Tragedi, kematian, dendam, hingga keserakahan seorang ayah mulai terungkap pada kasus kematian sejoli yang penuh misteri hingga melibatkan banyak pihak, bahkan terjadinya korban salah tangkap.
Akankah dalang utama dalam kasus ini terungkap?
Jangan lewatkan cerita lengkapnya di Noveltoon.
Terimakasih🙏🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gubuk Baca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Awak Media
“Cih, si sialan ini. Aku benar-benar ingin memukulnya”, ucap Bagas yang melihat tingkah sok keren dari Putra.
Bagas pun pergi meninggalkan lokas tkp.
Hari yang sudah menjelang pagi ini membuatnya memilih untuk kembali ke apartementnya, untuk beristirahat sejenak sambil memikirkan langkah apa yang harus ia ambil kedepannya, dalam kasus yang sangat ingin diungkapkannya.
...***...
Sore Hari.
“Sepertinya, aku harus menemui pak Bambang!”, ucap Bagas setelah memutuskan langkah apa yang ingin ia ambil.
Bagas awalnya tidak ingin mengunjungi pak Bambang, namun ia ingin memastikan apa yang terjadi pada pak Bambang saat ini hingga tidak membuka mulutnya pada kasus kematian putra kandungnya sendiri.
Bagas yang mengetahui posisi pak Bambang saat ini berada di kantornya, dengan segera menyusul kesana lantaran jam usai kerja para karyawan telah tiba.
Pikir Bagas, ia tidak bisa membiarkan pak Bambang kembali ke rumahnya lantaran ia tau bahwa, pak Bambang tidak akan bisa di jumpai di rumah yang penuh pengawasan dan tata tertib konyol itu.
“Syukurlah aku tidak terlambat”, ucap Bagas.
Bagas yang tiba di area kantor pak Bambang ini merasa lega lantaran mobil mewah bermerek Mercedes-Benz S600 Guard masih terpakir dengan aman disana.
“Ya ampun, ini benar-benar tidak bercanda!”, ucap Bagas setelah memperhatikan merek mobil milik pak Bambang.
“Heh, berapa gajinya sampai bisa mengendarai mobil dengan harga Rp. 12,3 miliar ini. Ck, apa dia seorang presiden?”, ucap Bagas.
Bagas tidak habis pikir bagaimana orang yang bahkan belum menjabat sebagi Wali Kota ini memiliki uang sebanyak itu, untuk bisa mengendarai mobil terbaik keluaran Negara J ini.
Saat Bagas sibuk memperhatikan mobil mewah milik pak Bambang sambil mengitarinya, pak Bambang pun muncul bersama sang manager.
“Apa yang kau lakukan?”, tanya pak Bambang yang melihat gelagat aneh dari Bagas saat ini.
“Kau ini siapa? Ada perlu apa dengan mobilku?”, tanya pak Bambang.
Pertanyaan pak Bambang ini cukup menarik bagi Bagas lantaran ia berpikir tidak mungkin pula seorang Bambang yang gencar mengiklankan dirinya di berbagai tempat ini tidaklah mengenali seorang Bagas.
Terlebih lagi Bagas yang mendapat berbagai julukan baik di kalangan fans nya, maupun di lingkungan kerjanya.
“Wah, kau benar-benar melukai harga diriku!”, ucap Bagas yang ingin melihat sejauh mana pak Bambang akan berpura-pura tidak mengenali dirinya.
“Apa kau tidak tau dengan reporter nomor satu yang memiliki dua julukan ini? Hah, apa akau belum cukup membuat kehebohan selama ini, sampai para pejabat juga tidak melirikku”, tambah Bagas.
“Atau, harus kah aku membuat berita yang meledak tentang seorang pejabat kali ini?”, ucap Bagas sambil tersenyum miring mengarah pada pak Bambang dengan tatapan mata penuh tanya.
“Haha, mana mungkin aku tidak tau tentang reporter Bagas, yang cukup terkenal saat ini!”, jelas pak Bambang dengan nada sedikit penekanan.
Namun Bagas tidak terlalu memperdulikan maksud terselubung dari perkataan pak Bambang ini, Bagas pun terus mengoceh untuk menyindir pada orang yang dianggapnya tidak peduli pada kematian putra kandungnya sendiri.
“Benarkah? Tapi, lihatlah mobil ini. Aku cukup tertarik, berapa harganya?”, tanya Bagas dengan nada menyelidiki respon dari pak Bambang.
“Aku tidak tau kau cukup tertarik dalam hal ini!”, ucap pak Bambang.
