Pernikahan adalah sebuah impian bagi semua orang, termasuk Zahra. Namun, pernikahan yang bahagia kini rusak akibat kehadiran orang ketiga. Evan selaku suami, mulai membandingkan Zahra dengan gadis lain.
Suatu hari dia memutuskan untuk menjalin hubungan hingga tidak memperdulikan hati Zahra. Akankah pernikahan mereka mampu diselamatkan? Ataukah Zahra harus merelakan suaminya bersama dengan wanita lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 9 Rencana bulan madu
Keesokan paginya, Zahra terdiam sambil memandang keluar jendela. Entah apa yang sedang gadis itu pikirkan. Tiba-tiba, Evan memeluknya dari belakang hingga membuat Zahra kaget.
"Mas, aku pikir siapa." Zahra tersenyum, dia meletakkan tangannya di atas tangan Evan yang melingkar di pinggangnya.
"Apa yang sedang kau pikirkan, sayang? Aku lihat, sejak kehadiran Anna, kau terlihat murung. Oh, kau takut, ya, jika kasih sayang Mama akan terbagi?" Evan meletakkan dagunya di pundak Zahra.
"Ck, sedikitpun aku tidak pernah berpikir seperti itu, Mas. Bahkan, aku bahagia karena bertambah kasih sayang, yaitu darimu." Zahra mengelus kepala Evan dengan lembut.
Cup.
"Ini sudah hampir siang, aku sudah merencanakan kepergian kita untuk bulan madu."
"Kau sudah mendapatkan tempat yang pas, Mas?"
"Hm," Evan mengangguk. "Maka dari itu, kita harus turun ke bawah. Sarapan sekaligus mengatakan pada Mama untuk rencana bulan madu ini." Evan melepaskan pelukan dan dia menggenggam jemari Zahra untuk keluar dari kamar.
Mereka berdua bergandengan menuruni anak tangga, disana sudah ada Anna yang membantu menyiapkan sarapan pagi. Gadis itu melirik ke arah tangga, dia melihat Zahra yang sangat ceria pagi hari ini.
'Baiklah kakakku, dari dulu kau sudah mendapatkan segalanya. Jadi, sekarang giliranku.' Anna tersenyum licik.
"Selamat pagi, Kak." sapanya ketika Zahra sudah mendekat.
"Pagi, An. Oh, ya, Mama mana?" Zahra duduk di kursi dan di susul oleh Evan.
"Mama sedang menyirami bunga kesayangannya, mungkin sebentar lagi akan menyusul."
Zahra hanya ber oh ria, sementara Anna mencuri pandang menatap Evan yang memang sangat tampan dan gagah.
'Hm, beruntung sekali Zahra bisa mendapatkan suami seperti Tuan Evan.' batin Anna sedikit iri dengan kehidupan Zahra.
"An, kau baik-baik saja?" Zahra menatap Anna yang terdiam.
"Ya, maaf." Anna duduk dan tak lama kemudian Mama datang menyusul mereka.
Mereka berempat sarapan dengan tenang dan sesekali Zahra membuka obrolan tentang masa kuliahnya dulu. Tentu saja hal itu membuat Anna sedikit kesal karena dia tidak pernah mendapatkan fasilitas seperti Zahra.
'Tidak apa, aku akan membalas semuanya mulai hari ini. Mama, fasilitas, rumah, semua akan menjadi milikku. Jika bisa, Evan juga harus jatuh di tanganku.' Anna memikirkan hal yang sangat jahat, dia tertawa dalam hati. Kebencian dihatinya untuk Zahra tiba-tiba timbul begitu saja.
Selesai sarapan, Evan membuka pembicaraan tentang bulan madu.
"Ma, saya dan Zahra memutuskan untuk pergi berbulan madu."
"Ide yang sangat bagus. Kapan kalian akan pergi, dan kemana?"
"Sejujurnya saya ingin mengajak Zahra pergi ke Swiss, tapi dia mengatakan jika dirinya sudah pernah pergi kesana dan memilih Jepang untuk tempat berbulan madu. Rencananya lusa kami akan berangkat."
"Jepang adalah tempat yang indah, pergilah! Mama hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk kalian. Siapa tau, pulang dari bulan madu kalian berdua langsung kasih cucu ke Mama."
Pipi pengantin baru itu bersemu merah, berbeda dengan keduanya, Anna justru memasang wajah yang tidak enak. Dia berharap jika Zahra dan Evan tidak jadi pergi.
'Sial! Zahra bahkan sudah pergi keliling dunia, sementara aku? Aku bahkan belum pernah merasakan pergi ke Swiss ataupun jepang.' batin Anna iri.
"An, kakakmu ingin pergi berlibur bersama suaminya. Apa kau tidak ingin pergi juga? Barangkali kau ingin pergi liburan ke luar negeri. Mama akan meminta salah satu asisten kakakmu untuk menemanimu."
"Tidak, Ma! Aku masih ingin bersama dengan Mama."
