NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta Asri

Mengejar Cinta Asri

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Poligami
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Arya wijaya

Mengambil sebuah keputusan membuat cinta terpisah antara Sam dan Asri, adalah suatu kesalahan besar yang di lakukan Sam, saat sudah tak ada beban dalam hidupnya kini Sam berusaha mengejar cinta sejatinya, begitu banyak rintangan yang di lalui tak lupa juga saingan besar untuk memperoleh kembali cinta Asri yang sempat hilang 6 bulan lamanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arya wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MEMBACA CHAT

Pagi hari tiba, kini waktunya Arif berangkat ke bandung, baru saja Bu Fatma merasakan kumpul keluarga kini Ia harus merelakan anak bungsunya pergi dinas di luar kota.

"Kamu yang hati-hati bekerja di kota orang, jaga kesehatan, jangan telat makan, pokonya harus apik"

Arif tersenyum mendengar nasihat ibunya.

"Iya ibu, Aku pasti akan selalu mengingat nasihat ibu"

Sam kini sudah bersiap untuk berangkat kerja, namun sebelum pergi ke kantor Ia ingin mampir ke rumah sakit menjenguk Pak Faris.

Usia kandungan Tini kini memasuki 5 bulan, tapi Tini merasa sudah engap dan sering sakit pinggang.

"Aduh..."

Tini mengeluh kemudian Ia duduk di meja makan.

"Kamu kenapa Tini?"

Tanya Bu Fatma.

"Aku sakit pinggang Bu, Sam antar Aku cek kandungan ya"

Sebagai dokter Arif pun menawarkan diri untuk memeriksa kakak iparnya.

"Memang nya Kamu ahli kandungan?"

Tanya Tini yang tak percaya akan kualitas Arif.

"Aku bisa kok mba.. Lagi pula Aku di tugaskan di Bandung itu untuk menjadi dokter pribadi ibu hamil, Aku kan ambil jurusan ahli bedah kandungan, ahli bedah jantung"

Padahal yang di harapkan Tini adalah perhatian dari Sam bukan perhatian dari adik iparnya.

"Ya sudah Kamu periksa saja dulu mbak Tini"

Ucap Bu Fatma menyuruh Arif memeriksa Tini

Sam hanya diam tak berkata apapun, sepertinya Sam benar-benar sudah tidak peduli lagi dengan kondisi Tini.

"Sam.. Kamu jangan begitu dong, biar bagaimanapun Tini hamil anak Kamu"

Ucap bu Fatma menasihati Putranya.

"Gak tahu Bu.. Aku seperti merasa itu bukan anak Aku, dulu waktu Tini hamil karena kecerobohan Aku, Aku menyadari itu, dan Aku mengakui itu, tapi waktu kemarin Aku merasa itu hanya trik Tini mengelabui Aku, tapi Aku juga tidak tahu, apakah perasaan Aku ini benar atau bagaimana"

Bu Fatma tak mengerti dengan sikap Sam yang semakin lama semakin acuh, Tak lama Tini keluar bersama Arif dan Arif mengatakan jika Tini hanya butuh istirahat yang banyak dan tidur dengan posisi miring.

"Kamu sudah dengar kan Tini, harus banyak istirahat"

Sam berbicara dengan singkat tegas dan ketus, Tini merasa sia-sia telah berbohong begitu lama soal kehamilannya, karena apapun yang terjadi pada kandungannya tetap saja tidak akan merubah sikap Sam yang acuh tak perduli padanya.

Setelah selesai sarapan Arif pun berpamitan dengan sang ibu

"Bu.. Aku pamit ya, Mas Aku pamit"

Arif dan Sam berpelukan kemudian Sam mengatakan sesuatu di telinga Arif.

"Kalau Kamu tahu informasi Asri beritahu mas ya secepatnya"

Arif menganggukkan kepalanya tanda Ia mengerti.

Setelah Arif jauh barulah Sam pergi pamit pada ibu nya.

Sesampainya di rumah sakit Sam langsung berjalan menuju kamar rawat Pak Faris.

"Permisi.."

Fahmi menoleh dan tersenyum dengan kedatangan Sam .

