Kirani, bisa di katakan gadis yang malang. Hidupnya tak di inginkan oleh Ayah kandungnya sendiri bahkan saudara kembarnya pun ingin menghancurkan nya hanya demi kepentingan nya sendiri.
Bagaimana caranya Kirani melewati semua tantangan hidupnya yang sangat berat, apakah Ia mampu bangkit dan menemukan kebahagiaan nya sendiri tanpa merasa ketakutan oleh bayang-bayang masa lalu yang membuatnya trauma.
Yuk simak kelanjutan kisahnya di karya " Korban Saudara Kembar "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💘 Nayla Ais 💘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hilangnya Rani
...****************...
Rani kembali di kejutkan dengan pintu yang tiba-tiba di ketuk, karena mengira itu adalah Mega sahabatnya Ia pun bergegas membukakan pintu itu, namun Ia kembali terperanjat ketika ternyata yang datang bukan Mega melainkan saudara kembarnya.
Rana dengan sedikit kasar menarik tangan Rani masuk ke dalam rumah sedangkan Pria yang bersamanya langsung menutup pintu.
Rani meringis ketika tiba-tiba tangan Rana melayang ke pipi nya, Rani langsung menyentuh bekas tamparan Rana yang terasa panas sampai ke telinganya.
" Apa- apaan kamu ha... ! Oh ternyata bibit pelakor dari wanita itu turun padamu ya. Kamu sengaja mengikuti suami ku, agar Mas Tedi tau kalau aku ini punya saudara kembar begitu. Oh jangan- jangan kamu sudah mulai menaruh hati padanya hm..." Maki Rana dengan berapi-api.
Kemarahan nya pada Rani benar-benar sudah sampai ubun- ubun, dan rasanya Ia ingin melenyapkan nya saat ini juga.
" Kakak yang apa- apaan, datang- datang langsung main tangan. Aku tidak mengerti apa maksud mu Kak. "
" Alah nggak usah pura-pura, kamu kan selama ini hidup miskin dengan wanita itu. Kamu ingin mendekati Mas Tedi agar bisa hidup nyaman, ngaku saja....!! "
Mendengar tuduhan Rana membuat Rani geleng-geleng kepala, Ia tidak menyangka kalau Rana bisa memiliki pikiran kejam seperti itu.
Sungguh tak ada niatan sama sekali bagi Rani untuk mengambil milik orang lain apalagi milik saudaranya sendiri.
" Cukup Kak, cukup kakak selalu menghina Ibu. Mengenai Mas Tedi, aku tidak pernah berpikir sedikit pun untuk memiliki nya. Sejak dulu mengambil milik orang lain itu tidak pernah terbesit sedikit pun dalam pikiran ku. Soal Mas Tedi, bukankah kakak sendiri yang menawarkan nya padaku. Kalau Kakak tidak mengenalkannya padaku, aku bahkan tidak tau siapa dia. "
Rana tidak peduli meskipun dalam hati Ia membenarkan apa yang di katakan oleh Rani, bahwa Ia sendiri yang membuat suaminya dan juga saudaranya kembarnya bertemu.
" Jangan banyak alasan, sekarang cepat kemasi pakaian mu, kita akan pergi saat ini juga. "
Rani melirik jam yang melingkar di tangannya kemudian menarik tangan Rani masuk kedalam kamar. Rani berusaha melepaskan diri namun Rana mencengkram nya dengan kuat.
Sampai di dalam kamar, Rana mencari koper Rani kebetulan ada di atas lemari. Ia meminta salah satu orang suruhannya mengambilkannya untuk nya.
" Cepat, masukkan beberapa pasang pakaian mu dan juga kartu Identitas mu, kita harus pergi secepatnya dari sini. "
Rani menatap saudaranya bingung, melihat Rana yang hampir mengacak- acak isi lemari nya mau tak mau Ia pun menghentikan aksi wanita itu.
" Tapi kita mau kemana sih Kak, kok mendadak sih. "
Rani masih bertanya sambil memasukkan beberapa setelan pakaian yang masih layak pakai.
" Sudah tidak usah banyak tanya, kita akan ke luar kotakota. "
Rani menjeda aktivitas nya mendengar mereka akan keluar kota, Ia menggeleng dan mengatakan Ia tidak mau namun hal itu justru membuat Rana kembali murka.
" Kamu tidak di beri pilihan, bukankah kamu tidak ingin kehilangan rumah ini. "
Rani mengangguk karena Ia tidak mau semua kenangan sang Ibu hilang begitu saja.
