Di dunia yang dikuasai oleh kekuatan, Xiao Tian menolak tunduk pada takdir. Berasal dari alam bawah, ia bertekad menembus batas eksistensi dan mencapai Primordial, puncak kekuatan yang bahkan para dewa tak mampu menggapai.
Namun, jalannya dipenuhi pertempuran, rahasia kuno, dan konspirasi antara alam bawah, alam atas, dan jurang kematian. Dengan musuh di setiap langkah dan sahabat yang berubah menjadi lawan, mampukah Xiao Tian melawan takdir dan melampaui segalanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tian Xuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11: Pertempuran Murid Inti & Luka di Bawah Rembulan
Langit malam diterangi rembulan pucat, namun di dalam Sekte Seribu Pedang, pertarungan berlangsung sengit.
Pertarungan murid inti—ajang yang hanya bisa diikuti oleh mereka yang berbakat. Para murid inti dan tetua sekte duduk di kursi kehormatan, sementara murid luar dan para pemetik herbal hanya bisa berdiri di kejauhan, menyaksikan dari luar batas kekuatan yang tidak bisa mereka capai.
Di antara mereka, Xiao Tian, Lu Feng, dan Li Heng berdiri bersama.
Namun, Li Heng lah yang terlihat paling gelisah.
Matanya terpaku pada sosok gadis berpakaian biru muda yang berdiri di tengah arena.
Zhao Yuyan.
Malam ini, dia akan bertanding melawan seorang murid inti kuat—Shen Tian, kakak senior yang selama ini dikaguminya.
Dan bagi Li Heng, ini lebih dari sekadar pertarungan.
Malam ini akan menentukan seberapa jauh jarak antara dia dan gadis yang selama ini ia cintai.
Pertarungan yang Tidak Seimbang
Di atas panggung, dua sosok berhadapan.
Zhao Yuyan memegang pedangnya dengan erat, wajahnya penuh tekad.
Sementara itu, Shen Tian, dengan pakaian putih bersih dan senyum percaya diri, berdiri dengan santai.
"Kakak Senior," kata Zhao Yuyan dengan suara mantap, "hari ini, aku ingin melihat sejauh mana aku bisa melangkah."
Shen Tian tersenyum. "Kalau begitu, tunjukkan padaku."
Tanpa aba-aba lebih lanjut, pertarungan dimulai.
Zhao Yuyan melompat ke depan, pedangnya menari di udara, setiap tebasan meninggalkan jejak es yang berkilauan.
Tekniknya anggun namun tajam, seperti badai salju yang mengamuk di musim dingin.
Namun, Shen Tian tetap tenang.
Dia hanya menghindar dengan gerakan ringan, seolah-olah dia sedang bermain-main dengan seorang junior, bukan bertarung dengan serius.
Para murid berseru kagum.
"Zhao Yuyan sudah sangat kuat!"
"Tapi tetap saja, dia masih jauh dari Shen Tian..."
Li Heng mengepalkan tinjunya.
"Yuyan sudah berusaha sekeras ini... Tapi aku bahkan tidak bisa berdiri di sana bersamanya..."
Di sisi lain, Xiao Tian memperhatikan dengan tenang, senyumnya samar.
"Perjuangan seorang manusia yang ingin melawan takdirnya... tapi pada akhirnya, takdir selalu kejam."
Kekalahan dan Pengakuan Cinta
Pertarungan berlangsung selama beberapa menit sebelum akhirnya Shen Tian mengakhiri semuanya dengan satu serangan cepat.
Pedang Zhao Yuyan terpental dari tangannya, dan tubuhnya terdorong mundur, hampir jatuh dari panggung.
Shen Tian menahan serangannya di detik terakhir.
"Sudah cukup," katanya, nada suaranya lembut. "Kau sudah berusaha dengan baik, Shimei."
Zhao Yuyan terdiam.
Dia tahu bahwa dia sudah melakukan yang terbaik, tapi tetap saja... dia kalah telak.
Dia menggigit bibirnya, menatap Shen Tian dengan mata berkilauan.
Lalu, dengan suara yang sedikit bergetar, dia berkata:
"Kakak Senior... aku menyukaimu."
Suasana menjadi hening.
Para murid menahan napas. Bahkan Shen Tian tampak sedikit terkejut.
Di tempat lain, Li Heng merasakan dunianya runtuh.
Dada terasa sesak. Nafasnya tercekat.
Zhao Yuyan, gadis yang selama ini dia kagumi, menyatakan cintanya di depan sekte, di hadapan ratusan murid.
Tapi bukan kepadanya.
Melainkan kepada pria lain.
Jantungnya seolah berhenti berdetak.
Lu Feng yang berdiri di sebelahnya hanya bisa menghela napas.
"...Hancur sudah."
Di sisi lain, Xiao Tian tersenyum tipis.
"Begini rupanya... kehancuran seorang manusia dimulai."
Tapi apa yang terjadi selanjutnya menghancurkan Li Heng lebih dalam lagi.
Shen Tian, setelah beberapa saat terdiam, mengulurkan tangannya.
Dia menyentuh pipi Zhao Yuyan dengan lembut dan berkata, "Aku juga menyukaimu."
Boom!
Seakan ada ledakan yang menghantam dada Li Heng.
Semuanya menjadi gelap.
Para murid bersorak gembira.
Zhao Yuyan membelalakkan matanya, tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.
"A-apa... Kakak Senior..."
Shen Tian tersenyum. "Aku sudah menyadari perasaanmu sejak lama. Aku hanya ingin memastikan perasaanku sendiri... Dan sekarang aku yakin."
Di bawah cahaya rembulan, mereka berdua berpelukan.
Li Heng tidak bisa mendengar suara sorakan murid lain.
Dia bahkan tidak bisa mendengar suara detak jantungnya sendiri.
Dunia seakan runtuh.
Tangannya mengepal begitu erat hingga kuku-kukunya melukai telapak tangannya sendiri.
Darah menetes.
Dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Li Heng benar-benar ingin mati.
Kesedihan di Bawah Rembulan
Malam semakin larut.
Di taman sekte, Zhao Yuyan dan Shen Tian duduk berdampingan di bawah rembulan, mengobrol dengan akrab.
Zhao Yuyan tersenyum malu-malu. "Kakak Senior... aku sangat bahagia."
Shen Tian menatapnya dengan lembut, mengusap rambutnya dengan penuh kasih sayang.
Di balik pepohonan, Li Heng berdiri sendirian, menyaksikan semuanya.
Jantungnya sakit.
Setiap tawa Zhao Yuyan menusuk hatinya seperti ribuan jarum.
Ia menggigit bibirnya hingga berdarah, menahan tangis yang ingin pecah.
"Kenapa? Kenapa bukan aku? Aku sudah mencintainya selama bertahun-tahun... Aku sudah berusaha..."
Namun, pada akhirnya, dia tetap bukan siapa-siapa.
Di tempat lain, Xiao Tian masih mengamati, matanya menyala dengan ketertarikan.
"Ini menarik... Apakah kau akan bangkit, Li Heng? Atau kau akan tenggelam?"
Langit malam semakin gelap.
Dan di dalam kegelapan, sebuah benih kehancuran telah ditanam di hati seorang pria.