Anton Nicholas Akbar, 27 tahun, sebelumnya bernama Anton Nicholas Wijaya. Arsitek muda dari B Group dengan jabatan sebagai Direktur Divisi Architecture & Landscaping di B Group.
Hal yang baru ia sadari, ternyata dia bukanlah yang dia kira. Dia bukan cucu kandung di Keluarga Wijaya. Dia bukan orang Indonesia. Dia juga bukan lelaki biasa karena darah biru yang mengalir dari orangtuanya.
Tanda lahir berbentuk bulan sabit biru, membuatnya harus menerima takdirnya sebagai penerus dari Legenda Bulan Sabit Biru juga sebagai satu-satunya pewaris Wang Corporation di Negeri Cina.
Sebelum itu, ia harus menemukan Gadis Lotusnya agar dapat memenuhi takdirnya. Sebagai pewaris dan juga sebagai Pangeran Bulan Sabit Biru.
Dibantu para Naga yang merupakan sahabatnya juga mafia Spanyol dan Yakuza untuk melawan Kelompok Belati Hitam yang tergabung dalam TRIAD.
Novel sekuel dari 3 novel sebelumnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ough See Usi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28 – EKSPRESI MATANYA
...🌺biasakan beri like di setiap babnya, jangan menabung bab agar sistem bisa melakukan penilaian retensi pembaca, dimohon kerjasamanya 🌺
...
...----------------...
“Kamu sudah lama jadi kurir makanan?” Anton berbasa-basi daripada saling berdiam diri atau lebih dongkol lagi bila perempuan di sebelahnya bertanya tentang Agung lagi.
“Iya.. Pak. Sejak perusahaan yang saya masuki ini ada di Indonesia.”
“Terus, makanan yang harus kamu antarkan ke konsumen kamu bagaimana?’ Anton melihat ke arah bagasi tambahan di jok belakang motor perempuan berambut ekor kuda kempes itu.
“Eh iya...,” perempuan itu menatap khawatir pada bagasi di jok belakang motornya.
Menatap Anton dengan mata beraneka ekspresi yang berubah-ubah seperti bentuk awan di langit yang sangat jelas terbaca olehnya. Bahkan dirinya bisa hafal warna tepian pupil mata yang tengah bingung di sampingnya.
[Perempuan itu, eh tidak. Jangan sebut dia perempuan. Toh mereka sudah banyak mengobrol. Sebut saja Gadis itu] benak Anton bermonolog.
“Ng... Itu.. Nanti saya periksa...,” menunduk sambil mengait dan memilih jemarinya, “Tapi sepertinya sudah rusak. Nanti saya cancel saja. Tidak enak membawa makanan yang sudah hancur-hancuran akibat jatuh terguling kepada konsumen.”
Anton menoleh. Gadis itu menunduk. Beberapa kali menghela nafas panjang sebelum akhirnya berbicara sambil memandangi ranting-ranting pohon yang menaungi jalan.
“Ini bagian dari resiko pekerjaan. Sepertinya saya harus menunda lagi pembayaran UKT saya. Saya harus meminta perpanjangan waktu dengan pihak dekan atau mungkin rektorat. Atau mundur saja deh.”
“Kamu kuliah?’
“Tingkat akhir, Pak. Sedang skripsi.”
“Jurusan?”
“Teknik informatika, Pak.”
Anton berjengit. Menatap gadis di sebelahnya.
“Kamu gak merasa sayang berhenti?”
“Bagaimana lagi Pak? Pesanan itu menguras tabungan saya untuk membayar cicilan UKT. Saya menyerah saja. Lagipula, adik-adik saya masih banyak kebutuhannya juga.”
Mereka berbincang hal lain lagi. Tapi ekspresi khawatir dan gelisah menetap di mata Gadis itu. Anton merasa terusik karenanya.
Suara tawa Agung menyambut mereka di bengkel. Dia duduk sambil menempelkan botol minuman dingin ke arah pelipisnya untuk meredakan bengkak.
Motor Re sudah diambil alih oleh pihak bengkel. Anton langsung berbicara dengan mereka apa-apa saja yang perlu diperbaiki dan diganti.
Tentu saja mendapat protes dari Gadis itu.
“Pak, motor saya cuma pecah ban saja. Ditambal juga bereskan? Atau ganti ban dalam yang gak lebih dari 60 ribu rupiah. Kenapa sampai ganti ban luarnya juga bahkan dengan ban tubeless? Lampu sein juga.. Hands grip stang motor juga..”
Berhenti sejenak untuk mengambil nafas.
“Saya gak punya uang buat bayarnya, Pak.”
Anton menanggapinya dengan alis terangkat sebelah.
“Suka-suka saya dong. Sudah, ambilkan teh botol dingin buat saya sekalian juga buat kamu.”
Bergegas menghampiri Agung yang masih tertawa.
“Dari kejauhan, kalian itu seperti pasangan yang lagi pacaran loh...”
Anton berdecak kesal.
Mereka berbincang lama sambil menunggu motor Re selesai. Re menolak untuk duduk di dekat mereka. Dia memilih duduk di dekat motornya yang tengah dikerjakan.
Anton menceritakan tentang obrolannya dengan Gadis tadi. Agung tampak terkejut. Tidak menyangka dengan kehidupan keras dan getir gadis muda yang duduk di depan sana.
Mereka membahas Gadis itu dengan suara pelan. Sambil sesekali menatap Gadis itu yang seperti melamun.
Anton memanggil gadis itu.
“Kamu... Sini dulu.”
Gadis yang tengah melamun sampai di tegur petugas bengkel.
“Teh, dipanggil Pak Bosnya.”
“Eh?” tergagap kaget dan gugup.
