.. Kalian berdua juga beristirahat lah.. " sepasang suami istri ini langsung undur diri meninggalkan Veroya sendiri di dalam kamar di lantai tiga yang memiliki luas ruangan paling besar.
Veroya langsung melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Melepaskan semua yang melekat di badannya, dan berjalan mendekat ke arah shower. Veroya perlu membasahi semua tubuhnya untuk mengusir semua lelah dan penat yang dirasakannya. Tanpa Veroya sadari, air matanya langsung berjatuhan begitu saja.
" Sakit... Kenapa sakit sekali?? " gumam Veroya memukuli dadanya.
" Kau jahat, King... Kau jahat... " Veroya langsung luruh begitu saja di bawah shower yang sedang menyala. Tak dia pedulikan tubuhnya yang terus terkena air yang mengalir cukup kencang itu.
Andai dia mati disini pun, Veroya tak akan menyesal. Toh untuk apa dia hidup saat pria yang dia cintai justru mengabaikannya.