Mimpi seorang Hasna adalah sembuh dari penyakit yang dia derita dan karena mimpinya itu membutuhkan banyak uang, Hasna pun pergi ke ibu kota untuk mencari uang disana, walau izin dari sang ayah tidak dia dapatkan.
Mungkin karena berangkat tanpa izin dari sang ayah, Hasna yang berada diibukota telah salah memilih kawan, dan berakhir dengan dia yang malu untuk pulang walau hanya bertemu keluarga apalagi sang Ayah yang dulu bersikeras melarangnya pergi.
Dan Kini Dunia Hasna semakin rumit manakala seseorang yang dia sukai hadir kembali dihidupnya, yang sudah tidak berharap akan mendapatkan pasangan, karena kesalahannya dulu yang membuatnya merasa tidak pantas untuk siapapun terutama Burhans yang begitu baik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Diah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Ancaman
Hari telah berganti dan pagi ini di Sekolah Hasna, ada teman sekolah Hasna yang kebetulan tidak menyukai Hasna, dan dia sangat menyukai Hans sudah bersiap untuk menyambut Hasna, dengan segudang ancaman yang tentu saja ditujukan untuk Hasna, karena sudah berani dekat-dekat dengan Hans pujaan hatinya sejak lama, yang sampai saat ini tidak bisa dia raih karena Hans selalu menolak perasaannya.
Hasna sudah datang dan seperti hari kemarin Hasna akan menunggu jam masuk kelas dibelakang gedung sekolah, yang memang kebetulan selalu sepi tidak ditempati para siswa siswi yang datang kesekolah hanya sekedar datang saja, tidak mau masuk kelas.
Entah karena para murid disekolahan tersebut semuanya baik atau karena ditempat tersebut ada kamera CCTV, entahlah Hasna juga tidak tahu.
Hasna yang sudah lama menunggu jam masuk tiba, kini merasa jika dirinya harus pergi ketoilet terlebih dulu sebelum masuk kelas "Pas banget sakit perutnya" ucap Hasna saat melihat jam diperkenankan tangannya dan pergerakan Hasna pagi itu ternyata sudah diawasi anak buah dari seorang wanita yang ingin menyakiti Hasna yang bernama Tari.
"Tari, si Hasna kayanya mau ketoilet" lapor anak buah Tari yang memperkirakan jika Hasna akan pergi ketoilet terlihat dari Hasna yang memegang perutnya.
Tari yang kebetulan tidak jauh dari toilet merasa senang karena rencananya akan dilaksanakan pagi itu juga.
"Hari keberuntunganku, niat Hati ingin mengerjainya nanti siang eh kesempatan ternyata datang sekarang " ucap Tari dengan senyum liciknya
"Tari itu dia" tunjuk salah satu anak buah Tari pada Hasna yang berjalan cepat menuju toilet.
"Bagus, kalian tahu harus berbuat apa bukan?" ucap Tari pada kedua anak buahnya yang berada didekatnya.
"Beres, kami mengerti seperti biasa bukan?" ucap seorang anak buah Tari.
"Ya aku masuk, kalian jaga diluar" jawab Tari.
Hasna pun masuk dan tidak lama Tari pun masuk. Sebelum melancarkan aksinya Tari kini menunggu Hasna menuntaskan hajatnya terlebih dulu dan baru setelah Hasna keluar dia memulai aksinya.
Hasna yang sudah selesai langsung membuka pintu bilik toilet yang dia gunakan, dan saat membuka pintu tersebut Tari sudah menyambutnya dengan senyuman dan tatapan yang membuat Hasna reflek memundurkan langkahnya.
"Wah sepertinya kau tahu tujuan ku ada disini" ucap Tari yang melihat Hasna reflek memundurkan langkahnya.
"Kau mau apa?" tanya Hasna berpura-pura tidak tahu, padahal dia tahu jelas jika saat ini Tari ingin membulinya karena memang Tari terkenal suka membuli dan cara membulinya ya ditoilet seperti ini.
Ya Tari yang memang anak orang kaya dan orangtuanya mempunyai kekuasaan disekolah tersebut selalu berbuat sesuka hati, mengerjai orang yang ingin dia kerjai karena sudah berani mengusik hidupnya.
"Menurutmu aku mau apa?" ucap Tari yang kini mulai mendekat dengan senyumnya yang has saat akan membuli seseorang.
Hasna yang benar-benar tidak tahu alasan apa yang membuat Tari ingin membulinya bekata "Baiklah aku tahu kau mau apa, tapi sebelum itu beritahu aku apa yang membuatmu marah? apa yang telah aku perbuat sampai kau ingin mengerjaiku?"
Tari yang sudah didepan pintu bilik toilet yang digunakan Hasna, langsung menghentikan langkahnya, karena merasa jika dia tidak perlu membuli Hasna terlalu jauh.
"Katanya kau pintar, tapi kenapa kau tidak tahu alasanku akan membulimu karena apa?"
Hasna yang kini mulai menguasai rasa takutnya berkata dengan sangat tenang "Kau pasti tahu pribahasa yang mengatakan jika semut di sebrang lautan terlihat jelas, sementara Gajah didepan mata tidak terlihat bukan?"
Tari tersenyum karena merasa lucu dengan Hasna yang terlihat takut padanya tapi masih bisa bermain dengan kata-kata.
"Baiklah, karena aku tahu hidupmu sudah sulit akhir-akhir ini, jadi kali ini aku tidak langsung mengeksekusimu dan hanya akan mengingatkanmu, tapi jika setelah ini kau masih bersama dengan Hans maka jangan salahkan aku jika aku akan melakukan sesuatu seperti memotong rambutmu mungkin" ucapnya sambil menyingkirkan rambut yang menutupi telinga Hasna setelah tadi dia mendekati Hasna.
Deg.. dan kini jantung Hasna benar benar tersentak dan rasa takut itu benar-benar dia rasakan, berbeda dengan rasa takutnya tadi yang berpikir jika Tari hanya akan mengguyurnya dipagi hari.
