NovelToon NovelToon
Menjelang Malam Di Bumi Perkemahan

Menjelang Malam Di Bumi Perkemahan

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Mengubah Takdir / Roh Supernatural
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Rin Arunika

🍀
Sebuah rahasia akan selalu menjadi rahasia jika tak ada lagi jejak yang ditinggalkan. Namun, apa yang terjadi jika satu persatu jejak itu justru muncul kembali dengan sendirinya ? Akankah rahasia yang sudah terkubur akan terungkap kembali ?
Apakah itu semua berhubungan dengan mitos yang beredar bahwa ‘mereka’ akan selalu hadir di tempat yang paling mereka ingat selama hidup mereka ?
..
🍀

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rin Arunika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menjelang Malam

Semakin tenggelam matahari, semakin sepi pula suasana perumahan warga di sana. Hampir semua warga telah menghentikan kegiatan mereka di luar rumah. Namun, Hanna, Rayya dan Vivianne masih ke sana kemari mencari rumah untuk bisa ikut menumpang bersih-bersih.

Mereka beberapa kali berpapasan dengan peserta lain untuk urusan yang sama. Tetapi, hampir semua jawaban mereka sama; tereak aja ‘misi...’ gitu. Ketok-ketok pintunya...

“Ih. Rese banget sih orang-orang! Timbang minta anterin ke rumah warga aja pada kagak mau...” gerutu Vivianne

“Enggak juga, sih. Kitanya juga yang kemaluan-”

“Heh!” teriak Vivianne dan Hanna kompak memotong kalimat Rayya

“Apa ? Gue salah ?” cetus Rayya

“Cangkemmu ! Kemaluan...! ‘Pemalu’ gituh bilangnya! Entar salah paham lagi...” balas Vivianne

“Kalian kayak baru sekarang aja denger gue typo ngomong...” keluh Rayya

“Abisnya typo yang barusan rada bahaya” Hanna sedikit terkekeh, “be te we ini kita jadinya ke mana, nih ?”

“Tau! Beraniin aja yuk ngetok-ngetok rumah warga…” ajak Vivianne

“Lo ?” timpal Rayya

“Hanna, dong!” sahut Vivianne

“Kok gue ?” Hanna mengernyitkan dahinya

“Iya. Lo aja, gue mah kemaluan…” balas Vivianne sambil menahan tawa

Sadar bahwa Vivianne baru saja mengutip kesalahannya, seketika tampang Rayya berubah seperti ingin menerkam Vivianne.

Setelah memikirkan banyak pertimbangan untuk bisa sekadar menumpang bersih-bersih, mereka bertiga akhrinya memutuskan sebuah hal besar.

“Ya udah. Pokoknya entar kalo ada warga yang masih di luar, kita beraniin mampir!” ujar Hanna

Kalian masih ingat rumah yang pernah Lia singgahi ketika diantar Nathan ? Ya. Dari banyaknya rumah warga, hanya rumah itu yang penghuninya masih berada di luar rumah.

Dan sesuai ucapan Hanna sebelumnya, mereka memberanikan diri menghampiri rumah itu.

“Misi... Pak… Bu…” Hanna memang tak pernah mengingkari ucapannya.

“Apa ? Mau ke kamar mandi ?” wanita itu agak ketus.

“Eh! Tenang aja atuh jawabnya... Kasian anak-anaknya tuh pada takut…” pria di depannya terdengar lebih ramah, “oh, ya. Panggil aja, saya Pak Sartawi . Itu, istri saya. Namanya Bu Karti...”

Mereka terlihat sudah sepuh. Misalnya seperti Pak Sartawi, penutup kepala berwarna hitamnya sangat kontras dengan jenggot dan rambutnya yang sebagian besar berwarna putih. Pakaiannya khas, berwarna putih dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Tunggu, sepertinya penampilan pak Sartawi ini tidak asing, bukan ?

“Anu… Maaf Bu, Pak… Kalo gitu, kita-” kalimat Hanna yang terdengar canggung keburu dipotong ucapan pak Sartawi.

“Eh eh… Kalian mau ke kamar mandi mah boleh aja... Ya, Bu ?” ucap Pak Sartawi

Pak Sartawi bersikap seolah seperti meminta persetujuan Bu Karti.

“Ya sudah. Ikut saya!” ketus Bu Karti

Hanna, Rayya dan Vivianne akhirnya memberanikan diri untuk menumpang ke rumah itu, meski ada sedikit rasa ragu dan tak enak hati dibenak mereka.

“Nah, tuh kamar mandinya di sana” ucap Bu Karti

Selain halamannya yang masih berupa tanah kosong dan tidak dipasangi paving block, keadaan di dalam rumah itu pun tak jauh berbeda.

Area yang terlihat sudah dilantai hanya di bagian tengah rumah saja, itu pun masih terbuat dari adonan semen. Sementara bagian dapur masih berlantaikan tanah.

“Makasih, Bu…” ucap mereka kompak

Bu Karti berdiri untuk beberapa saat dan melempar tatapan tajam ke arah mereka. Setelah itu, Ia kembali menghampiri Pak Sartawi di halaman depan rumah.

“Barengan aja, yuk ?” bisik Vivi

“Ah, malu...” balas Rayya

“Ssttt... Heh! Kepepet nih. Barengan aja, ayo” tegas Hanna

Seperti ucapan Hanna barusan, akhirnya mereka sepakat untuk bersama-sama membersihkan diri di sana. Meskipun tidak terlalu luas, namun area kamar mandinya cukup untuk menampung mereka bertiga.

