NovelToon NovelToon
Perfect Marriage

Perfect Marriage

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / cintapertama / dosen / nikahmuda / cintamanis / Pernikahan Kilat
Popularitas:23.3k
Nilai: 5
Nama Author: Vmina_

revisi dari my beloved lecture yaa

Syafa, sejak bayi, hidup dan dibesarkan oleh Ayahnya yang bernama Arya. Meskipun tanpa adanya kehadiran seorang Ibu, Syafa bisa tumbuh sehat dan penuh cinta seperti gadis pada umumnya.

Sampai suatu ketika, Arya risau anak semata wayangnya akan kesepian, mengingat usianya yang semakin tua. Dengan yakin ia menjodohkan putrinya dengan seorang lelaki mapan. Syafa yang saat itu diberitahu akan perjodohannya, ia menerima, tanpa ada drama.

Ia justru sangat senang saat mengetahui dengan siapa ia akan menikah.

Bagaimana kisah asmara Syafa dan suaminya nanti?

salam dari author amatir 🤍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vmina_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

sembilan

"Pak Hasby barusan aja keluar. beli sarapan," ucap Syafa.

Arya manggut-manggut.

"Sarapan untuk kamu juga?"

Pipi Syafa memerah.

"Ehm ... Iyaa," ucapnya malu-malu.

Syafa tersentak saat Arya tiba-tiba bangkit dari kursi.

"kalo gitu, kedatangan ayah kayaknya ganggu."

"Ma—mana mungkin, ayah!" elaknya.

"Jangan begini dong, Yah. Kami berdua belum halal, Syafa ... Syafa nggak nyaman," ucapnya dengan kepala tertunduk.

Arya menyentuh pundak putrinya.

"Ayah bercanda, nak."

Syafa cemberut.

"Maaf menganggu."

Suara Hasby, yang membuka pintu sembari menenteng bungkusan plastik ditangannya. Membuat keduanya menoleh. Pria itu melempar senyum. Hasby mendekat lalu mencium punggung tangan Arya.

"Ayah baru sampai?" tanyanya.

Arya mengangguk.

"Kamu kenapa nggak bilang sama ayah aja, ayah bisa sekalian belikan untuk kalian waktu perjalanan kesini," ucap Arya.

Hasby hanya tersenyum, ia melihat kearah Syafa. Pria itu benar-benar ramah senyum, ya? Pikir Syafa.

"Ah ini bubur Syafa, Hasby juga beli untuk Ayah. ayah belum sarapan kan?"

Pria itu menaruh bungkusan plastik diatas meja.

"Hehe iya nih, Ayah nggak sempat. Terus Kamu nggak makan, nak?" tanya Arya saat menyadari hanya ada dua wadah bubur didalam plastik transparan itu.

"Hasby bisa makan nanti, Hasby juga mau pamit, karena masih ada urusan lain."

'Yah, pulang dia, patah hati huhu.' batinnya Syafa.

"Loh, mau pulang?"

Habsy mengangguk.

"Iya, sudah ada Ayah di sini, kalian butuh waktu buat berdua."

"Yasudah hati-hati di jalan, ayah sangat sangat berterimakasih sama kamu nak. Maaf juga udah merepotkan kamu," ucap arya, iya menepuk pundak Hasby.

"Gapapa Yah, Syafa juga bukan orang lain buat Hasby, kalo gitu pamit dulu ya," ucapnya.

Bukan orang lain? Syafa merasa tubuhnya panas dingin mendengar pengakuan dari Hasby, kenapa semua yang dikatakan pria itu bisa membuatnya tersipu malu dan salah tingkah.

"Syafa, cepat sembuh ya, jangan lupa makan buburnya."

Syafa mengangguk, lalu mengalihkan pandangannya, karena tidak sanggup untuk melihat betapa berkilaunya wajah Hasby saat menatap kearahnya.

"Makasih banyak pak, bapak juga jangan lupa sarapan," ucap Syafa.

"Makasih sudah diingatkan, Kalau gitu saya bakal makan banyak hari ini," candanya disusul tawa oleh Arya.

Bukan hanya pipi, namun telinga Syafa yang sensitif itu juga ikut memerah, Syafa menyentuh telinganya untuk menyembunyikannya.

Hasby tertawa didalam hatinya.

"Sekali lagi makasih banyak ya, nak."

