Sistem Pengetahuan
Planet Bumi di tahun 2222 Masehi.
Kota Megapolitan Jakarta.
Tatanan kehidupan manusia telah berubah drastis dengan adanya kecanggihan teknologi. Semua kegiatan manusia dilakukan dengan bantuan alat-alat canggih, yang pastinya memiliki kemampuan untuk melakukan apapun demi memenuhi kebutuhan manusia.
Bukan hanya soal gadget, komputer ataupun mesin-mesin teknologi. Bahkan dokter dan guru tidak lagi menjadi profesi milik manusia, tapi milik dari robot pintar buatan manusia juga.
Gedung-gedung tinggi menjulang di semua tempat, bukan hanya di kota-kota besar. Tapi di seluruh pelosok dunia dengan kemegahan dan kemewahan yang sudah tidak diragukan lagi kualitasnya, dengan berbagai fasilitas yang disediakan untuk kenyamanan dan keamanan penghuninya.
Kendaraan-kendaraan canggih yang berfungsi sebagai alat transportasi, juga memiliki kecepatan yang tinggi sehingga menghemat waktu agar manusia bisa melakukan aktivitas dengan efisien dan efektif karena bukan hanya berfungsi sebagai kendaraan di darat. Tapi kendaraan atau mobil-mobil tersebut bisa diubah dengan penyesuaian tempatnya, bisa di air menjadi kapal laut dan di udara sebagai pengganti pesawat terbang.
Manusia butuh makan? tidak perlu repot-repot, tinggal menekan tombol menu pada layar ponsel yang bisa dibuat menjadi layar transparan di manapun berada - untuk mempermudah manusia dalam penggunaannya. Tak lama, robot pengantar makanan datang mengantarkan makanan sesuai dengan pesanan, sementara kokinya juga robot pintar yang sudah disetting sedemikian rupa untuk bisa mengolah makanan-makanan yang lezat seperti para chef dan koki-koki handal pada umumnya.
Tatanan kota juga super canggih dengan peraturan dan penempatan tata letak bangunan serta ruang kota yang sangat teratur, dengan tingkat keamanan yang tinggi. Jadi jika ada kecelakaan atau kebakaran, alarm bahaya untuk keamanan kota langsung memberikan peringatan tanpa harus membuat laporan secara manual.
Dan yang paling canggih adalah, penanggulangan pra bencana. Satu minggu sebelum ada bencana, peralatan canggih yang berfungsi sebagai alat detektor sudah memberikan peringatan pada manusia. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya korban bencana alam, baik untuk masyarakat atau manusia dan juga kerugian materi atau harta benda.
Tapi semua kemudahan tersebut tentu saja dimiliki oleh mereka-mereka yang kaya, memiliki uang banyak untuk membeli alat-alat canggih tersebut - guna memudahkan kegiatan dan kehidupan mereka.
Untuk mereka yang tidak memiliki uang banyak, tentunya mereka hanya menjadi buruh kasar atau "jongos" yang tidak banyak diperlukan sehingga pengangguran terjadi di mana-mana - sementara tingkat konsumerisme masyarakat, bukan hanya sekedar orang kaya saja, meningkat dengan drastis dan merata di seluruh lapisan masyarakat.
Semua orang hidup dengan nyaman tanpa harus bersosialisasi dengan orang lain secara langsung, sehingga satu orang dengan orang lainnya seperti tidak mengenal secara nyata. Individu hidup dalam keadaan sendiri, seperti yang mereka inginkan sehingga rasa toleransi menghilang.
Anak-anak terlena dengan kecanggihan teknologi dan asyik dengan game-game yang menghabiskan waktu mereka - seharian penuh. Tidak ada lagi aktivitas sekolah untuk belajar mengajar, dan hal ini membuat gedung-gedung sekolah tutup sejak lama.
"Ada perusahaan dengan teknologi tercanggih yang menawarkan Chip Cemer, alat canggih yang bisa dimasukkan ke dalam otak manusia sehingga manusia tersebut menjadi pintar tanpa harus belajar."
Pengembang Chip Cemer ini adalah seorang ilmuwan yang sudah memprediksi adanya perubahan kehidupan dan mengubah kebiasaan manusia. Ia mendirikan laboratorium tercanggih untuk pembuatan Chip Cemer ini.
"Kau punya uang? Beli pengetahuan! Karena di dunia ini, pengetahuan dapat diperjual-belikan."
"Lalu, bagaimana dengan mereka yang tidak memiliki uang?"
"Kerja keras, dan beli Chip Cemer dalam kapasitas yang sesuai dengan kepemilikan uang yang kamu miliki!"
***
Di sebuah gedung yang menjulang tinggi.
"Hai, jongos, sini!" panggil seorang pemuda pada seorang OB manual.
