Farah adalah seorang psikolog muda yang energik dan penuh dedikasi. Setiap pagi dimulai dengan keceriaan, berinteraksi dengan penjaga gedung sebelum menuju tempat kerjanya di lantai enam. Sebagai seorang psikolog yang sudah berpraktik selama empat tahun, Farah menemukan kebahagiaan dalam mendengarkan dan berbagi tawa bersama pasien-pasiennya.
Pada suatu hari, saat makan siang, Farah mendengar kabar bahwa ada seorang psikiater baru yang bergabung di rumah sakit tempatnya bekerja. Jantungnya berdebar-debar, berharap bahwa psikiater baru tersebut adalah kakaknya yang telah lama tak ia temui. Di tengah-tengah rasa penasaran dan kekecewaannya karena belum mendapat kepastian, Farah bertemu dengan seorang pria misterius di kantin. Pria itu, seorang dokter psikiater dengan penampilan rapi dan ramah, membuat Farah penasaran setelah pertemuan singkat mereka.
Apakah pria itu akan berperan penting dalam kehidupannya? Dan apakah akhirnya Farah akan menemukan kakaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ariadna Vespera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9
Satu jam telah berlalu setelah Farah tertidur,
Iplan mengambil kunci mobil dan menghidupkannya lebih dulu. Lalu Iplan
mengangkat Farah perlahan kedalam mobil agar tidak membangunkannya. Dalam satu
jam mereka berduaan dalam tenda Iplan hanya menatap hangat Farah selama satu
jam entah apa yang sedang ada di pikiran Iplan saat itu.
Iplan mulai merapikan tenda dan memasukkannya ke
dalam mobil. Iplan membawa mobil menuju rumah sakit. Setelah sampai di rumah
sakit, Iplan memarkirkan mobil Farah. Awalnya Iplan pikir Farah akan terbangun
dari tidurnya ternyata tidak, Farah masih tidur pulang jadi Iplan memutuskan
untuk menggendong Farah sampai ke ruangannya Iplan.
Kenapa ke ruangan Iplan bukan keruangan Farah Karna
di ruangan Iplan ada kasur sedangkan di ruangan Farah hanya ada sofa jika ingin
tidur di sana. Iplan memakaikan Farah dengan selimutnya lalu dia pergi untuk
mencari sarapan.
Di rumah sakit dokter akan mendapatkan satu kamar
istirahat tapi satu kamar istirahat itu untuk dua dokter dan kamar istirahat
yang Farah tempati itu milik Iplan dan Ruel.
Saat Iplan pergi mencari sarapan ternyata Ruel baru
saja menyelesaikan operasi yang dia bantu, Ruel tidak tau kalau di ruangan
istirahat itu ada orang lain.
Ruel yang sudah kelelahan itu langsung berbaring di
atas kasur dan saat Ruel membalikkan badan untuk mencari posisi tidur yang
nyaman dia melihat Farah yang sedang tertidur pulas.
Ruel yang terkejut langsung memukul Farah, Ruel
pikir itu bukan orang. Farah yang terkejut Karna di pukul oleh Ruel pun
berteriak.
"WOY..." ucap Farah.
"Apakah kau manusia?" Tanya Ruel.
"Pertanyaan macam apa itu, aku manusia tentu
saja." Ucap Farah tegas. Saat Farah menyadari orang yang di hadapannya itu
adalah Ruel. Farah hanya bisa terdiam dan berdiri tanpa melihat Ruel lagi.
Ruel yang kebingungan pun menahan tangan Farah.
"Bagaimana bisa kamu berada di sini, kamu
pencuri yah." Ucap Ruel.
"Pertama dia mengira ku keluarga pasien, dan
yang kedua dia mengira aku pencuri. Tidak bisakah dia mengira aku bidadari saja
kan lebih bagus. Ucap Farah dalam hati.
"Aku bukan pencuri, aku juga tidak tahu
bagaimana bisa sampai kesini." Sahut Farah.
Ruel yang tidak percaya akhirnya menelpon satpam.
Farah ditangkap dan berakhir di pos satpam.