"Iya Ayah, Assalamu'alaikum ...."

"Wa'alaikumsalam," ucap keduanya serentak.

Hasby mengangguk dan pergi meninggalkan kamar rumah sakit.

"Ganteng banget calon suami anak Ayah," godanya.

"Kalian ngobrolin apa aja, nak?" tanya Arya, kembali duduk.

"Nggak ada, kita nggak ngobrolin apa-apa ... binggung," ucapnya.

"Yaa, gapapa, belum akrab. nanti akrabnya kalo sudah halal."

Syafa terdiam sejenak, ia mengigit bibir bawahnya, di dalam hatinya sudah menjerit karena terbawa perasaan.

"Kenapa nak?"

Syafa menggeleng cepat.

"Ayoo sarapan! nanti buburnya dingin, nggak enak," ucapnya mengalihkan.

"Sebentar ayah ke kamar mandi dulu," ucap Arya.

Syafa menyentuh dadanya, jantung berdetak kencang, pipi Syafa memerah. mata coklat milik Hasby benar-benar menghipnotisnya, Syafa sudah jatuh pada pesona dan betapa manisnya Hasby memperlakukannya.

Syafa sudah yakin bahwa ia telah kalah, sejak awal melihat Hasby, ia sudah merasa jatuh cinta.

......................

Satu hari setelah kepulangannya dari rumah sakit.

"Kamu yakin mau kuliah hari ini?"

Arya memastikan lagi mengenai keinginan putrinya yang baru pulang dari rumah sakit itu, Syafa bersikeras untuk pergi kuliah hari ini. Arya khawatir karena luka ditangan dan kakinya masih basah, memang luka di tangan tak separah luka di kaki. Tapi Syafa gadis yang aktif, bisa saja lukanya menjadi semakin parah karena dia ceroboh.

Syafa yang tengah asik menyantap nasi goreng buatan Bik Arsih itupun berhenti, ia meletakkan sendoknya lalu melihat ke arah Arya.

"Yakin. Syafa udah sehat kok, pegel dikit aja tapi bisa Syafa tahan. sayang kuliahnya kalo Syafa banyak libur," jelasnya.

"Kamu kan baru pulang dari rumah sakit, nak."

Syafa tertawa geli, Arya ini sangat protektif tentang apapun yang bersangkutan dengan putri tunggalnya.

"Ayah, ini bukan pertama kalinya Syafa pulang dari rumah sakit loh, ayah tenang aja. ada temen Syafa kok," ucapnya meyakinkan Arya.

Arya menghela nafas, tangannya mengusap kepala Syafa

"Putri ayah memang sudah besar ya," gumamnya.

Putri yang dulu ia timang-timang sebelum tidur, sebentar lagi akan jadi milik orang lain. Permata indahnya sudah jatuh pada orang yang tepat.

Syafa tiba di kampus bersama Kio, pria itu menjemputnya lebih awal dan diperjalanan tadi, laki-laki kemayu itu jadi cerewet, ia benar-benar memastikan Syafa baik-baik saja.

"Kamu tuh kenapa, sih? Padahal masih butuh istirahat yang cukup."

Syafa tersenyum tipis, matanya melihat ke arah Kio. Senang melihat orang yang sayang padanya begitu perduli dengan keadaannya.

"Dikasih tau malah senyum-senyum," omelnya.

"Lucu liat kamu."

"Aku lagi marah, bukan stand up comedy," ucap Kio.

Tawa Syafa pecah, ia merangkul pinggang Kio lalu menyandarkan kepalanya di dada laki-laki itu. Syafa melakukan itu selama berjalan bersama.

"Kamu ternyata sayang banget ya sama aku," ucap Syafa.

"Hal yang nggak perlu dipertanyakan," ucap Kio.

"Udah ah, masih pagi. senyum dong! aku masih sakit, kalau di marahin terus bisa makin drop," protes Syafa.

Kio diam. Pagi ini mereka terlihat sangat bersinar dan seperti biasa, penuh canda tawa layaknya sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara.

Kio menuntut Syafa untuk duduk di kursi membuatnya menjadi pusat perhatian.

"Hati-hati duduknya," ucap Kio.

"Iyaa Kio, astaghfirullah aku ini bisa sendiri."

Laki-laki itu menatap dengan sinis.