"Saya, mas?" tanya OB tersebut, dengan menunjuk dirinya sendiri.
"Mas-mas! Kapan aku jadi mas kamu? Enak aja! Aku gak sudi punya adik miskin kayak kamu!" hardik pemuda tersebut dengan sinis.
OB tersebut menundukkan kepalanya, berusaha untuk menahan diri. Ia tahu jika ia adalah orang miskin, dan bekerja sebagai OB manual di gedung ini juga karena adanya rasa kemanusiaan yang masih tersisa dari salah satu staff pengelola gedung.
Sebenarnya, banyak OB robot yang melakukan tugas-tugas untuk melayani kebutuhan penghuni gedung ini. Tapi tetap saja ada beberapa OB manual, yaitu OB tenaga manusia.
Jika dilihat dari umur, OB ini belum masuk kriteria tenaga kerja legal karena umurnya baru 17 tahun. Tapi karena zaman sudah berubah, suatu pekerjaan yang dilakukan secara manual - nyata, tidak lagi mengenal usia. Bahkan, para manula yang seharusnya pensiun juga masih banyak yang bekerja demi memenuhi tuntutan kebutuhan hidup yang semakin tinggi.
"Apa yang bisa saya bantu?" tanya OB tersebut dengan sedikit membungkuk.
"Aku mau ke laboratorium Chip Cemer. Kamu pasti tidak bisa beli Chip Cemer, kan? Mau gak, Chip Cemer bekas aku?" tanya pemuda itu - meremehkan.
"Saya__"
"Udah, nggak perlu mikir bayar! Aku ngasih gratis, kok! Lagian, daripada Chip Cemer bekas aku kebuang, kan sayang! Jika dijual juga tidak seberapa. Aku gak butuh uang, sedangkan meninggalkan Chip Cemer second di laboratorium justru mendapatkan denda."
Pemuda tersebut memberikan alasan untuk merendahkan OB tersebut. Tapi memang begitulah yang terjadi dan menjadi aturan, sebab Chip Cemer second hanya akan menimbulkan sampah di laboratorium tersebut dan bisa menimbulkan kekacauan sistem keamanan laboratorium itu sendiri. Jadi, sebisa mungkin anak-anak konglomerat yang ingin berganti Chip Cemernya dengan kapasitas yang lebih besar, diharuskan membawa orang yang bisa membantunya menerima Chip Cemer second miliknya.
Karena alasan ini juga, banyak orang-orang miskin yang tidak bisa membeli Chip Cemer ini, antri menunggu seandainya ada customer yang masuk ke laboratorium untuk pemasangan Chip Cemer baru dan tidak lagi membutuhkan yang lama.
Kapasitas Chip Cemer ini, memang bertingkat sesuai dengan besar kecilnya dan ada harga yang harus dibayar juga untuk tiap-tiap tingkatan atau kapasitas yang tertanam.
Semakin besar kapasitas Chip Cemer, semakin mahal harganya. Dan kapasitas terbesar sepanjang sejarah adalah 1 PetaByte, yang setara dengan 1 juta GigaByte - 1 juta GB.
Sayangnya, kapasitas tersebut belum pernah diambil oleh customer manapun, dan penelitian juga masih dilakukan untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan - bencana yang ditimbulkan. Dan para ahli juga tidak mengijinkan untuk mengambil kapasitas maksimal tersebut - sebab ditakutkan eror pada saat otak pemilik tidak seimbang dengan besarnya kapasitas besarnya Chip Cemer ini.
"Ayok!" ajak Pemuda itu - dengan memaksa OB tersebut.
"Tidak, aku tidak mau!" tolak OB tersebut, takut jika pemuda itu berbohong.
"Ck, aku bayar! Bukan kamu yang bayar, puas?" tanya pemuda itu dengan senyum sinis.
Tapi OB tersebut tetap menolak tawaran yang sepertinya menguntungkannya, tapi ia justru trauma jika apa yang dikatakan pemuda itu hanyalah bualan saja.
Sebagai orang miskin, ia telah banyak menerima hinaan dan tawaran seperti ini. Tapi pada kenyataannya semua itu hanya tipuan semata untuk menghindari beban pajak atau denda atas Chip Cemer second yang tidak lagi digunakan.
Bugh!
"Argh!" teriak OB tersebut saat perutnya ditendang oleh pemuda itu.
"Banyak bacot, seret dia!" perintah pemuda itu pada robot yang kebetulan lewat di depannya.
***
"Karya ini merupakan karya jalur kreatif"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Ling Indra
.
2024-03-21
0
Aerik_chan
berarti otaknya bisa diprogram dong...wow...thor agak laen emang idenya....
2024-03-15
0
ghaitsaa
nggak enak nih hidup zaman ini, temen ngeteh sama robot bisa bisa nih, bukan ama pacar 🤭
2024-03-11
4