Bergegas menghampiri Anton dan Agung.
“Bagaimana pesanan konsumen kamu?” Agung menyilangkan kakinya.
“Sudah saya cancel. Sudah tidak layak juga karena sudah tumpah dalam plastiknya.”
“Uang kamu terbuang percuma dong,” Anton mengawasi mata Gadis itu.
Entah kenapa dia jadi ingin terus menatap aneka ekspresi yang ditunjukkan oleh mata si Gadis.
Mencoba tersenyum walau terlihat getir.
“Terus kuliah kamu?” Agung menatap Gadis itu.
“Saya sudah berpikir masak-masak. Sepertinya saya harus berhenti,” Gadis itu tersenyum dan terlihat mengerjap beberapa kali menahan air matanya melompat keluar.
Anton menyodorkan kartu namanya.
“Senin, temui saya di kantor sebelum pukul 10. Insyaa Allah saya bisa mengusahakan beasiswa untuk kamu dari B Group. Jangan berhenti kuliah. Apalagi kamu mahasiswi tingkat akhir.”
Gadis itu menerima kartu nama Anton dengan tangan gemetar. Jemari mereka bersentuhan.
“Bapak... Nicholas,” Gadis itu membaca kartu namanya sambil tersenyum lalu mengangguk.
Jemarinya tidak halus untuk ukuran perempuan. Tangan pekerja keras. Benar-benar bekerja dengan tenaga dan keringatnya.
Anton melihat ekspresi harapan dalam mata Gadis itu. Ada ekspresi terkejut, ada juga ekspresi tak percaya. Mata Gadis itu berkabut. Terharu.
Hal yang mengoyak perasaannya adalah saat mengetahui bahwa cerita masa bayi Gadis itu. Dia di buang oleh orangtuanya sesaat setelah dilahirkan.
Dibuang di dalam kresek merah ke dalam selokan saat gerimis. Dengan plasenta yang masih melekat pada tubuhnya.
Dia dan Agung terperanjat saat mendengar ceritanya. Sedangkan Gadis itu bercerita dengan nada ceria. Lebih tepatnya menyamarkan kegetiran hatinya dengan sikap ceria dan positifnya.
Dia bisa melihat kegetiran pada mata Gadis itu. Walau Gadis itu beberapa kali mengerjapkan matanya dan memperlihatkan ekspresi kuat dan tangguh.
***
Ini kali ketiga dia bertemu dengan Gadis itu lagi. Gadis kurir makanan yang namanya diketahui dari Adinda melalui aplikasi pesan makanan di gawainya.
Kebetulan Gadis itu yang menjadi kurir pesanan lotek Adinda untuk mereka semua setelah berenang di kediaman Kusumawardhani. Saat Gadis itu datang, ia bahkan tidak tahu karena sedang asyik bermain bersama Alif dan Abay.
Namanya unik. Hanya satu kata dan 2 huruf. Re.
Re seperti nada. Nada kedua dalam musik.
Re, nama yang tidak umum untuk nama panjang. Nama yang diambil dari tulisan yang sudah pudar dan menyisakan 2 huruf yang masih jelas pada kantong kresek merah wadah ia dibuang dulu.
Sepanjang hari itu, hatinya berbisik Re, Re, Re terus. Benaknya juga bergaung Re, Re, Re. Hanya Re. Entah apa sebabnya. Padahal ia tidak merasa tertarik pada Gadis itu.
Kali ketiga pertemuan mereka, Anton dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Siapa yang menyangka melihat lukisan Adisti bisa berdampak seperti terkena pukulan, tendangan, juga bantingan sekaligus?
Hanya dia dan Agung yang mengalami efek terparah. Yang lainnya hanya mengalami efek kejut maupun lemas karena energinya seperti terserap oleh lukisan.
Lukisan Naga Biru dengan latar Bulan Sabit Biru. Ekspresi Namanya yang terlihat siaga. Bulan Sabit Biru yang terlihat tenang tetapi menyimpan energi yang berkilau di langit berwarna biru dongker.
Hans datang bersama Re dan Man. Re, direkrut Hans menjadi kru AMANSecure untuk diarahkan menjadi anggota Shadow Team karena kemampuan numeric memory-nya. Ini hari pertamanya Re bergabung.
Re selain menjadi pengajar karate di komplek juga mempunyai keahlian re iki, begitu kata Hans. Begitu banyak kelebihan Re yang baru ia tahu hari ini.
Pertemuan kedua saat di kantornya, kemampuan IT yang dimiliki Re bukan kaleng-kaleng. Dia mahasiswi dengan kecerdasan di atas rata-rata.
Re mengobati Adisti lebih dulu karena Adisti tengah hamil muda. Lalu mengobati Agung yang terlihat lemas kehabisan energi. Sedangkan dirinya, pingsan tak sadarkan diri. Memalukan!
.
🌺
*bersambung*
🌺
Babang Taehyung gak merasa sudah fall in love saat pertemuan ketiga. Tapi masih sok gengsi...
Bapak Nicholas, woiy atuhlah!
😁
🌺
Bagaimana?
Suka ceritanya?
Bantuin Author untuk promosikan novel ini ya.
Jangan lupa like, minta update, sawerannya, subscribe dan beri penilaian bintang 5nya ya🥰
Follow akun Author di Noveltoon 😉
Love you more, Readers 💕
Jangan lupa baca Qur’an.
🌺❤🖤🤍💚🌺
Selalu do’akan kebaikan untuk negeri yang sedang tidak baik-baik saja.
💙🔵🔵🔵🔵🔵🔵💙
(Tergantung Mimin nge-review-nya 🤭)
cerita keren abis dan selalu dinanti.
semangat teteh.. kalau bisa double up 😊