Seorang perempuan yang selalu menunggu kedatangan lelaki tercintanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kangen
Lila langsung mendekat dengan Devan napasnya sudah tak bisa di atur lagi.
"Kamu mau pergi ninggalin aku gitu aja" ucap Lala yang terdengar serak.
"Kamu nggak mau ngucapin kata perpisahan gituh, apa kamu seneng ninggalin aku kayak gini, kamu mau pergi tanpa mau meluk aku di sini" Lila mengatakan semua hal yang dirinya rakasan sekarang.
Devan yang melihat Lila langsung menggelengkan kepala tidak menyetujui perkataan Lila. Devan juga menerbitkan senyumannya dan langsung merentangkan kedua tangannya untuk menyambut Lila ke dalam pelukannya.
Lila yang melihat Devan sudah merentangkan tangannya ia langsung berlari dan memeluk erat tubuh Devan.
"Maafin aku Dev, aku udah ngomong kalo aku nggak mau ngeliat kamu pergi dan nggak mau nganterin kamu ke bandara" ucap Lila bersamaan dengan suaranya yang serak.
"Nggak sayang kamu nggak salah, wajar kamu marah karena aku telat ngasih tau kamu" Devan semakin mengeratkan pelukannya dan mencium puncak kepala Lila singkat sebelum melepaskan pelukan. Devan menghapus air mata yang berada di pipi Lila.
"Kamu hati hati yah di sana jaga makannya harus teratur, yang paling penting jangan jalan sama cewek lain" ucap Lila.
"Iyah sayang, aku nggak tertarik sama cewek selain kamu". Ucap Devan lalu mencubit hidung mancung Lila.
"Iyah pokoknya setiap hari kamu harus ngabarin aku dan aku nggak mau tahu kalau kamu tiba-tiba pulang sesukaa kamu, kemarin dulu semuanya jangan pulang dadakan kayak gini".
"Iya tuan putri, meskipun jarak terhalang antara kita aku akan tetap nunggu hari happy ending kita sayang" ucap Devan.
Lila hanya mengangguk lalu terisak kembali.
'Perhatian kepada penumpang pesawat Garuda Indonesia G945 akan segera departure atau take in"
Suara tersebut yang membuat kedua pasangan itu bersedih karena mereka akan meninggalkan semua kenangannya lagi untuk yang kedua kalinya.
Devan segera memeluk Lila kembali dan mengusap rambutnya dengan lembut.
"Makasih sayang atas semuanya, tunggu aku 2 tahun ke depan yah" ucap Devan lalu mencium kening Lila sejenak dan mengusap air mata kekesihnya dengan penuh kasih sayang.
"Ha hati hati" ucap Lila serak karena sudah tak mampu berkata apa pun.
"Gue titip cewek gue" ucap Devan kepada Indri dan Bima.
"Siap" jawab keduanya kompak.
Devan langsung berjalan meninggalkan mereka bertiga, dalam perjalannya Devan segera mengusap air matanya. Devan memang sedari tadi ingin menangis akan tetapi dia tidak bisa menangis di depan Lila agar kekasih nya tidak merasa bersalah dan akan takut melepaskan Devan untuk pergi lagi ke eropa.
"I love you more" ucap Devan sambil berjalan menuju pesawat.
Lila yang melihat punggung Devan mulai tak kelihatan lagi membuat hatinya semakin teriris dan tangisnya pecah setelah keberadaaan Devan sudah tak terlihat olehnya lagi.
Bima dan Indri yang berada di sana kini langsung menenagkan Lila dan segera mengajaknya pulang.
..........
Sesampainya di rumah Lila segera berjalan masuk ke dalam kamarnya setelah kepergian Indri dan Bima yang telah mengantarnya pulang. Lila menghempaskan tubuh di atas kasur dan menarik bantal untuk ia peluk.
"Dev bisa nggak sih kamu nggak usah ke eropa" ucap Lila yangs emkain miris dengan nasibnya yang di tinggalkan lagi oleh Devan meski untuk sementara waktu akan tetapi Lila tidak bisa dia hanya wanita normal yang ketika memiliki pasangan ingin sekali meluangkan waktu bersama kekasihnya di setiap hari hari yang ia lewatkan. Akan tetapi Lila harus berusaha melawan egonya yang terus ingin bersama Devan.