"Sam.. Masuk silahkan"

"Bagaimana kabar Pak Faris, apa kondisinya semakin membaik"

Fahmi menghembuskan nafasnya kemudian menggelengkan kepalanya

"Entah lah Sam, papah semakin menurun kondisinya"

Tiba-tiba Fahmi menanyakan hubungannya dengan Tini istri Sam

"Kenapa Kamu bertanya soal itu, perasaan tidak ada urusannya dengan Kamu"

Fahmi merasa sangat bersalah terhadap Sam, selama Pak Faris sakit, Sam selalu membantu keluarga Pak Faris memberikan uang setiap bulan untuk keperluan Fahmi dan Pak Faris setiap harinya, bahkan Sam yang membiayai rumah sakit Pak Faris selama Pak Faris sakit.

"Tidak apa-apa sih.. Aku hanya ingin bilang terimakasih pada Kamu, karena Kamu telah banyak membantu papah selama ini"

Sam kini memeluk Fahmi sebagai rasa simpatinya agar Fahmi merasa bahwa dirinya tidak sendirian saat ini.

"Sama-sama Fahmi, Aku juga senang melihat keadaan Kamu sekarang, Kamu sudah bukan Fahmi yang dulu"

Karena rasa bersalahnya itu, kini Fahmi memberanikan diri memberikan handphone milik Tini yang pernah Ia pegang sebagai senjatanya setiap kali meminta uang pada Tini.

"Ini apa Fahmi"

Sam berbicara sambil menerima handphone dari tangan Fahmi

"Ini handphone Tini, di dalamnya ada banyak chat dari Pak Herman papah Tini, silahkan Kamu lihat isinya, Aku tidak ingin menyembunyikan hal besar ini lagi"

Sam sungguh tak mengerti mengapa bisa handphone Tini berada di tangan Fahmi, kini Sam pun bertanya dengan wajah yang cukup serius.

"Fahmi tolong jelaskan ini semua, kenapa handphone Tini berada di tangan Kamu, apa yang terjadi"

Dengan berani Fahmi mengatakan kebenaran awal mula Ia bertemu Tini, hingga pemerkosaan yang telah Fahmi lakukan terhadap Tini.

"Maafkan Aku Sam, Aku saat itu dalam pengaruh Minuman, dan yang kedua saat Aku tahu Tini adalah Isti Kamu, Aku merasa senang karena Akhirnya Aku bisa membalas sakit hati ku lewat Tini"

Sam cukup terkejut mendengar cerita yang Fahmi katakan, dia seperti tak percaya, tapi dari masalah ini, Sam kini merasa ada peluang untuk menceraikan Tini.

"Aku sungguh tidak percaya ini semua Fahmi jadi anak yang di dalam kandungan Tini adalah anak kamu"

Fahmi menganggukkan kepalanya dengan terus meminta maaf pada Sam, namun respon Sam tidak seperti suami-suami lainya yang ketika istrinya di sentuh orang lain akan marah hingga mungkin mengamuk.

"Kamu tidak marah Sam?, kenapa Kamu tidak memukul Aku atau menghukum Aku"

Sam hanya terdiam menatap wajah Fahmi dengan banyak pertanyaan, lalu Sam menjawab pertanyaan Fahmi.

"Hubungan rumah tangga Aku dengan Tini sudah tidak membaik selama hampir 4 tahun ini, dan Kamu tahu Dia merencanakan sesuatu seolah-olah Aku ayah dari anak yang di kandung nya"

Setelah menceritakan hal itu, Sam kini penasaran chat yang ada di dalam handphone Tini, Ia pun mulai membuka satu persatu chat Tini dengan pak Herman, dan betapa Ia terkejutnya saat tahu bahwa peristiwa kebakaran dan kerusakan mesin di gudang adalah rencana Pak Herman.

"Jadi semua ini rencana Pak Herman sengaja membuat bangkrut perusahaan Papah Kamu"

Fahmi menganggukkan kepalanya kemudian berkata,

"Iya karena Pak Herman marah dan dendam terhadap Aku, karena Aku telah menodai Anaknya"

Sam masih penasaran ia terus scroll chatting Tini dengan Pak Herman, dan kali ini Dia sangat terkejut hingga matanya terbelalak lebar, hingga terlihat otot-otot yang ada di wajah Sam.

