Hana Deborah, putri angkat dari mendiang seorang mucikari ternama di kota Camelot! yang mencoba untuk tetap kuat menjalani pahit nya kehidupan pasca ditinggal sang ibu! ketidaktahuan Hana perihal pekerjaan sang ibu angkat membuat gadis itu selalu di pandang rendah oleh orang-orang sekitar bahkan sahabat nya sendiri.
'Wanita mana yang rela menyakiti hati perempuan lain?'
Hal itu terus saja berputar di pikiran Hana, namun Raya meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja!
Keberuntungan yang berpihak pada Raya membuat Hana akhirnya tunduk dan menuruti keinginan sahabatnya untuk menjadi wanita penggoda bagi Edward.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JackRow, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SPG-9
Kedekatan Edward juga Hana semakin terjalin erat setelah mereka berhasil memuaskan hasrat atas diri satu sama lain di padang golf,
Edward bahkan membawa Hana pada sebuah bangunan villa istimewa yang berada di area lapangan golf miliknya.
"Kita akan menginap disini! kau tak keberatan bukan?" Edward menarik tirai ruangan dan seketika menampilkan beberapa cahaya yang timbul karena titik lampu serta pemandangan dari danau buatan yang sempat mereka kunjungi.
"Tapi Tuan bagaimana-,"
"Bukankah kita telah memutuskan untuk menghadapi semuanya dan menikmati kebersamaan ini?"
Hana seketika bungkam, ia menatap senyum Edward yang kini semakin terlihat indah di matanya.
"Oh sweetheart! andai kita bertemu lebih awal! mungkin semua tak akan serumit ini," pria itu turut tertunduk saat kembali mendapati keraguan dari diri Hana.
Keduanya kembali terlihat hening, hingga akhirnya sebuah panggilan yang terdengar dari ponsel milik Hana membuat gadis itu melangkah menjauhi Edward.
"Siapa?"
Bagaimana ini? haruskah diriku menjawabnya sekarang?
"Siapa yang menghubungi mu, Hana? katakan!"
Kepanikan dalam raut wajah Hana seketika membuat Edward merampas gawai milik gadis itu.
"Raya?" alis Edward pun menukik tajam.
"D-dia! dia merupakan teman dari masa lalu saya, Tuan!"
"Benarkah?"
Hana mengangguk dengan cepat, berharap Edward tak menjawab dengan lancang panggilan yang tertera pada layar ponselnya.
"Daddy! apa kau tak akan membersihkan diri terlebih dahulu?" Hana pun mendekat mengalungkan kedua lengannya pada leher Edward dan mendongakkan kepala.
"Apa kau sedang kembali menggodaku, sweetheart?"
"Mmmmm, aku-,"
Edward seketika melempar gawai milik Hana dan kembali melumat bibir mungil dari sang kekasih bayaran.
Syukurlah, panggilan Raya telah berhenti! Setidaknya Tuan Edward telah meletakkan ponsel itu,
Nafas Hana kembali tersengal karena Edward kembali asyik memainkan jemarinya pada area sensitif milik Hana.
"Haruskah kita bermain di bawah guyuran shower malam ini? sepertinya itu akan jauh lebih menggairahkan sweetheart!"
"A-apa, Tuan tidak lelah?" Hana menahan lengan Edward yang hampir menariknya melangkah menuju shower rooms.
"Tidak ada kata lelah jika itu perihal menikmati lekuk tubuh indah mu ini, sweetheart! c'mon! come with me! let's make a great taste!"
Hancur sudah dirimu Hana! bisa-bisanya kau menggoda Tuan Edward! astaga aku bisa pingsan karena rudalnya yang terus menghujam malam ini,
Hana seketika mengumpat dalam hati dan mengomel pada dirinya sendiri.
******
Matahari mulai meninggi,
Namun Bertha tak bergeming dari duduknya pada sofa ruang tamu, pikiran nya terus melayang, wanita itu bahkan hampir tak tidur semalaman.
