Tragedi Ranjang Kakak Tiri

Sepulangnya keluarga Tessa, Ares menghampiri papanya Agam. "Kenapa papa tidak memberitahuku dulu jika menandatangani kontrak kerja dengan perusahaan om Bram? haruskah Tessa kerja di perusahaan kita?."

"Ares papa tidak bisa menolaknya kepalang tanggung, kecuali jika kamu setuju dengan rencana perjodohan." Jawab Agam. "Ada apa? apa kamu takut jika kekasihmu terganggu nantinya, atau kekasihmu itu memang bekerja di perusahaan kita?."

"Kerja kontrak ini hanya satu bulan, Bram membutuhkan jasa kita." Lanjut Agam, ia tak bisa menolak sahabat yang pernah menolongnya waktu dulu.

"Oke baiklah terserah." Ares mengalah walaupun nantinya pasti sedikit terganggu.

Sementara itu di kampus.

Nao menceritakan semua yang terjadi pada Anna saat menjalankan projek di pesisir pantai.

"Bagaimana dengan kedua orang tua kalian? apa mereka mengetahuinya?." Sewot Anna melontarkan beberapa pertanyaan, jujur gadis itu tak menyangka pasalnya Nao tampak membenci sikap angkuh dan dingin Ares. Namun sekarang mereka malah memiliki hubungan.

"No, orang tua kita tidak tahu dan kau harus diam juga An." Lanjut Nao.

"Tentu saja, oh my good aku hanya masih tak menyangka." Anna merasa senang juga greget sendiri. "Ngelakuin apa saja selama menjalankan projek? apa kond*m pemberianku sudah terpakai?."

Nao menjitak kening sahabatnya itu. "Itu saja yang kau ingat!."

Anna terkekeh. "Tapi pastinya kalian juga dejavu sendiri dengan tragedi malam itu, akui saja jangan dipungkiri."

Nao diam tak menjawab ia senyum-senyum sendiri. "Aku tak terbiasa juga gugup berdekatan dengannya, walaupun kau tahu aku dulu sering main gonta-ganti pria tapi dengan Ares ini berbeda."

"Kau dulu hanya main-main Na ini beda lagi, kau benar-benar jatuh cinta pada Ares lebih daripada saat bareng Aiden ataupun Rony." Timpal Anna. "Tahan diri dan kau harus siap meladeninya yang begitu gagah juga bergairah." Bisik-nya menggoda.

"Haish."

Anna terkekeh.

Nao memperhatikan gaya berpakaian sahabatnya itu. "Ini panas kenapa pakai syal?."

Anna terkejut saat Nao menarik syal memperlihatkan leher jenjangnya yang penuh dengan tanda cinta.

"What?." Nao menginginkan penjelasan dari sahabatnya itu.

Anna kembali menutup lehernya. "Karena foundition habis jadi aku memakai syal."

"Apa dengan pria yang kau jadikan sugar daddy itu?."

"Ya, namun kita tidak melakukan lebih keburu tunangan pria itu menghubungi." Jawab Anna.

"Apa pilihanmu tidak salah menjadi simpanan om-om An? ya walaupun begitu aku tetap mendukungmu kalau kau memang nyaman, hanya saja dia sudah punya tunangan." Lanjut Nao, sampai saat ini dia juga belum mengetahui pria yang menjadi sugar daddy dari Anna.

"Aku tak masalah karena mungkin sudah jatuh hati padanya, dia tak menyetubuhiku namun tak melepasku juga." Jawab Anna. "Sudahlah lupakan."

Nao menghela nafas panjang. "Oke."

Setelah kelas habis Nao dan Anna berpisah untuk pulang, Nao melirik handphonenya yang ternyata banyak sekali notifikasi dari Ares.

"Ya Tuhan aku lupa dia kini bukan sekedar kakak tiri-ku yang angkuh dia juga kekasihku." Ujar Nao. Wanita cantik itu memutar arah memutuskan untuk menemui Ares yang kini sedang berada di perusahaan.

Mondy yang baru saja tiba di parkiran perusahaan melihat Nao, ia pun mengejar langkah wanita cantik itu hingga lantai utama. "Hai kita bertemu lagi."

"Mondy?." Ujar Nao tak menyangka. Keduanya berjalan beriringan menuju lift.

"Bukankah hari ini kau mendapat cuti?."

"Aku harus menemui seseorang."

Mondy menganggukkan kepala. Saat beberapa orang lewat tergesa-gesa Mondy sontak menarik tubuh Nao ke dalam dekapan agar tak tertabrak.

Nao sendiri terkejut, ditambah lift yang mereka tunggu terbuka terdapat Ares dan Ben di dalamnya, mendapati itu Nao semakin terkejut langsung menjauhkan diri dari Mondy.

"Ekhem!." Ben memberi kode.

Ares melangkah keluar dari dalam lift tanpa pikir panjang ia meraih pinggang ramping Nao. "Jangan menyentuhnya sembarangan, dia kekasihku!."

Nao melotot dengan apa yang kakaknya ucapkan barusan, sementara Mondy mulutnya menganga tak habis pikir. "Bukankah Nao adikmu tuan?."

"Pergilah jika tidak ingin terkena masalah." Bisik Ben membuat Mondy mau tak mau pergi dengan banyak sekali pertanyaan dalam benaknya.

"Kekasih???." Timpal Tessa yang tiba-tiba ada di sana.