"Jadi perampokan waktu itu juga bagian rencana Herman untuk membebaskan Tini"

Sam bicara pada dirinya sendiri dengan rasa amarah dan emosi.

Tak ingin berlama-lama disini Sam langsung melangkahkan kakinya pergi dari Rumah sakit untuk meminta penjelasan Tini tentang masalah ini.

"Sam..."

Fahmi memanggil Sam Ia berusaha mengejar Sam, namun tiba-tiba Pak Faris terbangun dan memangil.

"Fahmi... Fahmi... "

Fahmi tak jadi mengejar Sam, Ia memilih kembali ke ruang rawat papahnya .

Lalu Ia menjelaskan jika tadi Sam kesini dan Ia sudah mengatakan semua kebenaran tentang kehamilan Tini.

"Jadi Kamu sudah mengakui kesalahan Kamu telah memperkosa istri Sam"

"Iya Pah, Aku tidak bisa hidup terus begini, Aku lelah Pah, Aku capek.. Aku merasa sangat bersalah, dan Aku tidak ingin selalu merepotkan Sam Pah"

Pak Faris ikut bersedih melihat kehidupan Putranya, namun Ia juga cukup bahagia karena Putranya saat ini sudah banyak berubah, dan selalu menjaganya disini.

"Papah mengerti perasaan Kamu Nak"

Fahmi langsung memeluk sang Ayah dengan menangis kecil.

Tini merasa kecewa karena Sam tak pernah memberikannya perhatian, lalu Ia menelpon sang ayah dan mengadukan sikap Sam yang seperti ini.

"Pah Aku ingin papah mengancam Sam, hutang itu belum lunas kan Pah"

Tini bicara seakan tak ada yang mendengar percakapannya dengan pak Herman, namun ternyata Bu Fatma ada di belakangnya sedang mendengarkan setiap kata yang di bicarakan Tini dengan Pak Herman.

"Percuma Pah, Aku membohongi Sam selama ini, tetap saja sikapnya selalu acuh terhadap Aku, bahkan ketika Aku hamil pun Sam masih tetap sama Pah, malah dia semakin menjauh"

"Lalu papah harus bagaimana Tini, papah sudah berusaha merencanakan rencana-rencana gila untuk menyatukan kamu dengan Sam, sekarang pun Sam seperti sudah tak perduli dengan kontrak perjanjian itu"

Tini pun menangis tanpa suara, lalu Ia mengatakan,

"Yang di Anggap anaknya saja Sam tidak mau menerima kandungan ku ini, apalagi jika Sam tahu yang sebenarnya Pah, Aku takut Pah.. apalagi Fahmi sekarang-sekarang ini sering sekali menghubungi ku, dan meminta uang pada Aku Pah"

Pak Herman kaget mendengar Fahmi kini berusaha mengganggu Tini lagi.

"Apa.... Dia mengganggu Kamu lagi Tini"

"Iya, Dia meminta uang dan mengancam aku jika tak memberikan uang itu, dia akan menceritakan siapa ayah anak dalam kandungan ku ini"

Deg.... Bu Fatma kini mendengar semua ucapan Tini, Ia kaget terkejut hingga membuat sakit jantungnya kambuh lagi, Bu Fatma memegangi dadanya saat mendengar Tini mengatakan bahwa anak yang ada di dalam kandungannya bukan anak Sam.

Sesak nafas mulai terasa Bu Fatma sungguh tak menyangka Tini menyimpan kebohongan besar ini sekian bulan lamanya.

"Pah.. pokonya Aku minta, Papah hubungi Sam lalu papah ancam dia supaya dia mau menerimaku anak yang aku kandung ini"

Tak lama Tini mengakhiri obrolannya di telepon, Ia memencet tanda call merah dengan wajah yang marah.

1
Alang Sari
konflik di dalam cerita cukup rumit namun salut bagi penulis bisa menjabarkan dengan detail, dan tersusun rapih
Alang Sari
ceritanya menarik, semakin penasaran
Nur Yawati
lnjut
Arya wijaya: Thank you Kaka atas like nya di setiap episode.. terimakasih banyak sudah mampir terus.. 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!