NovelToon NovelToon
Daily Pasutri

Daily Pasutri

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / cintapertama / cintamanis
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Skay. official

keseharian seorang pasutri sebagai seorang pegawai negri, sebagai pasangan suami istri Dimas dan Indah saling melengkapi. namun terkadang perasaan cemburu dari Indah membuat Dimas merasa pusing. akan kah Dimas bisa bertahan dengan sikap kekanak kanakan istrinya?
simak cerita selengkapnya dalam kisah Daily pasutri

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Skay. official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mertua minta Cucu

Kurang lebih lima belas menit setelah Indah menggantikan Dimas mengemudi, mereka akhirnya sampai dirumah ibu Indah. 

Pak joko ayah Indah tengah bersantai sambil membaca koran dan menikmati secangkir kopi di teras rumahnya. Layaknya bapak bapak pensiunan, nongkrong di teras menikmati kopi sambil membaca koran, dengan memakai kaos oblong putih dan memakai sarung. 

Saat mobil Dimas memasuki halaman rumah pak Joko, pak Joko belum sadar kalau itu mobil menantunya. Pak Joko bangun dari duduknya dan melipat koran di tangannya, matanya memicing memperhatikan mobil yang berhenti di halaman rumahnya. Saat Indah dan Dimas turun dari mobil, barulah pak Joko dengan gembiranya menyambut anak dan mantunya itu. 

"Oalah tak kirain siapa to nduk, ternyata kalian. Ayo masuk masuk" Pak Joko langsung merangkul anak dan mantunya itu. 

Sebelumnya Indah dan Dimas menyalami seraya tersenyum pada pak Joko. 

"Ibu dimana pak, kok nggak kelihatan?" Tanya Indah pada ayahnya. 

"Ibu ada didalam, lagi buat sarapan kayaknya" Jawab pak Joko. 

"Bapak gimana kabarnya pak, sehat kan?" Tanya Dimas pada siang ayah mertua. 

"Alhamdulillah, bapak sehat. Kalau kalian bagaimana?" Tanya pak Joko balik, seraya menuntun mereka untuk memasuki rumah. 

"Bu, ibu. Lihat ini siapa yang datang" Teriak pak Joko memanggil istrinya. 

"Apa to pak kok teriak teriak kayak rumahnya dihutan saja" Sahut bu Aini seraya menghampiri pak Joko dengan masih membawa spatula. 

"Lihat ini siapa yang datang" Kata pak Joko lagi. 

"Ehhh ya ampun anakku, kamu kesini kok ndak bilang bilang dulu" Bu Aini mendekati Indah lalu memeluk dan mencium anaknya, sepertinya rasa rindunya sudah memuncak. Sehingga seakan akan tak ingin melepaskan anaknya. 

"Emmmm Indah kangen banget sama ibu, maaf ya bu. Indah jarang jengukin ibu kesini, soalnya Indah sibuk banget" Kata Indah sambil memeluk ibunya dengan erat. 

"Iya nduk, ndak papa, ibu juga paham" Jawab Bu Aini masih sambil memeluk. 

Dimas menyaksikan ibu dan anak itu melepas rasa rindu hanya bisa tersenyum senyum menahan haru, setelah Indah dan bu Aini melepaskan pelukan mereka. Barulah Dimas menyalami ibu mertuanya dengan takzim. 

"Apa kabar bu?" Tanya Dimas seraya menyalami ibu mertuanya. 

"Alhamdulillah le, ibu Baik. Kalau kamu gimana?" Kata bu Aini menjawab dan menerima jabatan tangan Dimas. 

"Alhamdulillah, Dimas juga baik bu" Jawab Dimas. 

"Eh, ayo duduk. Masa mau berdiri aja, sambil ngopi ya" Kata pak Joko mengajak anak dan anak mantunya untuk duduk. 

Dimas dan Indah pun mengikuti interupsi ayahnya, Dimas ikut duduk di meja makan bersama sang ayah mertua. Sementara Indah beranjak ke dapur dan membuatkan suaminya minuman hangat. 