" Kalau begitu, ayo kita pergi sekarang. "
Rana kembali menutup wajahnya agar tidak ada yang menyadari kehadiran nya, ketika sudah hampir mencapai pintu Ia sadar kalau Rani tidak ikut bersama mereka. Lagi-lagi kesabaran Rana di uji.
" Baron, cepat bakar rumah ini. Rumah ini dan isinya sudah tidak berarti sama sekali. "
Pria yang bernama Baron pun mengangguk patuh, Ia keluar setengah berlari ke arah mobil. Tidak berapa lama Ia kembali membawa bahan bakar, melihat itu membuat Rani ketar- ketir. Tentu Ia tidak mau kalau sampai rumah ini dan juga isinya hangus terbakar.
" Jangan Kak, baiklah- baiklah. Ayo kita berangkat. "
Rani memakai penutup wajah dan juga topi untuk menyamarkan penampilan nya. Rana tersenyum penuh kemenangan, akhirnya ancamannya berhasil membuat Rani gentar dan akhirnya menuruti kemauannya.
Setelah semua masuk mobil pun melaju meninggalkan tempat itu, ternyata ada tetangga yang melihat mereka dan sempat bertanya- tanya sebenarnya apa yang terjadi.
" Perasaan itu orang yang sama yang juga datang semalam kalau nggak salah. " Ujar salah seorang.
" Hm... tapi siapa mereka dan untuk apa, itu Rani mau kemana ya. Kok nampak bawa- bawa koper. " Sahut yang lain.
Mereka sama-sama mengendikkan bahu karena sama-sama tidak tau jawabannya.
...*****...
Mega menunggu Rani yang tak kunjung datang, beberapa kali Ia menghubungi nomor sahabat nya itu namun hanya di jawab oleh operator.
Sementara di ruangan nya Azka memanggil Dimas, pria itu datang menghampiri atasan nya itu.
" Azka bisa kamu panggilkan wanita yang kemarin. "
Dimas mengerutkan keningnya, Ia mengingat- ngingat siapa wanita yang di maksud oleh Azka.
Melihat Dimas yang masih berdiri dan nampak bingung akhirnya Azka pun buka suara.
" Wanita yang kemarin- kemarin melamun itu. Cepat tolong panggilkan. "
Dimas mengangguk dan kemudian berlalu pergi, namun tidak lama Ia kembali lagi.
" Mana wanita itu. " Tanya Azka yang melihat Dimas datang seorang diri.
" Ah maaf, tapi dia belum datang. Temannya yang biasa dekat dengan nya pun tidak tau. "
Mendengar itu Azka seperti sedang berpikir namun kemudian Ia meminta Dimas untuk meninggalkan nya.
Azka kembali bingung, sebenarnya Ia ingin mengajak Rani untuk menemui seseorang namun Ia gagal dan itu artinya hari ini dirinya harus menerima konsekuensi dari Ibunya.
" Mau tak mau. " Gumamnya di sertai helaan nafas.
Sepulang kerja, Mega menyambangi kediaman Rani. Mencari kabar kemana sahabatnya itu pergi, kenapa Ia tidak bekerja hari ini.
Sampai disana tentu saja Ia tidak akan menemukan keberadaan Rani karena wanita itu sudah tidak disana lagi.
Mega menjadi sangat gelisah, hingga seminggu berlalu tetap juga tidak ada kabar dari sahabatnya itu.
Azka pun tidak tinggal diam, Ia mencari kabar karyawan nya itu karena mendengar dari Mega kalau karyawan nya itu hidup seorang diri.
Namun usaha Azka tidak membuahkan hasil, sementara Ia harus menuruti kemauan Ibunya untuk kencan bersama beberapa wanita.
Sayangnya tidak satupun yang di sukai olehnya, sebenarnya Azka memang tidak akan pernah bisa memilih perempuan mana pun karena hatinya masih terpaut dengan seseorang yang pernah menghianati nya.
" Bu, cukup. Jangan pernah jodoh- jodohin aku lagi. Aku pasti akan menikah tapi bukan sekarang, aku janji kalau nanti ada wanita yang aku suka aku akan langsung kenalkan pada Ibu. Tapi untuk saat ini berhenti lah melakukan ini, aku ingin fokus bekerja. "
Azka mengungkapkan protesnya pada sang Ibu dan ternyata sang Ayah berada di pihaknya.
Azka sedikit bingung karena Ayah tirinya itu tiba-tiba berpihak padanya, padahal sebelumnya Ia selalu berselisih faham.
...****************...