"Karya ini merupakan karya jalur kreatif"
***
Tahun 2222 Masehi.
Kecanggihan teknologi telah mengubah kehidupan manusia bukan hanya satu atau dua, tapi secara keseluruhan. Tatanan kehidupan juga tidak lagi sama, karena manusia sudah ketergantungan akan teknologi - termasuk pendidikan.
Semua gedung sekolah telah lama tutup, tidak ada aktivitas untuk proses belajar mengajar. Lalu, bagaimana dengan anak-anak yang membutuhkan ilmu pengetahuan agar tidak bodoh?
"Kau punya uang? Beli pengetahuan! Karena di dunia ini, pengetahuan dapat diperjual-belikan."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tompealla kriweall, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9. Kesan Pertama
"Kenapa kamu menyanggupi pemasangan Chip Cemer dengan kapasitas 100 GB, sementara kemampuan Charles kurang dari itu?" Sean mengajukan pertanyaan saat Reo berjalan menuju ruangannya.
"Menurutmu, aku harus bagaimana mengahadapi arogansi Charles, Sean? Dia itu anaknya pak David, sementara pak David adalah atasanku."
Ternyata Reo merasa sungkan seandainya menolak permintaan anaknya pak David - Charles, yang selalu melakukan pembullyan padanya.
Kepala Sean menggeleng perlahan mendengar jawaban tersebut. Pria itu berpikir bahwa, Reo terlalu baik terhadap Charles yang memiliki kelebihan apapun kecuali kedudukan papanya yang kaya raya.
Reo sendiri memang tidak terlalu memikirkan hal apapun, sebab ia memiliki latar belakang keluarga yang miskin. Ia yatim piatu sejak berumur 10 tahun, karena ayah dan ibunya meninggal dunia sepulang kerja - kecelakaan lalu lintas kereta api. Sedangkan selama ini, Reo hidup sendiri dalam keadaan seadanya.
Oleh karena itu, Reo berjuang seorang diri untuk bertahan hidup. Ia menerima pekerjaan apapun, yang penting mendapatkan uang untuk kehidupannya. Dan untuk sekolah formal, departemen pendidikan sudah lama ditiadakan karena minat anak-anak untuk menuntut ilmu tidak ada lagi. Sementara para pengajar juga sudah semakin berkurang karena tidak ada generasi yang ingin menjadi guru, menganggap pekerjaan itu hanyalah pekerjaan sia-sia karena tidak bisa menghasilkan uang banyak.
"Hah ...aku pernah tidak memiliki apapun, meskipun itu sekedar makanan untuk saat itu. Untungnya masih ada orang baik yang menolongku pada saat tak sadarkan diri karena rasa lapar, lalu setelah itu memberiku pekerjaan sebagai OB."
Reo mengingat kembali tentang cerita hidupnya yang dulu, menjadi orang miskin sehingga tidak mampu melakukan apa-apa.
"Tapi sekarang kamu memiliki segalanya, Reo." Sean berusaha membesarkan hatinya Reo yang tampak putus asa.
"Ya, aku punya segalanya karena memiliki keberuntungan yang tidak dimiliki oleh siapapun."
Senyuman Reo terlihat seperti sebuah rasa kecewa, sebab ia diperlakukan bak permata juga karena dimanfaatkan oleh orang kaya. Tapi setelah ini, Reo ingin lepas dan melakukan apa saja sesuai dengan keinginannya.
Tak terasa, mereka telah sampai di ruangan utama laboratorium yang digunakan untuk pembuatan satelit. Semua tim yang ikut membantu Reo, sudah siap dengan pekerjaan masing-masing.
Hari ini adalah hari terakhir pengujian, dan jika memang dirasa sudah sempurna tanpa ada halangan, dua minggu kemudian akan diadakan acara peluncuran satelit tersebut secara besar-besaran. Acara tersebut akan disiarkan secara langsung di seluruh media sosial di seluruh dunia.