Setelah itu, Indah menyajikan minuman yang telah Indah buat untuk suaminya. Lalu Indah membantu ibunya membuatkan sarapan, sementara itu Dimas mengobrol dengan sang ayah mertua. 

"Oh ya bu, adek adek pada kemana?" Tanya iIndah pada ibunya sembari mengupas bawang. 

"Intan lagi studytour ke ibu kota, sekalian kunjungan industri. Kalok Irwan udah berangkat sejak jam enam tadi, kata dia lagi banyak tugas makanya dia ingin ngerjain di perpustakaan" Jawab bu Aini pada Indah. 

"Alah palingan Irwan itu cuma alesan bu, dia kan kebiasaan nunda nunda tugas. Kalok udah mepet dateline nya baru dia ngerjain" Jawab Indah, sepertinya dia tau hal yang sesungguhnya tentang adik laki lakinya itu. 

"Lah namanya juga anak laki laki nduk, beda sama anak perempuan. Di rumah juga Irwan jarang bantuin ibu sama bapak, alasannya mah nugas tapi tugasnya ndak rampung rampung" Kata Bu Aini menjawab. 

Bu Aini dan Indah sembari mengobrol, sembari menyelesaikan masaknya. Sementara Dimas dan pak Joko sembari menikmati kopi dan cemilan, mereka hanya mengobrol santai. 

"Dulu waktu kecil, Indah itu kayak preman. Suka manjat manjat pohon, udah sering dulu bapak ingetin biar nggak manjat manjat. Tapi Indahnya mah ngeselin, sampek pada saat itu Indah manjat pohon rambutan depan rumah itu, awalnya dia mau metik rambutan. Tapi dia salah injak ranting, bukan ranting yang kokoh yang dia injak. Alhasil dia kepleset terus jatuh. Namanya juga cucu pertama kan, neneknya sering datang kesini. Eh pas neneknya datang itu Indah pas jatuh, ya kita lah yang dimarahin sama neneknya Indah" Kata pak Joko menceritakan tentang berapa bandelnya Indah saat masa kecil dulu. 

"Jadi Indah pernah jatuh dulu pak?" Tanya Dimas. 

"Iya, untung aja nggak kenapa kenapa. Cuma sedikit terkilir tangannya" Jawab pak Joko. 

"Nggak heran sih kalok dulunya jadi anak petakilan, sekarang pun kadang kalok sendirian dirumah ada aja tingkahnya. Dimas juga sampai heran sama dia pak" Kata Dimas sambil tersenyum dan geleng geleng kepala. 

"Oh ya, ini kalian datang ke sini emang ambil cuti atau gimana, ini kan bukan hari libur bahkan bukan libur panjang" Tanya pak Joko masih penasaran. 

Dimas sebelumnya mengulas senyum, dan senyumnya tersebut menyiratkan suatu problem dalam hidupnya. 

"Apa ada masalah nak, tidak papa cerita saja sama bapak" Kata pak Joko seraya menepuk pundak sang menantu. 

Dimas merasakan kehadiran ayahnya dalam diri pak Joko, sepertinya Dimas juga merindukan ayahnya yang telah lima tahun meninggalkan dunia ini. Setelah menarik nafas dalam, dan menghembuskannya perlahan barulah Dimas mulai bercerita pada mertuanya tersebut. 

"Indah sama Dimas memang lagi ada problem pak, kita di pindah tugaskan di kantor Kabupaten di daerah sini. Dimas masih bingung mau cari tempat tinggal buat Dimas sama Indah, karna waktu itu Dimas coba cari kontrakan dekat sini. Tapi belum ada yang kosong" Kata Dimas menceritakan problemnya pada sang ayah mertua. 

