Gadis cantik dari desa yang ambisius dengan segala lika liku kehidupannya, dimulai dari keluarga, karir, percintaan, hingga terbentuk "Selintas Imajinasi" yang seumur hidup akan terus menghantuinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RAYYA , isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 8
Dahulu, yang aku benci adalah hari Minggu. Karena hari itu merupakan hari petaka dalam hidupku karena ulah Ayahku.
Kini hari - hariku seperti ini.
Tapi lagi - lagi "tidak boleh mengeluh" pikirku.
Tetap dengan jawaban yang sama, yakni percuma.
●●●
Tok... Tok... Tok...
Terdengar suara seseorang mengetuk pintu,
Ah elah siapa sih yang bertamu di pagi hari, mana rumah belum beres, banyak sekali tugas - tugasku ini. Ucap ku sembari menggerutu.
"Ayyyy tok tok tok" Ucap Rifal pria yang aku kenal mengetuk pintu di pagi hari.
Waduh, gimana iniiiii, aku pun merasa bingung dan, yasudah. Kenapa harus bingung? Hadapi saja gak sih. Pikirku pada saat itu.
Aku pun lantas menghentikan pekerjaan rumahku dan beranjak untuk menemui seseorang di balik pintu,
Kerekekk kekekkk, pintu depan rumah aku buka, sudah tahu sih bahwa orang yang bertamu adalah Rifal, tapi ya pura - pura tidak tahu saja.
"Eh kamu, ada apa?" Tanya Ayu.
"Gak di suruh masuk nih?" Timpal Rifal.
"Ya mau ngapain dulu?" Tanya Ayu dengan muka kesal.
"Duh, gadis cantik galak amat, boleh masuk ya?" Tanya Rifal dengan muka menyebalkan.
"Yasudah, masuk" Ucap Ayu sembari berperilaku seolah - olah menolak Rifal namun di sisi lain bahagia, karena Rifal selalu menerima keadaannya baik sedang terlihat kusut ataupun terlihat cantik. Tidak ada perubahan apapun dari sikap Rifal dengan keadaan aku pada saat itu.
●●●
"Mau minum apa?" Tanya Ayu kepada Rifal.
"Yang ada saja" Jawab Rifal.
"Ya apa?" Tanya Ayu dengan mimik muka sedikit galak. Padahal kenyataannya memang tidak ada apa - apa sih, namun ya basa - basi saja.
"Apapun yang gadis cantik buatkan untuk aku, pasti aku minum" Jawab Rifal.
Kalian tahu bagaimana respon aku mendengar ucapan itu?
Ya tentu senang lah, wanita mana yang tidak senang jika di puji terus meski dalam keadaan kusut.
Tapi ya, pura - pura tidak bahagia saja, gengsi jika memperlihatkan salah tingkah di depan seorang pria.
Iya kan? Hehe.
●●●
Aku pun membuatkan teh manis untuk Rifal.
Posisi kami sebelumnya bersebrangan, namun Rifal tiba - tiba menghampiri aku dan kami pun duduk di sofa yang sama.
Seperti biasa, aku tidak merasa kaget karena Rifal mendekatiku, yang aku takutkan yakni bau badanku yang belum mandi.
Ya gimana ya, Rifal datang di waktu yang tidak tepat. Jika aku berdandan walau sedikit, nanti Rifal gede rasa. Jadi ah, apa adanya saja. Pikirku pada saat itu.
"Sini Ayyy" Pinta Rifal kepada Ayu.
"Sini apaan?" Jawab Ayu.
Tanpa berlama - lama, Rifal pun...
"Ayuuuu, aku tahu kamu itu rapuh"
"Aku tahu kamu itu cape"
"Aku tahu kamu itu kesal"
"Sini bersandar di pundak aku"
"Lampiaskan perasaan yang menyakitkan di hati dan pikiran kamu, ayo lampiaskan, aku bahagia jika kamu bahagia"
Ucap Rifal sembari memegang wajah Ayu.
●●●
Tangis Ayu pun pecah dan,
"Lampiaskan, tidak apa - apa, aku ada untuk kamu Ayy" Ucap Rifal sembari memeluk erat Ayu.
"Aku sayang kamu Ayy" Ucap Rifal ketika Ayu tak henti menangis kecil tersedu - sedu.
Aku yang mendengar Rifal mengungkapkan perasaannya, tangisanku semakin deras. Entah apa yang aku rasakan pada saat itu.
Di sisi lain, kini aku bisa mengurangi bebanku dengan pelukan hangat seseorang yang menerima aku apa adanya. Padahal Rifal calon dokter, bisa saja dia memilah milah wanita mana yang bisa merasakan pelukannya.
Tapi di sisi lain aku pun merasa takut, takut dimana aku sudah memberikan hatiku namun hal tersebut menghancurkan hidupku.
Teringat lagi kepada masa lalu kelam itu, dimana Ayah orang yang paling dekat dengan aku, tapi Ayah pula yang menghancurkan aku.
"Aku takut, aku takut Rifal" Ucap Ayu sembari memeluk erat pelukan Rifal.