Beberapa jam kemudian Lila tersadar bahwa haneponenya berbunyi tanda panggilan masuk dari seseorang. Lila yang memejamkan matanya dan beristirahat beberapa jam tadi kini meraih teleponnya dengan muka lesu.
Tanpa melihat nama siapa yang tertera di layar ponsel Lila langsung saja menjawab panggilan tersebut.
"Hallo sayang" mendengar suara di balik telepon Lila langsung bangun dari tidurnya dan segera memperbaiki posisinya.
"De Devan" ucapnya serak.
Akhirnya Devan langsung mengubah panggilan telepon menjadi video call, dengan cepat Lila langsung menerimanya.
"Hai cantik kok mukanya di tekuk" ucap Devan sambil tersenyum di balik layar telepon.
"Kamu udah nyampe eropa?"
"Udah sayang"
"Kok kamu nggak istirahat kenapa malah telepon aku"
"Mana mungkin aku bisa tenang dan beristirahat sedangkan kamu nangis sepanjang jam" tebak Devan yang melihat mata Lila yang membengkak.
"Siapa yang nangis, aku baru bangun tidur" elak Lila.
"Nggak usah gengsi dong cantik, udah jauh Masi aja gengsinya nggak di ilangin" ucap Devan terkekeh melihat wajah Lila di tekuk.
"Iyah aku ngaku, aku nangis kangen sama kamu"
"Jangan sedih gitu dong ntar aku di sinibya nggak bisa fokus ngapa ngapain kalo kamu nangis terus aku kepikiran sayang"
"Nggak aku udah nggak nangis kok, kamu tetep harus fokus yah inget tujuan kamu ke situ buat ngapain"
"Iya siap tuan putri" Devan memberi hormat kepada Lila.
"Oh ya Dev berarti si Amanda ia ikut kamu lagi ke situ?"
"Hem" Devan mengangguk.
"Oh"
"Kamu marah?" Tanya Devan yang mendengar jawaban Lila.
"Nggak ngapain aku marah kan Amanda udah tunangan sama kamu, so kamu juga nggak suka kan sama dia ya udah jadi fine aja" ucap Lila santai dan memberikan senyuman manisnya pada Devan.
"Makasih ya sayang udah bisa ngertiin posisi aku"
"Iya udah tugas kau buat selalu support kamu yang penting kamu jangan ngecewain aku aja"
"Iya aku janji sama kamu nggak akan ngecewain kamu lagi" ucap Devan.
"Iya Dev aku ngerti posisi kamu sekarang gimana"
Lila dan Devan saling memandang begitu lama saling menatap muka satu sama lain.
"Cantik"
"Ganteng"
Keduanya berucap dengan kompak, kemudian mereka langsung tertawa satu sama lain.
"Ihhhh kangen" ucap Lila secara tiba-tiba.
"Baru berapa jam sayang"
"Kamu tuh nggak ngerasain jadi aku yang di tinggalin" ucap Lila memanyunkan bibirnya.
Memang benar orang yang di tinggalkan lebih sedih dari pada orang yang meninggalkan.
"Ya udah kamu istirahat aja" ucap Lila karena sudah terlalu lama menelpon dengan Devan mengingat Devan yang belum istirahat karena baru sampai dari Eropa dan langsung menghubunginya.
"Aku udah istirahat sayang, aku maunya teleponan terus sama kamu" ucap Devan tak mau mematikan sambungan teleponnya.
"Kok malah kamu yang galau sih Dev harusnya aku yang galau karena kamu ninggalin aku" kesal Lila.
"Tapi aku juga lebih kangen sama kamu sayang"
"Udah ya Dev, di tutup dulu soalnya aku mau ke kamar mandi" Lila memohon perhatian dari Devan.
"Ya udah tapi ntar malem aku telpon lagi yah, pokoknya harus di angkat" ucap Devan.
"Iya" sambungan telepon langsung di matikan oleh Lila dan langsung beranjak menuju kamar mandi.