Hanna menjadi orang pertama yang memasuki kamar mandi, disusul Rayya, dan terakhir ada Vivianne.

Namun, langkah Vivianne terhenti sesaat ketika dirinya memasuki ambang pintu kamar mandi. Kepalanya berdenyut hebat dan pandangannya mendadak gelap. Vivianne refleks berusaha mencari sesuatu untuknya berpegangan.

Pada momen itu, entah kenapa Vivianne seperti melihat ingatan seseorang. Benar-benar aneh.

Dalam bayangannya, Vivianne melihat seorang gadis berseragam putih abu-abu menyimpan sebuah barang di lemari bajunya.

Lebih anehnya lagi, tempat yang terlintas di bayangannya itu sangat mirip dengan rumah Pak Sartawi dan Bu Karti sekarang ini.

Kejadiannya memang sangat cepat. Hanna dan Rayya pun tidak menyadari apa yang Vivianne alami barusan. Sekilas ingatan asing itu lalu menghilang begitu saja.

#

Sebelum hari berganti sore, sebuah mobil terlihat parkir di dekat area perkemahan. Pak Miko bersama Tim PMR berkumpul di dekat mobil itu dan menyaksikan Windy tengah dievakuasi oleh tim medis rumah sakit.

“Kita percayain sama Bu Niken ya, Bu ?” ucap Pak Bayu

“Jadi yang stand by di sini cuma Pak Bayu sama Pak Miko ? Guru-guru yang lain kan tadi baru aja pada pulang…” tanya Bu Niken

“Iya. Tapi gak apa-apa. Windy tetep lebih butuh dampingan Bu Niken…” tambah Pak Miko

“Kalo gitu, saya pamit ya. Pak Bayu, Pak Miko…” Bu Niken berpamitan untuk ikut menemani Windy

“Iya Bu”

“Hati-hati Bu”

Dan setelahnya, Bu Niken turut ikut masuk ke dalam mobil itu menemani Windy yang masih belum sadarkan diri.

Para peserta perkemahan lain yang menyaksikan hal itu tampak ikut tercengang. Terlebih Regu C Putra dan Regu C Putri. Sebab, mereka tahu betul bagaimana antusiasnya Windy menunggu dan mengikuti acara perkemahan itu.

#

Senja yang hangat mulai berganti malam dan terasa semakin dingin.

Para peserta dan panitia perkemahan hampir seluruhnya telah kembali ke tenda masing-masing. Namun, masih terdapat sejumlah murid yang sedang melaksanakan doa bersama di tengah lapangan. Para peserta itu dipimpin oleh Pak Miko.

Regu C Putri pun seperti itu. Di tenda itu hanya terdapat beberapa orang saja karena kebanyakan dari mereka masih berada di lapangan.

“Aduh… Rambut gue lama banget keringnya deh, ih. Sebel…”Lia terus menyeka rambut panjangnya dengan sebuah handuk kecil.

“Seriusan ? Lo keburu keramasan ?” timpal seseorang di sebelahnya.

“Iya, dong ! Gue tuh paling gak tahan banget kalo gak keramas tuh. Apalagi tadi abis panas-panasan. Ih, keringetan” balas Lia

“Entar masuk angin, lo” ceplos Vivianne.

“Enggak, kok! Ini udah mao kering. Santai aja gua mah” balas Lia

“Terserah, deh” balas Vivianne singkat, “temen-temen, kalo ada yang nanyain gue, bilangin aja kalo gue ke si Rayya bentar” Vivianne meninggikan suaranya.

“Ikutan doa juga lu ?” tanya salah seorang dari mereka.

“Enggak juga, sih. Gue pengen maen aja” balas Vivianne

“Hmm… Ya udah, sono!” pungkas seorang teman Vivianne

Tak lama setelah Vivianne meninggalkan tenda, Lia ikut berpamitan pada beberapa temannya yang masih di tenda.

“Lia ! Lu mao ke mana ?”

“Ke luar dulu, bentar” tanpa menyebutkan tujuan yang jelas, Lia pergi begitu saja meninggalkan tendanya.

Aksi Lia yang mendadak meninggalkan area perkemahan ternyata disadari oleh Rayya yang masih mengikuti kegiatan doa bersama di tengah lapangan sana.

Tatapan Raya jelas menyiratkan satu pertanyaan besar. Namun, sebelum pertanyaan itu terjawab, Ia keburu dikagetkan oleh kehadiran sesosok gadis tengil di sampingnya.

Bukannya memanggil nama Rayya, Vivi malah menggandeng tangan Rayya yang berada dibalik mukena dan mempersempit jarak mereka.

“Eh ? Mau login, Vi ? Yuk gue ajarin…” tanya Rayya dengan raut wajah datar tanpa beban

“Heh!” Vivianne melebarkan tatapannya

“Terus, ngapain ?”

“Gue bosen banget di tenda. Hanna ga ada-”

“Masih kumpulan ?” Rayya memotong ucapan Vivianne

“Heem” Vivianne mengangguk perlahan

“Ya udah. Lo di sini aja, bantu amin-in”

“Emang boleh ?” Vivianne tercengang

“Ya daripada lo ngobrol mulu sama gue” Rayya menyubit perut Vivianne

“Ishh… Ya udah, iya”

Kemudian Vivi terlihat menyatukan kedua tangannya di samping Rayya yang berbalut mukena dan menadahkan tangannya.

1
Xxxcyzz
cerita nya bagus lanjutkan kak
Flyrxn: mungkin next time bikin cerita horor lagi /Determined/ cerita yang ini udah end kak /Cry/
btw thank you, seneng rasanya kalo ceritanya disukain /Pray/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!