"Kamu ini nak, kayak nggak punya keluarga saja. Terus kamu anggap bapak ini siapa? Bapak emang mertua kamu, meskipun bapak ndak ngerawat kamu dari kecil tapi bapak sudah anggap kamu sebagai anak kandung bapak. Terus kenapa kamu bingung cari kontrakan, rumah bapak luas. Kalian mau tinggal disini selama mungkin bapak juga nggak keberatan, kalian ini anak bapak. Terus apa yang di permasalahkan? Sudah ndak usah bingung, masalah tempat tinggal. Nanti biar bapak minta bantuan orang buat beresin kamar yang kosong buat tidur kalian" Kata pak Joko menasihati Dimas. 

"Pak, maaf. Tapi Dimas ini kan laki laki-laki, sejak Dimas mengucapkan qobul saat akad nikah Dimas dan Indah, artinya semua tanggung jawab Indah itu dilimpahkan semua sama Dimas. Jadi untuk masalah tempat tinggal, makan dan baju Indah itu tanggung jawab Dimas. Nggak enak juga sama adik adik Indah, mereka juga butuh tempat yang nyaman" Kata Dimas menjelaskan pada ayah mertuanya dengan nada yang lembut dan sopan. 

"Nak, bapak sama ibu itu yang punya rumah, ya memang nantinya rumah ini bakalan bapak kasih ke salah satu anak bapak. Tapi selagi bapak dan ibu masih ada, bapak berhak menentukan keputusan. Kalau kamu ndak mau tinggal di sini, terus kamu mau tinggal dimana?" Tanya pak Joko pada menantunya itu. 

"Maaf Pak, kalau boleh. Dimas Izin tinggal beberapa waktu saja, sampai Dimas dapat kontrakan yang cocok buat Dimas dan Indah tempati. Dimas janji bakal nabung, supaya suatu saat Dimas bisa beli rumah sendiri" Kata Dimas menerangkan pada ayah mertuanya. 

"Halah, yowes karepmu nak nak, bapak cuma bisa do'ain yang terbaik buat kamu sama Indah. Bapak percayakan Indah sama kamu, tapi bapak minta satu hal sama kamu dan Indah" Kata pak Joko meminta suatu hal pada Dimas. 

"Apa itu pak?" Tanya Dimas penasaran. 

"Kasih bapak cucu, bapak pengen cepet punya cucu. Anak bapak yang menikah itu baru Indah, adik adik Indah masih sekolah dan kuliah, kadang bapak jenuh mau ngapain. Kalok ada cucu kan bapak ada kesibukan dan hiburan" Kata pak Joko. 

Dimas nenelan salivanya susah payah, jantungnya seakan berhenti sejenak. Pertanyaan dan keinginan yang sangat sensitif ia dengar, kini malah yang meminta sang nertua sendiri. Mau marah, tapi tidak mungkin, karna selama ini Dimas dan Indah selalu merasa sensitif ketika ditanya mengenai keturunan. 

"Kenapa diam, kalian ini menikah kan sudah lama. Sudah sepantasnya kalian punya momongan, memangnya kalian ndak mau punya keturunan?" Kata pak Joko lagi. 

"Bukan nggak mau pak, semua orang yang sudah berumah tangga pasti ingin memiliki momongan. Namun memang mungkin kita belum dikasih aja, makanya sampai sekarang belum ada" Jawab Dimas seraya tersenyum getir. 

"Ya iya sih kamu benar juga, anak itu memang kehendak Alloh. Tapi kamu juga harus berusaha, ikhtiar gitu loh nak, ke dokter kek priksa kesehatan kalian berdua. Atau profil" Kata pak Joko mengusulkan. 

"Nanti Dimas dan Indah coba ya pak, do'akan saja" Jawab Dimas. 

Sedang larut dalam perbincangan, Indah dan Bu Aini datang dengan membawa hidangan yang sudah matang. Dan akhirnya mereka sarapan bersama, mereka juga sembari mengobrol hangat layaknya keluarga pada umumnya. 

1
TheNihilist
Bukan hanya cerita yang membuatku senang, tapi juga cara penulisan yang luar biasa! 🤩
Kurnia Sari: terimakasih 🙏
total 1 replies
Paola Uchiha 🩸🔥✨
Kereeeen!
Beerus
Keren, thor udah sukses buat cerita yang bikin deg-degan!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!