Warning!!!
Selamat berhalu dan membayangkan karakter pemeran ya... 😘
Di sebuah desa terpencil, hiduplah seorang gadis bernama Vina, yang dikenal sebagai gadis bar bar namun memiliki paras yang cantik. Ia tumbuh menjadi gadis yang keras kepala dan penuh semangat, dengan sikap yang tak kenal takut dan tak mudah diatur. Namun, kehidupan Vina berubah drastis ketika keluarganya terjerat hutang besar yang tak mampu mereka lunasi.
Untuk menyelamatkan keluarga dari kehancuran finansial, orang tua Vina memaksanya menikah dengan seorang pemuda kaya raya bernama Nathan. Nathan adalah putra tunggal dari keluarga terpandang yang memiliki harta melimpah. Meski tampan dan menawan, ada kelainan di dirinya dan sering bertingkah seperti banci. Tingkah lakunya yang lembut dan gemulai membuat banyak orang terkejut, termasuk Vina.
Bagaimana kisahnya? Yuk kita mulai...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18 - Prank
Kejutan Romantis
Hari ini adalah hari yang cukup melelahkan bagi Vina setelah melewati masa berlatih Nathan yang lebih baik. Kini ia keluar dari kamar mandi dengan handuk kecil yang mengeringkan rambutnya. Uap panas masih mengepul dari kulitnya yang lembut, memberikan aura segar dan menenangkan.
Sementara itu, Nathan sedang bersandar di meja rias dengan tangannya yang dilipat di dada. Ia menatap Vina dengan tatapan dan senyum hangat.
"Kenapa melihatku seperti itu? Bikin gerogi aja tau," seru Vina, berusaha terdengar santai meski hatinya berdebar. "Cepat mandi sana," lanjutnya seraya melempar handuk kecil bekasnya ke arah Nathan.
Secepat kilat, Nathan menangkap handuk tersebut dengan sempurna, gerakannya begitu lincah hingga membuat Vina mengacungkan jempolnya sebagai apresiasi.
"Vina," panggil Nathan dengan suara yang dalam dan resonan, begitu berbeda dari biasanya.
Vina tersentak saat mendengar sesuatu yang tidak ia percayai. "Nathan, apa kau memanggilku?," tanyanya, merasa tidak yakin dengan apa yang baru saja didengarnya.
Nathan menatap Vina semakin dalam, senyum lembutnya berubah menjadi pandangan yang menggoda. Perlahan, ia berjalan menghampiri Vina dengan gaya cool, setiap langkahnya menunjukkan sisi jiwa laki-laki sejati.
"Nathan?," seru Vina saat melihat Nathan seperti orang yang berbeda. Jantungnya berdebar kencang saat Nathan semakin mendekatinya.
Nathan berhenti tepat di depan Vina, dengan mata yang terus menatapnya lebih dalam. Lalu, Ia meraih tangan Vina dan memegangnya dengan lembut, jari-jarinya yang hangat memberikan perasaan nyaman dan aman untuknya.
"Vina," kata Nathan lagi, kali ini suaranya lebih lembut, namun masih khas laki-laki. "Apa kau menginginkan ini dariku?."
Nathan merangkul pinggang Vina dengan lembut, lalu mendekatkan wajahnya ke arah Vina yang terlihat bingung dan gelisah. "Nathan, kau kenapa? Ada apa denganmu?," tanya Vina, merasa cemas saat ia terus melangkah mundur dan hampir mentok ke kasur.
Beberapa saat kemudian, dengan gerakan yang mendadak, Nathan menjatuhkan dirinya hingga ia bertumpu di atas tubuh Vina layaknya seorang pria macho. Tubuhnya menutupi Vina dengan posisi yang intim sehingga membuat jantung Vina berdegup kencang tak karuan.
Deg deg! Deg deg! Deg deg!
Dalam posisi tersebut, Nathan menatap Vina begitu dalam, sikapnya begitu jantan saat ini. Vina merasa terbawa suasana dan merasakan kehangatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
"Tutup matamu," ucap Nathan. Vina, dengan pipinya yang memerah, hanya menurut dan memejamkan matanya.
Namun, beberapa saat kemudian, Nathan tiba-tiba tertawa centil ala banci seraya bangkit dari tubuh Vina yang sudah menegang. "A hi hi hi hi hi... Yey lucu sekali sih," serunya sambil asyik menertawakan Vina.
Vina membuka matanya terbelalak, rasa malu dan kecewa bercampur aduk di dalam dirinya. Ia langsung bangkit dengan kesal seraya menstabilkan perasaannya. "Kau sangat menyebalkan!," serunya dengan wajah yang masih merah padam.
Nathan hanya tertawa terbahak-bahak, merasa puas dengan candaan yang telah ia buat. "Yey gampang banget dibecandain, say."
Merasa tidak tahan lagi, Vina beranjak pergi ke luar kamar sambil ngedumel, "Kau benar-benar menyebalkan, Nathan!." Nathan masih terdengar tertawa di belakangnya, tidak menyadari betapa Vina benar-benar marah dan kecewa.
Di luar kamar, Vina menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. "Aku harus lebih sabar," gumamnya pada dirinya sendiri. "Aku yakin dia bisa berubah, tapi kenapa begitu sulit?."
Bersambung...