Farah sekarang sedang berada di pos satpam rumah
sakit. Farah sudah nampak putus asa, bingung bagaimana lagi dia harus membela
diri. Farah sudah berkata sejujur yang dia bisa namun, tidak ada yang percaya.
Satpam di sana yang sedang bertugas bukan dari gedung tempat Farah bekerja jadi
tidak ada yang mengenali Farah.
Farah ingin mengatakan bahwa dia salah satu
psikolog tapi kartu identitasnya ada di dalam tasnya yang entah di mana. Farah
tidak tau apa saja yang sudah terjadi saat dia tertidur. Farah ingin memberikan
bukti cctv tapi Farah sedang kena nasib sial. Cctv di rumah sakit sedang
diperbaiki. Farah ingin mengatakan bahwa dokter Iplan yang membawanya tapi
Farah ragu, bagaimana jika Iplan sudah pulang terlebih dahulu tanpa Farah
sadari.
Dan akhirnya Farah ditahan sampai pukul 08:00 pagi.
Farah bersikeras bahwa dia harus pergi ke kantornya sekarang karna ada tamu
yang harus dia temui. Dengan segala bujuk, rayuan dan paksaan yang Farah
berikan kepada satpam yang menjaga akhirnya Farah boleh ke kantornya dengan
dikawal tiga orang satpam.
Malu, tentu saja Farah rasakan tapi dia berusaha
sebisa mungkin untuk tetap percaya diri dengan senyum hangatnya.
"Kanapa kamu di kawal satpam?" Tanya
salah satu rekan kerja Farah.
"Sesekali seperti orang penting yang ingin
dikawal." Jawab Farah dengan nada bercanda.
Saat satpam itu sudah melihat bukti nyata di dalam
kantor Farah, ketiga satpam itu meminta maaf karna tidak mendengarkan
penjelasan dari Farah.
Sudah lah jika kita tidak memiliki bukti yang nyata
dan kuat orang juga tidak akan percaya, sebanyak apapun kita menjelaskan jika
hanya dengan kata-kata orang akan sulit untuk menerimanya.
Farah memahami semua situasi itu tapi tetap saja
naluri normal seseorang kesal Karna tidak didengarkan. Farah tetap bersikap
profesional dan memberitahu ketiga satpam itu untuk kembali bekerja. Farah juga
harus segera bersiap menerima tamu yang datang hari ini.
Dan hari ini juga Farah kedatangan tamu spesial dia
adalah tamu pertama Farah sebagai seorang psikolog. Farah dengan tamu itu
seumuran mereka berbicara layaknya teman bukan pasien dan psikolog.
Tamu itu memang sudah lama sembuh tapi sesekali dia
akan membuat janji dengan Farah hanya untuk sekedar bercerita saja. Meski Farah
selalu bilang mereka bisa bertemu di luar saja tapi tamu itu tidak mau. Tamu
itu bilang akan lebih susah jika ingin menemui Farah tanpa membuat janji
terlebih dahulu.
Awalnya Farah menolak bayaran dari tamu itu Karna
dia bukan pasien lagi tapi tamu itu tetap memberikannya bayaran di setiap
pertemuan. Tamu itu bilang bahwa harganya sangat mahal jika bisa bercerita dan
mendapat nasehat dari Farah. Bahkan sering kali bayaran yang tamu itu berikan
bisa dua kali lipat.
Farah dengan berat hati akhirnya menerimanya tapi
bukan sebagai bayaran melainkan hadiah. Dan tamu itu menyetujuinya.
Nama tamu itu adalah chalsy tapi nama panggilannya
Cici terdengar seperti nama panggilan perempuan tapi chalsy menyukai panggilan
itu.
Cici adalah seorang atlet renang, dia pernah
mengikuti kejuaraan internasional meski bukan dia pemenangnya saat itu lah awal
mereka kenal Karna Cici yang tidak dapat menerima kekalahannya saat itu
akhirnya dia memutuskan untuk ke psikolog dan bertemu Farah.
Cici adalah tamu terakhir Farah hari ini
"Selamat sore." Sapa Cici saat memasuki
kantor Farah.
"Sore Ci, terima kasih atas kerja kerasnya
untuk beberapa hari ini yah."