Bambang paham bahwa Bagas pasti sudah tau harga dari mobil keluaran Negara J yang dirancang khusus pada sektor keamanan yang membuatnya anti peluru dan ledakan.
“Sayang sekali, tapi aku tidak hanya tertarik pada mobil, aku juga tertarik dengan gajimu sebulan”, ucap Bagas yang mulai memprovokasi Bambang.
Tentunya Bambang terprovokasi pada pertanyaan Bagas yang dinilainya terlalu ikut campur masalah selera pribadinya.
Dan mana mungkin pula, Bagas tidak tertarik pada selera pak Bambang akan hal yang tidak normal untuk dimiliki oleh mantan pegawai di salah satu perusahaan yang ada di Kota J
Meski saat ini perusahaan tersebut mejadi salah satu dari sepuluh perusahaan terbaik di Kota J namun, di masanya pak Bambang perusahaan itu bukanlah yang terbaik dan masih terbilang perusahaan baru.
Terlebih lagi pak Bambang saat itu hanya sekedar pegawai biasa, yang tidak mungkin gajinya sanggup membeli mobil seharga miliaran rupiah.
Akan tetapi perkembangan perusahaan itu sama misteriusnya denga harta yang dimiliki oleh pak Bambang saat ini, yang membuat Bagas sangat penasaran siapa orang di balik mereka.
“Apa maksudmu?”, tanya pak Bambang.
Di tengah percakapan pak Bambang dan Bagas mulai memanas hal yang tak terduga pun terjadi. Para gerombolan awak media yang entah dari mana itu bermunculan.
“Lihatlah, itu pak Bambang!”, ucap salah satunya.
Entah apa yang tengah terjadi, namun Bagas mengerti bahwa informasi akan jasad laki-laki pasti telah bocor pada awak media hingga mereka mulai mendatangi pak Bambang.
Mereka pasti ingin menanyakan bagaimana perasaan pak bambang terkait kematian tragis putranya, Bagas pun terdiam disana untuk melihat apa saja yang akan ditanyakan oleh teman-teman dari media ini.
“Pak Bambang, bagaimana perasaanmu terkait penemuan jenazah putramu disungai itu?”, tanya salah satunya yang membuat Bagas tersenyum miring.
Pikir Bagas, serangan tingkat satu pun dimulai.
Ia yang merasa menarik untuk melihat reaksi pak Bambang dengan segera merekam untuk mengenang bagaimana reaksi penuh bohong seorang ayah atas kematian tragis putra kandungnya.
“Pertanyaan macam apa itu, tentu saja aku sangat sedih dan terluka menerima jasad putraku yang saat itu pamit untuk pergi kekampusnya”, jawab pak Bambang.
Jawaban tegas pak Bambang ini berhasil mengarahkan pikiran positif para awak media bahwa ia sangat berduka atas kepergian putranya.
Namun berbeda dengan mereka semua, Bagas yang ada disana malah meresa kesal dan salut pada orang yang tadinya kelihatan baik-baik saja kini berubah menjadi orang yang sangat berduka.
“Hooo, apa dia seorang actor? Lihatlah bagaimana dia mengubah ekspresinya dalam waktu sesingkat itu!”, gumam Bagas.
Bagas yang memperhatikan orang-orang ini dari arah belakang merasa kasihan pada orang-orang yang akan tertipu setelah mendengar atau menyaksikan berita yang akan segera dirilis oleh para awak media ini.
Berita tetang citra baik seorang ayah yang berduka atas meninggalnya putra patuh yang bahkan pamit untuk pergi ke kampusnya beberapa hari yang lalu.
“Aku bahkan tidak yakin dia memperdulikan anaknya yang pamit saat itu. Ck, sudah pasti dia tidak akan peduli!”, lanjut Bagas yang terus berpikir buruk pada pak Bambang.
Namun anehnya, para awak media disana tidak ada yang sadar dengan apa yang tengah terjadi saat ini. Yah, mungkin, lebih tepatnya mereka tidak terlalu peduli apa fakta sesungguhnya di balik kondisi keluarga dari jasad yang ditemukan.
Mereka hanya berpikir untuk membuat berita yang saat ini dilirik oleh banyak khalayak di Kota J, yang bahkan menjadi topik terpanas lantaran salah satu jasadnya adalah anak dari calon Wali kota terkuat saat ini.
2 kopi meluncur
jangan buat masalah baru ya thorrrr..
misteri laura dan david harus selsai, jangan kayak kasus pacar bagas yg hilang authr buat/Sob//Sob//Sob/
terus kema*** nya yang memar itu gimana????