Jessica tersenyum manis mendengar perkataan Anna.
****
Siang hari, Anna melihat Evan yang sedang berenang di kolam. Cuaca yang sangat panas membuat pria itu gerah dan memutuskan untuk berenang. Ide licik terlintas dibenak Anna, dia ingin melihat Zahra merasakan apa yang dia rasakan selama ini. Kehilangan orang yang sayang padanya dan mencintainya.
Perlahan Anna melangkah dengan membawa nampan berisi satu gelas jus jeruk. Dia sengaja memberikan perhatian pada kakak iparnya itu.
"Mas?"
Evan yang sedang berenang langsung menghentikan aktivitasnya dan menoleh.
"Anna, ada apa?"
"Aku membawakan Jus untukmu," Anna berbicara dengan sedikit berteriak agar Evan mendengarnya.
"Letakkan saja disana!" Evan pun menunjuk meja.
Anna tersenyum manis dan dia meletakkan nampan itu di atas meja, tak lama kemudian dirinya pergi dan Evan naik ke permukaan untuk meminum jus dari Anna. Ya, sedikit menghargai pemberian dari seseorang, terlebih lagi orang itu adalah adik iparnya.
Saat sedang menenggak jus, tiba-tiba suara riak air terdengar. Evan terkejut karena dia melihat Anna yang tercebur di dalam kolam renang. Lebih parahnya gadis itu terlihat tidak bisa berenang karena melambaikan tangannya seakan minta tolong.
"Anna!" teriak Evan, pria itu menceburkan dirinya ke dalam kolam untuk membantu Anna.
Setelah berhasil di selamatkan, Evan meletakkan kepala Anna di pahanya.
"An, Anna bangun!" pria itu menepuk pipi Anna secara perlahan. "Ra! Zahra!"
Zahra berlari menghampiri dan dia menutup mulutnya menggunakan telapak tangan.
"Mas, Anna kenapa?"
"Entahlah, tadi dia baru saja memberikan jus padaku. Lalu, saat aku meminum jus darinya, tiba-tiba aku mendapati dia sudah berada di dalam kolam dan kelihatannya dia tidak bisa berenang."
Zahra sedikit heran. 'Untuk apa Anna memberikan jus pada Mas Evan?' batinnya, hati gadis itu pun tidak tenang.
"Ra, kenapa kau malah bengong? Ayo, kita bawa Anna masuk ke dalam rumah." Evan berdiri dan dia menggendong Anna.
Zahra yang berjalan di belakang Evan hanya merasa curiga, feeling-nya tentang Anna sangat tidak baik. Gadis itu menggeleng, mencoba mengusir pikiran buruknya. Dia berjalan cepat menyusul suaminya yang sudah masuk ke dalam rumah.
Beberapa jam kemudian, dokter sudah memeriksa Anna dan mengatakan gadis itu baik-baik saja. Mungkin hanya akan mengalami demam atau batuk pilek akibat air yang terminum.
"Ya ampun, Anna. Kenapa kau bisa tercebur ke dalam kolam?" Jessica membelai lembut rambut putrinya.
"Musibah yang terjadi hari ini, sepertinya Mama harus membatalkan pertemuan."
"Pertemuan? Pertemuan apa, Ma?" Zahra pun bertanya.
"Pertemuan keluarga Almarhum papamu, Nak. Mereka ingin bersilaturahmi agar tidak terputus tali persaudaraan meskipun Papamu sudah meninggal."
"Jangan, Ma! Mama tidak bisa membatalkan pertemuan penting seperti itu."
"Lalu, bagaimana dengan adikmu? Kalian berdua besok ingin pergi berbulan madu, Mama tidak bisa meninggalkan Anna sendirian dalam keadaan sakit seperti ini." Jessica memegang dahi Anna yang sedikit terasa panas.
Zahra melirik Evan sejenak, nalurinya sebagai anak pertama pun membuat dia harus mengalah.
"Mama pergilah, masalah Anna, biar Zahra yang menemaninya dirumah."
"Maksudnya? Lalu, bagaimana bulan madu—"
"Ma, masih banyak waktu. Dan meskipun Mas Evan nanti harus masuk ke kantor, kami bisa melakukan liburan kapan kapan. Ya, 'kan, Mas?"
Evan mengangguk, dia paham kenapa Zahra berkata seperti itu. "Benar, Ma. Mama jangan memikirkan Anna, ada kami yang akan menemaninya."
Jessica tersenyum haru. "Maafkan Mama, Nak. Kalian gagal pergi bulan madu hanya karena Mama."
"Mama tidak boleh bicara seperti itu, Zahra lebih mementingkan Mama dibandingkan dengan apa pun." Zahra memeluk Jessica.
Di satu sisi, Anna yang sudah sadar dan berpura-pura masih pingsan tersenyum senang.
'Yes, rencanaku untuk menggagalkan bulan madu Evan dan Zahra akhirnya berhasil.' batin Anna bahagia.
Bersambung