Zoya .... Wanita muda yang harus rela hidup berjauhan dengan keluarganya untuk berjuang mencapai kehidupan yang lebih baik.
Di negara Korea Zoya bekerja keras agar mimpinya bisa ia wujudkan, di negara itu juga ia berusaha mengubur segala luka yang bertahun-tahun menggerogoti hatinya, luka yang tidak banyak di ketahui orang lain. Luka yang menggerus kepercayaannya, yang seakan menutupi segala kebahagiaan yang akan datang....
Akankah kedatangannya ke Korea menjadi keputusan yang tepat untuknya, akankah kebahagiaan benar-benar ia dapatkan disana...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aksaraprabu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Personal Asisten
Ditempat berbeda seseorang tengah tersenyum melihat rekaman cctv yang memperlihatkan betapa kesalnya Zoya.
Dia terus memperhatikan apapun yang Zoya lakukan.
....
Butuh waktu lebih dari 40 menit perjalanan, kini Zoya sudah sampai di rumah yang terlihat sangat elegan. Rumah yang ukuranya cukup besar, dengan tatanan yang sangat rapi.
Setelah masuk kedalam rumah, dua orang pria berjas tadi meletakkan koper Zoya didepan sebuah pintu. " Nona, ini kamar mu dan yang ini kamar bos kita." Salah satu dari mereka menunjuk pintu kamar yang saling berhadapan.
"dimana bos yang kamu maksud?" tanya Zoya lagi.
"Dia akan menemui mu besok, sekarang istirahat lah. kami permisi." Mereka melangkah dengan cepat. Bahkan sebelum Zoya mengajukan pertanyaan lagi.
"mereka ini kenapa kaku sekali sih, menyebalkan!!!" dengusnya.
Zoya menarik koper dan masuk kedalam kamar, tidak tahu apa yang harus dia lakukan.
Ia duduk dibibir ranjang, meneliti setiap sudut kamar dengan teliti. Kamar ini terlalu mewah untuknya.
Pekerjaan apa yang akan dia dapatkan disini, bos seperti apa yang memberikan kamar semewah ini untuk pegawai biasa sepertinya.
"sebaiknya aku mandi dan tidur saja."
.....
Selesai mandi Zoya menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang. Berguling-guling dengan kesal memikirkan apa yang sedang terjadi. Cukup lama hingga ia benar-benar terlelap.
.....
Hari berganti....
Zoya bangun dengan tubuh yang terasa lebih segar.
Selesai membersihkan diri Zoya beranjak keluar kamar. Zoya mengelilingi seluruh ruangan didalam rumah.
Hingga perutnya terasa lapar, Zoya berjalan menuju dapur untuk membuat makanan. Namun sudah ada banyak makanan di sana tapi ia tidak tahu siapa yang membuatnya.
Disini Zoya tidak melihat orang lain, bahkan tidak ada foto atau apapun tentang pemilik rumah ini.
Hanya ada karya seni dan lukisan-lukisan yang sangat indah menurutnya.
Diatas meja ia menemukan secarik kertas yang ditujukan padanya.
_"Selamat pagi Zoya, nikmati sarapan mu dan bersenang-senang lah hari ini."_
"Kira-kira ini ada racunnya gak ya..? aku disini sendiri mau bersenang-senang seperti apa... " gumam Zoya.
Zoya duduk dan mulai makan, sedikit sangat sedikit. Ia masih tidak bernafsu untuk makan meski perutnya lapar.
Selesai makan Zoya membersihkan meja makan dan kembali masuk kedalam kamar.
Tidak tahu apa yang akan dia lakukan, Zoya hanya duduk menghadap jendela.
Diluar sedang hujan, meski tidak begitu deras, cukup membuat makhluk di bumi merasa malas untuk keluar dari rumah.
Entah sudah berapa lama Zoya duduk di sana, angannya menerawang jauh. Disaat seperti inilah Zoya merasakan kerinduan yang sangat pada keluarganya.
Tidak terasa air mata membasahi pipinya tanpa bisa dicegah.
Zoya beberapa kali mencoba menghubungi suaminya, tapi sama sekali tidak ada jawaban. Karena tidak bisa menghubungi sang suami Zoya memilih menghubungi anak-anaknya.
Hampir satu jam Dena bercengkerama dengan kedua anaknya melalui sambungan video. Hingga anaknya mengantuk dan tertidur. Senyum Zoya mengembang mengetahui betapa anaknya tertawa bahagia saat apa yang dulu mereka inginkan bisa ia wujudkan.
Zoya meletakkan ponselnya sembarangan. Air matanya mengalir, secanggih apapun teknologi tidak akan mampu menggantikan sebuah pertemuan dan belaian tangan.
Karena lelah menangis Zoya tertidur diatas kursi, hingga matahari terbenam, ia baru terbangun.
"ya ampun hari sudah malam..." gumamnya.
Suara gemericik hujan masih jelas terdengar. "hujan masih belum berhenti, lebih baik aku mandi dulu."
Zoya sangat menikmati acara mandinya, sampai ia tidak tahu jika bos barunya sudah menunggunya sejak tadi.
ceklek....
