Sang Pembangkit Gairah

Sang Pembangkit Gairah

SPG-1

Rintik hujan serta gemuruh petir yang tampak terdengar bersahutan membuat Hana tertidur dengan mudah dan melupakan segala kegundahan hatinya malam itu,

Tak berselang lama, seorang pria dengan jas serta kemeja berwarna hitam pun nampak melangkah memasuki apartemen, ia menelisik keberadaan sang gadis sebelum akhirnya sudut bibir pria itu tampak terangkat ke atas.

"Hey babe! Iam here! are you fall a sleep?"

Sentuhan lembut serta suara yang begitu rendah dari bibir seorang pria yang kini terdengar familiar ditelinga Hana seketika membuat gadis itu membuka mata perlahan.

"Tuan kemari?" Hana tersentak dan seketika menarik selimut tebal hingga menutupi dada, saat Edward tiba-tiba muncul dihadapannya.

"Tentu saja, aku sungguh merindukanmu sweetheart!"

Pria itu melonggarkan dasi, sebelum akhirnya kembali menegakkan posisi duduk dan melepas sepatu yang semula terpasang pada kedua kakinya.

"Apa kau sudah lama menunggu?"

Hana menggeleng perlahan,

"Apa Tuan ingin makan malam?"

"Tidak Hana! aku ingin membersihkan diri terlebih dulu,"

Edward berlalu, meninggalkan Hana yang kembali bungkam seribu bahasa dan menampilkan wajah sendu.

Apa yang telah kulakukan Tuhan? kenapa diriku menerima untuk melakukan ini semua?

Hana beranjak ia meraih cardigan dan melangkah menuju dapur dan berniat menyiapkan minuman hangat untuk Edward.

Ayah, ku harap dirimu baik-baik saja! maaf karena aku belum bisa kembali mengunjungi mu di sana.

Pikiran Hana kembali melayang meskipun jemarinya kini tampak sibuk meraih cangkir, memasukkan teh herbal sebelum akhirnya menuangkan air panas juga madu.

"Kenapa dirimu selalu menyibukkan diri seperti ini saat diriku kemari?"

Dekapan hangat itu kembali terasa, kepala Hana seketika miring ke kiri karena Edward mencium tengkuk lehernya.

"Tuan ..., di luar sedang hujan! akan lebih baik jika Tuan mengkonsumsi minuman hangat, aku hanya tak ingin jika Tuan sampai jatuh sakit."

Dia begitu perhatian padaku?

"Terima kasih," Edward akhirnya kembali merenggangkan pelukan, ia meraih secangkir teh herbal panas yang tersaji untuk dirinya.

"Apa kau sudah makan malam?"

"Sebenarnya belum, aku ketiduran karena cuaca yang begitu mendukung."

"Jadi kau sama sekali tak menantikan kehadiran ku, sweetheart?"

Hana kembali menggelengkan kepala dan tersenyum lebar.

"Oh shit! come with me!" Edward meletakkan cangkir teh dan seketika menarik pergelangan tangan kekasih gelapnya.

"Diriku selalu merindukan malam-malam hangat bersama mu, sweetie! bagaimana bisa kau bisa berucap dengan begitu enteng bahwa kau tak menantikan kehangatan dariku, hmmm?"

"Mmmmmphh!"

Jemari kekar itu akhirnya membuat tubuh Hana seketika merapat pada badan kekar Edward, kecupan yang semula tampak lembut akhirnya berkembang menjadi sebuah ciuman panas yang cenderung brutal.

"Tu-an!"

"No sweetheart! call me daddy!" Edward menyeringai, jemarinya terus berusaha melucuti pakaian Hana dengan tetap mencumbu bibir gadis yang selalu tampak pasrah karena ulahnya.

"Daddy ..., aaaaaa'aah!" Hana seketika mendesis nikmat saat wajah Edward kini telah terbenam sempurna di tengah selat dada miliknya.

"Kita tak membutuhkan pakaian ini sweetheart! let's take this off! aku bisa membantu mu untuk melepaskannya!" Dengan satu tarikan kasar dari jemari Edward, lingerie cardigan itu akhirnya lolos dari tubuh Hana.

Nafas Hana tersengal, semua perlakuan dari jemari Edward dalam mempersiapkan tubuhnya benar-benar membuat Hana melayang.

"Mmmmmphh! look at you! wajah mu sungguh terlihat seksi jika seperti ini, Hana! kau bukanlah gadis yang baik! i know that! you're such a bad girl!"

Pergumulan mesra itu akhirnya terjadi tanpa perlawanan, Edward benar-benar menjamah Hana di meja makan.

"Aaaaaaggghhhh! diriku sungguh menyukai ini, kau sungguh pandai dalam menggoda ku Hana! bahkan hanya dengan senyuman mesum yang kau tampilkan! aaaiiiish!"

Edward meracau, ia terus menghentak kasar kejantanan miliknya didalam liang kenikmatan milik Hana.

"Oh shit, Iam coming! down to your knees and open your mouth! chop chop!"

Hana merendahkan diri dihadapan Edward, ia membuka mulut dan menerima semua cairan cinta dari pria yang selama ini selalu mengunjunginya hampir tiap malam.

"Huuuuufft! i love you babe! i love you really!"

Edward pun menarik tubuh Hana dan membuat gadis itu terduduk dalam pangkuannya, ciuman-ciuman kecil dari bibir Edward juga masih tampak menghujani pundak Hana.

Fajar menyingsing, gelap serta dinginnya langit malam kini telah berganti dengan hangatnya sinar mentari.

"Kemana dia?"

Edward meraba sekitar ranjang di samping kirinya, namun nihil, pria itu seketika mendudukkan diri dengan paksa saat tak mendapati Hana di atas ranjang.

Atensi Edward pun beralih saat gawai miliknya terdengar bersuara.

"Bertha? dia menghubungiku semalaman? astaga! aku lupa memberi kabar padanya,"

"Yes honey? maaf karena tak sempat mengabari mu semalam! aku terpaksa menginap di kantor karena hujan. Apa kau baik-baik saja? apa ada sesuatu yang kau inginkan? aku bisa membawakannya untuk nanti! aku akan tiba di rumah mungkin satu jam lagi! baiklah! aku mencintaimu!"

Sambungan terputus, Edward kembali mengusap kasar wajah tampannya sembari menghela nafas, pria itu akhirnya menyambar handuk berwarna putih yang tersedia untuknya dan melangkah menuju kamar mandi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!