Tak berselang lama,
Suara derap langkah kaki seseorang seketika membuat Bertha terperanjat.
"Edward! kau kembali? darimana saja dirimu? kenapa baru pulang sekarang? jam berapa ini?"
"Pukul 10.30 menit!" Edward berucap santai sembari memeriksa arloji berwarna silver yang melingkar di pergelangan tangan.
"Katakan Edward! darimana saja dirimu?"
"Aku sungguh lelah Bertha? aku ingin tidur sekarang,"
"Edward! berhenti! tolong jujur padaku, Ed! kemana kau pergi sejak kemarin malam?"
"Aku ke kantor-,"
"Setelah itu? salah satu pegawai bilang bahwa kau langsung meninggalkan kantor begitu kau selesai dengan pekerjaan mu malam itu! tapi kau tak kembali ke rumah ini! kemana kau menginap Edward!" Bertha akhirnya meninggikan suaranya, tatapan nya menajam dengan nafas yang naik turun.
"Kau benar-benar ingin tahu aku kemana? huuuuufft!"
"Katakan lah, Edward! aku mohon!"
"Mencari kesenangan! sama seperti dirimu! lagipula kenapa kau sekarang jadi bawel seperti ini Bertha?"
"Edward -,"
"Apa diriku pernah mengusik kesenangan mu sebelumnya? diriku terlalu mencintaimu, fasilitas apapun kuberikan padamu! sampai kau tak ingin memiliki bayi diantara kita pun aku menurutinya! aku menuruti semua perkataan mu, asalkan kau bahagia Bertha!"
"Ed-,"
"Dan lagi! saat diriku tengah sakit karena kecelakaan itu! kau juga mengacuhkan ku, kau justru pergi meninggalkan ku dan memilih untuk menghadiri party kapal pesiar bersama teman-teman mu! aku mengalami kelainan pada organ vital ku! aku sempat mengkhawatirkan dirimu Bertha! aku takut kau meninggalkanku karena hal itu! tapi akhirnya aku sadar! kau benar-benar membiarkan ku melewati hari-hari kelam itu seorang diri! kau sama sekali tak memikirkan diriku! kau hanya bisa menuntut dan memikirkan kesenangan untuk dirimu sendiri!"
Bertha pun bergidik ketakutan! wanita itu seketika bungkam karena Edward yang tiba-tiba meluapkan amarah dalam dirinya, pria itu bahkan melangkah begitu saja menuju kamar.
Edward! kenapa jadi seperti ini? aku sungguh tak menyangka kau akan bersikap kasar padaku?
Bertha terduduk lesu, ia menyeka kilat buliran air mata yang kini luruh di pipinya.
Atensinya teralihkan saat gawai miliknya bergetar dan menampilkan sebuah notifikasi pesan dari seseorang.
Malam ini? Sesilia? dia mengundang ku untuk menghadiri lelang diamond limited edition bulan ini? astaga, aku harus mendapatkan nya! tapi Edward-, dia pasti hanya sedang lelah! itulah kenapa emosinya begitu gampang tersulut.
"Baiklah Raya Albertha! tetap lah berpikir positif dan jadi dirimu sendiri, kita akan bersenang-senang malam ini! dan suamimu, dia pasti juga akan bahagia jika kau bahagia! Edward tak akan berubah! dia terlalu bucin padaku!"
Bertha menyeka kasar air matanya dan kembali tersenyum lebar.
****
Membanting kasar serta mengunci pintu kamar,
Edward seketika melempar tubuhnya di atas ranjang.
Apa yang terjadi pada diriku? seharusnya aku tak menuruti permintaan Hana untuk kembali ke rumah ini, aku tak mampu mengendalikan emosi karena diriku masih merindukanmu Hana! kenapa kau memaksaku untuk kembali padanya?
"Aaaah! aku bisa mati muda jika terus seperti ini, Tuhan!" Edward memijit tulang hidungnya, pria itu memilih untuk kembali terlelap karena tenaganya yang habis terkuras oleh aktivitas bersama Hana.