"Berisik, nurut sehari aja."

Hari ini Kio tampak seperti pria sejati yang sibuk menjaga kekasihnya. Menggemaskan.

"Nanti nggak usah kemana-mana, aku langsung anter kamu pulang. makan siang biar aku yang beli ke kantin," ucapnya.

Kio sekarang memerintahnya, dia tampak mirip dengan Arya. Syafa hanya bisa mengangguk patuh sebelum laki-laki itu mengomel lagi tanpa henti.

"Oh iya!" ucap Syafa tiba-tiba.

Ia menoleh ke belakang.

"Makasih banyak ya semalam udah jenguk aku di rumah sakit." Syafa tersenyum lebar kepada teman-teman dikelasnya.

Mereka membalas dengan senyuman juga.

"Kamu juga Kio, makasih banyak, ya? kamu udah jadi duplikatnya ayah," kekeh Syafa.

"Sama-sama."

Hati Syafa terasa hangat, seharusnya ia bertemu Kio dari kecil. Pasti semakin menyenangkan, tapi begini saja Syafa sudah sangat bahagia. Kio penuh warna dan bisa mewarnai kertas putih yang kosong miliknya.

Seketika Syafa beralih pada sosok Hasby. Pria itu tiba-tiba saja melintas dipikirannya, setiap mengingat Hasby, Syafa tidak bisa mengelak. Jantungnya berdetak sangat kencang.

"Hei?"

Tegur Kio.

Syafa kaget, lalu menoleh padanya.

"Ke—kenapa?"

"Badanmu panas? muka kamu merah tuh. coba sini aku pegang dahi kamu." Kio meletakkan tangannya ke dahi Syafa.

Lalu alisnya menyatu seperti bingung.

"Nggak panas, normal. tapi kenapa muka kamu bisa merah banget, Syaf?"

Syafa menyanggah.

"Mana aku tau."

"Aneh, udah deh kamu jangan ikut kelas. ayo aku antar ke poliklinik," ucap Kio.

Ia meraih lengan Syafa.

"Eh— Kio, nggak usah."

"Aku maksa," ucapnya dengan penekanan.

Syafa ciut, ia menurut dan segera keluar kelas dituntun Kio. Ia takut melihat laki-laki itu kalau sedang serius.

"Kio, kamu sadar gak?" tanya Syafa.

"Sadar apa?"

"Kamu ganteng kalau serius begini," ucap Syafa.

"Aku cantik," tekannya.

Syafa mencebik.

Kio mengantarnya hanya sampai didepan poliklinik lalu kembali ke kelas karena sebentar lagi kelas akan dimulai. Syafa menghela nafas, tidak ada pilihan lain, lebih baik istirahat dan tidur di ruangan ini.

1
LISA
Bahagia selalu y utk Hasby & Syafa
LISA
Ceritanya makin menarik nih
Ika Rukmiati
cerita sejauh ini aku baca bagus semangat buat lanjutttt
LISA
Amin..bahagia selalu y Hasby & Syafa
LISA
Wah slmt ultah Syafa..selamat utk rmh barunya jg y 😊 langgeng selalu y utk Hasby & Syafa
LISA
Wah ada kejutan apa nih utk Syafa 😊
LISA
Syafa ultah y
LISA
Suasana keluarganya Hasby harmonis bgt..rukun selalu y Syafa & Hasby
LISA
Berdoa utk operasi Ayah Arya..lancar dan Ayah Arya bahagia bersama anak dan menantu..
LISA
Bahagia terus y buat Hasbi & Syafa..utk Pak Arya jg..segera pulih..
poetri @poetrysekarr
maaf baru up karena semalam mati lampu 😣
LISA
Aq mauu Kak double up nya 😊
LISA
Bener Kak..Hasby ini bener² calon suami yg di idamkan semua wanita 😊🤭
LISA
Mohon maaf lahir & batin y Kak author
LISA
Luar biasa
LISA
Bik Arsih udh spt ibu utk Syafa..bener Syafa kmu mesti pulg utk membantu suamimu..
LISA
sedih bgt..Syafa yg kuat yaa .
LISA
Moga aj Pak Arya stabil kembali kesehatannya..kuatkan Syafa..
LISA
🤭🤭 harga kasur aj sampe puluhan juta..
LISA
Wah koq udh mulai bertengkar y
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!