Dengan senyum hangat Farah mempersilahkan Cici
duduk.
"Terima kasih juga atas kerja keras
kakak."
"Bukannya aku sudah bilang jangan panggil aku
kakak, kita seumuran."
"Tapi aku suka, gimana dong."
"Ayolah, jangan merayuku seperti itu."
"Aku tidak merayu, aku hanya nyaman dengan
panggilan kakak untukmu."
"Sesekali panggillah aku dengan nama asliku
yah!"
"Baiklah, sesekali okey."
Ternyata kedatangan Cici hari ini bukan untuk
bercerita tapi ingin memberikan undangan untuk menonton final pemilihan atlet
yang akan ikm kejuaraan internasional top 3 yang akan di pilih untuk mewakili
negara. Farah yang mendengar itu sangat bangga dengan ucapan Cici selama ini,
dia tidak menyerah dan terus mencari cara bagaimana supaya dia bisa bangkit
kembali.
Bukannya berpikir bunuh diri seperti yang ingin
Farah lakukan di masa lalu. Jika Farah mengingat kembali kejadian itu dia
sangat malu pada dirinya sendiri kenapa bisa menyerah semudah itu, seolah-olah
jika dia mati semua masalah akan teratasi. Sungguh pikiran yang naif dan
gegabah.
Besok juga bertepatan dengan libur nasional jadi
Farah bisa menghadiri undangan itu tanpa harus izin dari rumah sakit.
"Aku pasti akan datang, jika kamu lolos maka
aku akan mengabulkan satu permintaanmu tapi yang memang bisa aku penuhi yah.
Jangan meminta sesuatu yang tidak masuk akal." Ucap Farah. Cici hanya
tertawa tipis saat mendengar ucapan Farah.
Cici juga ternyata bercerita beberapa hal sebelum
dia pulang, seperti bagaimana saat dia latihan, bagaimana dia mendapatkan
dukungan dari orang sekitarnya, bagaimana para atlet profesional memberikan
arahan kepadanya.
Cici penuh dengan semangat saat menceritakan semua
hal itu padahal harusnya dia istirahat karna harus tanding di pagi hari tapi
Cici bilang dia tidak tahan saat melihat Farah entah kenapa selalu ingin
bercerita.
Menceritakan banyak hal sampai lupa waktu,
terkadang. Matahari yang sudah mulai tenggelam pun membuat mereka mengakhiri
sesi cerita hati ini. Cici pun berpamitan dengan Farah lalu pulang untuk
beristirahat agar bisa bugar saat pertandingan. Farah juga suah menyelesaikan
urusannya di kantor dan segera pulang ke rumah.
Berbeda dengan beberapa hari sebelumnya ada yang
memarahi Farah saat pulang tapi hari tidak ada orang tuanya di rumah hanya ada
bibi dan paman yang berjaga. Farah dengan tenang tapi juga rindu memasuki
kamarnya.
Saat selesai membersihkan diri Farah memeriksa
kamera Cctv di mobilnya melihat siapa yang membawa dia ke rumah sakit. Ternyata
memang Iplan yang membawa Farah. namun, Farah bertanya-tanya bagaimana bisa dia
tidak terbangun saat di gendong oleh Iplan. Dan bagaimana bisa dia satu kasur
dengan Ruel. Farah memang belum mengetahui kalau satu ruang istirahat itu di
tempati oleh dua dokter.
Matahari sudah mulai terbit. Farah berencana pergi
lebih awal karna ingin memberi semangat terlebih dahulu.
Farah juga menyempatkan diri untuk membeli bunga di
tempat ibu.
"Pagi ibu."
"Pagi, kesini mau ketemu ibu atau membeli
bunga."
"Keduanya."
"Mau bunga seperti apa kamu hari ini?"
"Yang menandakan semangat."
"Bunga mawar oranye."
Farah menganggukkan kepalanya. Ibu juga bertanya
apakah Farah luang pagi ini. Tapi Farah menjawab iya karna dia harus pergi ke
pertandingan Cici. Ibu sebenarnya ingin mengajak Farah ke suatu tempat tapi ibu
juga tidak bilang mau kemana.