Tampak Reo mengangguk pada tim yang memegang peranan penting dalam mengendalikan satelit, lalu orang itu juga menganggukkan kepalanya paham.
Tak lama kemudian terdengar bunyi gemuruh yang disertai pengaktifan semua bagian-bagian dari satelit tersebut.
Geng geng geng
Deng deng deng
"Tekan tombol biru," perintah Reo memberikan arahan.
Setelah tombol biru ditekan petugas tim, satelit khusus tersebut tampak mulai bergerak sesuai dengan fungsinya.
Succeed!
Geng geng geng
"Yeeee!"
"Akhirnya!"
"Kita berhasil!"
Reo dan tim bersorak-sorai melihat keberhasilan mereka dalam pembuatan satelit khusus ini. Mereka semua tersenyum bangga karena sudah menyelesaikan pekerjaan ini.
"Wah, perlu dirayakan. Kalian gimana, setuju, gak?" tanya salah satu dari tim - merasakan euforia keberhasilan usaha mereka semua.
"Wah, haruslah! Apalagi cair gede dari pemegang saham jika pekerjaan ini kelar," sahut yang lain.
"Ah, aku pasti setuju! Apalagi jika ada yang gratis-gratis! Hahaha ..."
Reo tersenyum lebar ketika melihat timnya, yang kebanyakan adalah para ahli. Tapi kelakuan mereka sama seperti anak-anak saat mendapatkan keberhasilan dengan diiming-imingi hadiah. Imbalan hadiah inilah yang ditunggu-tunggu, termasuk Reo.
"Lah, kalau mau gratis lalu yang traktir siapa?" salah satu dari mereka bertanya, takut jika kegembiraan mereka ini gagal karena tidak ada yang mau menjadi "pendonor" alias yang bayarin.
"Aku. Aku akan membayar bill kalian. Tapi, sebelum itu kita selesaikan pekerjaan ini terlebih dahulu." Reo tersenyum saat semua mata menatap ke arahnya.
Tapi Reo hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya, meyakinkan mereka tanpa harus banyak bicara.
"Yee, asyik lah ..."
"Wah, Reo pasti banyak uang. Apakah Anda sudah mendapatkan bonus itu?" tanya yang lain - terlihat ragu.
"Tenang, aku juga belum menerima bonus. Tapi kalian tidak perlu khawatir. Aku cukup mampu jika membayar tagihan makan bersama, nanti."
Tim saling berbisik-bisik, kagum dengan Reo. Meskipun memiliki kelebihan khusus, sebab tidak semua orang seberuntung sepertinya, tapi masih memiliki toleransi kepada rekan kerja tim.
'Hm, hanya sekedar memberi mereka makan, aku akan memastikan bahwa mereka bisa aku kendalikan setelah ini.' Reo membatin dengan rencananya.
Mereka memang tidak tahu apa yang dipikirkan dan dirasakan Reo saat ini. Tidak ada yang tahu, apa rencana Reo sebenarnya.
Ting
Bunyi notifikasi pesan ponsel Reo terdengar perlahan. Reo tidak perlu mengambil ponselnya yang berada tak jauh dari tempatnya, sebab sensor pikirannya sudah bisa membuka dan membaca pesan tersebut. Kecanggihan teknologi ponsel memang sudah sejauh itu, jadi tidak perlu melihat secara langsung atau mengetikkan sesuatu pada layar ponsel, karena operasional ponsel bisa dialihkan dengan sensor otak sehingga terhubung secara langsung pada keinginan manusia yang ada di dalam otaknya.
Kelebihan teknologi ini juga berkaitan dengan pemasangan Chip Cemer, jadi fungsi dari Chip Cemer tidak hanya sekedar mendapatkan pengetahuan tapi juga kemudahan-kemudahan yang lain.
"Perlahan-lahan, aku akan mengendalikan segalanya!" Reo tersenyum tipis mengetahui isi pesan yang masuk ke ponselnya.
***
"Karya ini merupakan karya jalur kreatif"