Zoya keluar dari kamar mandi dengan kimono yang menutupi tubuhnya.
Ia berdiri didepan cermin dan mengeringkan rambut tanpa menyadari jika dia tidak sendirian dikamar.
Ekkhheem...
Suara seseorang membuat Zoya terkejut dan menjatuhkan hairdryer ditangannya.
Mata Zoya membulat sempurna melihat siapa yang ada di sana. "Jihyo..." Seru Zoya. "ka... kamu disini, bagaimana bisa...."
Bukannya menjawab Jihyo menatap Zoya dengan tatapan sangat dalam. Dia berjalan mendekati Zoya dengan seringai mengerikan seperti seekor harimau yang siap menerkam mangsanya.
Zoya terus berjalan mundur hingga tubuhnya membentur tembok. Kini Zoya sudah berada dalam Kungkungan tubuh gagah Jihyo. "katakan, kenapa kamu terus menghindar." hembusan nafas Jihyo menyapu seluruh wajah wanita itu.
Zoya memejamkan matanya, tubuhnya mematung. Dia tidak tahu harus berbuat apa sekarang.
"Zoya katakan..." Paksa Jihyo. "Zoya..." Ulangnya dengan penuh penekanan.
"apa yang kamu inginkan Jihyo," zoya merasa terintimidasi sekarang.
"jawab pertanyaan ku, Zoya" bisiknya tepat di telinga Zoya, membuat tubuhnya merinding, ada desiran aneh dalam dadanya.
Hingga karena terus didesak, akhirnya Zoya dengan berani menatap mata Jihyo "kenapa kamu ingin berteman dengan orang seperti ku Jihyo, kasta kita berbeda. aku hanya pegawai rendah dan kamu idol terkenal." Zoya tersenyum getir. "Jangan berteman dengan ku, itu akan mempengaruhi karir mu. apa yang akan penggemar mu katakan jika tahu kamu berteman dengan buruh."
Jihyo mengepalkan kedua tangannya, menahan rasa sesak dalam dadanya. "Jangan hancurkan karir yang kamu bangun bertahun-tahun, hanya untuk berteman dengan ku." sambung Zoya lagi. Ia menatap dalam mata Jihyo, "biarkan aku pergi Jihyo, aku mohon."
"tidak akan!!!" Tegas Jihyo
"pikirkan karir mu."
Jihyo merasa sakit mendengar setiap kata-kata Zoya. Ternyata statusnya sebagai idol lah yang membuat Zoya menghindar darinya. "kamu akan tetap disini, bersama ku."
"Jihyo...." lirih Zoya "kamu bisa berteman dengan siapapun yang memiliki status sosial setara dengan mu, tapi itu bukan aku." Zoya mendorong pelan tubuh Jihyo agar menjauh darinya.
"tapi yang aku inginkan adalah kamu Zoya!!!"
Zoya menggeleng, "biarkan aku pergi, kamu harus menjaga nama baik mu, jangan ambil resiko besar dengan berteman dengan ku."
Jihyo meraup wajahnya kasar. "kamu bisa pergi," ia melepaskan tangan Zoya. "sekarang pergilah, tapi habiskan semua tabungan mu untuk membayar pembatalan kontrak ini. Ingat Zoya kamu sudah menyetujui kontrak itu, sekarang kamu bekerja dengan ku."
Zoya mematung menatap Jihyo tidak percaya, apa yang akan dia lakukan sekarang. Jika ia memaksa untuk pergi maka hilang sudah semua hasil kerja kerasnya selama ini.
"kamu tetap disini bekerja untuk ku atau pergi dan bayar dendanya?" tanya Jihyo tegas. "jika kamu bekerja dengan ku, aku pastikan tidak akan ada yang berubah. Semua akan tetap sama."
"tapi aku tidak pantas..."
Sssttt...
"Tidak akan ada yang menilai mu begitu, kamu adalah asisten pribadi ku." Jihyo benar-benar berusaha meyakinkan Zoya untuk tetap tinggal.
"aku? asisten pribadi mu? apa kamu bercanda Jihyo, aku bahkan tidak punya pengalaman dan sangat tidak pantas jadi asisten mu,"
"aku sudah memutuskan dan tidak akan ada yang bisa merubahnya." Dia sangat membutuhkan Zoya, dia lemah tanpa wanita ini disisinya. "hanya aku yang bisa menilai pantas atau tidak"
Tidak ada lagi yang bisa Zoya lakukan selain menuruti perintah Jihyo. Bagaimana pun Zoya telah mendatangi kontrak kerja itu.
"Zoya..." Jihyo sudah tidak sabar menunggu jawaban Zoya.
"baiklah..." Angguk Zoya.
Mendengar jawaban Zoya, hati Jihyo menjadi tenang. Kini dia bisa menjaga wanitanya, kemanapun dia pergi Zoya akan ada bersamanya.
" terima kasih..." Saking bahagianya Jihyo memeluk Zoya dengan erat, membuatnya diam mematung.
"aku akan keluar sekarang, aku tunggu dimeja makan." Jihyo mengacak rambut Zoya gemas, lalu melangkah keluar kamar dengan semangat.
......................
Next.....
malu-maluin bodigad goblok