"Papa, mama jadi hantu," ujar anakku seraya memandang sesosok bayangan putih tepat di depan kami. Hal ini terjadi setelah pesawat yang kami tumpangi jatuh akibat kecelakaan udara yang parah dan tak bisa di atasi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 3112, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9
“Ayo kita kejar mama!“
“Ya.“
Kamipun menuju ke arah istriku menghilang. Di sana pada sebuah tempat yang begitu cerah. Di tengah danau, diantara airnya yang membiru dan menunjukkan kedalamannya yang seakan tak terukur. Maklumlah, cuaca juga tak mendukung. Masih terasa pekat dan tak sanggup memandang kejauhan. Mungkin esok harinya, kala Mentari menyinari, bisa kita menelusuri lokasi tersebut. Sepertinya aku juga akan berhasil menemukannya. Entah tubuhnya yang masih hidup tapi terluka, akibat benturan keras dari pesawat tersebut yang memaksanya keluar dari lubang yang sama tempat aku terlontar sebelumnya, atau memang sudah meninggal, karena memang demikian berat kecelakaan tersebut. Sehingga ada yang bilang, kalau berada pada pesawat itu seakan sudah masuk dalam peti mati, yang jika terjadi petaka, maka akan sulit lepas darinya. Anakku pun meyakini kalau mamanya sudah jadi hantu. Dan aku kebingungan, mesti mencari bagaimana lagi. Seakan kali ini adalah perpisahan yang dipaksakan. Yang mestinya aku masih berbahagia Bersama dia, akan tetapi dengan hal begini, membuat kami mesti berpisah dan jauh untuk mengetahui entah dia di mana.
Tapi sulit. Jalanan demikian berair. Menuju kea rah itu, tanah demikian lembek. Tak kuat kami memijaknya. Pasti akan terpuruk. Dan setidaknya bakalan basah hingga tanah keras di bawah sana menahan beban berat kami. Walau begitu, kalau pasir atau lumpur hisap semestinya taka da. Karena tanah di bawah sudah stabil, serta bagian dasar itu sudah langsung bertemu dengan lapisan keras, hanya lumpurnya saja yang berhubungan langsung dengan air, serta berikutnya lumpur tak tebal. Kalau berisap mestinya lokasi itu berpasir atau lumpur yang sangat dalam, karena bagian bawahnya tak stabil, sehingga masih mampu menarik benda yang ada di atas. Sedangkan di tempat begini, taka da yang seperti itu. Tapi kalau pusaran air, masih bisa terjadi, akibat lobang yang sekali-kali terbuat akibat retakan bagian bawahnya sehingga akan menarik air di atasnya dan membentuk semacam pusaran. Atau ada yang membuat semacam bendungan, Dimana air dengan cepat mengalir ke bagian hilir, akan tetapi bagian yang penuh itu seakan berdesakan untuk berebut masuk ke lubang sempit sehingga untuk yang belum berhasil akan memutar di sekitar lubang untuk berikutnya berhasil menerobos dengan kekuatan besar, sehingga apa yang bersamanya akan tersedot masuk hingga terlontar nanti di bagian sisi keluarnya. Itulah bagian yang mengerikan dari daerah tersebut yang belum pernah kami lewati akan tetapi sudah seriang kami dengar tentang kengeriannya jika memaksa menuju ke daerah tersebut terutama pada malam hari yang gelap dan sulit memandang daerah yang di tuju.
Dia ada di Tengah telaga. Lalu menghilang ke tepiannya. Dan masuk ke hutan.
Jalanan itu, di antara yang berair, mesti melewati pepohonan dan Semak belukar. Kami kesulitan untuk menuju ke lokasi tersebut.
Mestinya pakai perahu. Tak ada. Dan hanya bisa mendekat. Kalau ada perahu, barangkali sudah berhasil mengejarnya, setidaknya mendekat di mana dia menghilang. Sebab hanya lokasi demikian saja yang bisa melihatnya dengan lega. Dan hanya jiwa atau roh saja yang mampu berada di tempat begitu, dengan bagian air di bawahnya serta suasana lega, tapi posisi yang tak jatuh ke air. Di sana dia terlihat.
Kalaupun di paksa berenang, dia sudah tak ada di situ. Kecuali kalau memang ada di situ, maka akan bis akita jumpai.
