Warning.!!! 21+
Anindirra seorang single parent. Terikat perjanjian dengan seorang pria yang membelinya. Anin harus melayaninya di tempat tidur sebagai imbalan uang yang telah di terimanya.
Dirgantara Damar Wijaya pria beristri. Pemilik perusahaan ternama. Pria kesepian yang membutuhkan wanita sebagai pelampiasannya menyalurkan hasratnya.
Hubungan yang di awali saling membutuhkan akankah berakhir dengan cinta??
Baca terus kisah Anindirra dan Dirgantara yaa 🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon non esee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10
Mobil yang di kendarai Bayu belum berhenti dengan sempurna di depan gedung Rumah Sakit, saat Dirga turun dari mobil. Dirga berlari kencang di sepanjang lorong. Tak perduli teriakan beberapa orang yang hampir saja di tabraknya. Yang ada dalam pikirannya adalah Istrinya. Ia ingin segera bertemu Ratna dan mengetahui kondisinya.
Sesampainya Dirga di depan ruangan IGD. Nampak terlihat dari kaca aktifitas Dokter dan Perawat yang tengah sibuk menangani pasien korban kecelakaan. Yang tak lain adalah Istrinya Ratna. Wanita yang sangat di cintainya.
Dengan perasaan tidak tenang ia bolak balik berdiri menunggu di luar. Seorang perawat tidak mengijinkannya masuk ke dalam. Tidak lama berselang seorang Dokter laki-laki keluar dari dalam ruangan.
"Dok, bagai mana kondisi Istri saya?" dengan raut wajah cemas Dirga bertanya.
"Maaf Tuan. Tindakan operasi harus segera dilakukan. Saya butuh persetujuan pihak keluarga ataw Tuan sebagai Suaminya. Kemungkinan Istri anda akan mengalami kelumpuhan di karenakan. Urat syaraf di bagian pinggang sampai di mata kakinya terjepit. Tetapi Kami akan berusaha sebaik mungkin mengupayakan yang terbaik."
"Dan, maaf Tuan. Dengan berat hati kami juga harus menyampaikan berita duka lainnya. Maaf, kami tidak bisa menyelamatkan janin yang ada di dalam rahim Istri anda. Akibat benturan yang keras di dinding rahim. Mengakibatkan Istri Tuan mengalami pendarahan dan keguguran."
Dunia Dirga saat itu juga terasa gelap.
*
*
Dirga memutuskan untuk pulang ke rumah. Setelah mengantarkan Bayu sampai di kantor. Jadwal rapat dengan beberapa petinggi di perusahaan ia serahkan kepada Bayu.
Rumah mewah dengan pagar tinggi itu nampak sepi, saat mobil velfire milik Dirga memasuki halaman rumah.
Beberapa meter lagi saat akan sampai di depan pintu. Langkahnya terhenti. Ia terdiam menenggadahkan kepalanya ke atas. Menatap rumah tiga lantai di hadapannya dengan sorot mata sendu.
Sorot mata tajam yang biasa di perlihatkannya sesaat menghilang di barengi dengan senyum hambar dari bibirnya.
Rumah yang dulu menjadi rumah impiannya bersama Ratna. Rumah yang hangat. Rumah yang ia bangun dengan pekarangan luas. Yang ia siapkan untuk anak-anaknya kelak bermain berlarian. Rumah yang membuat ia ingin segera pulang.
Bik Asih membukakan pintu menyambut kedatangan Tuannya dengan raut wajah takut.
"Nyonya mengunci pintunya dari dalam Tuan." Bik asih menyampaikan.
Dan kejadian seperti ini bukan untuk pertama kalinya. Ratna akan mengamuk jika menginginkan Dirga pulang. Ia akan mogok makan dan melemparkan semua barang.
"Aguuss!!" Dirga berteriak memanggil salah satu satpamnya.
"Ya Tuan!" Agus berjalan tergopoh-gopoh menghampiri tuannya.
"Cari linggis! Dobrak pintu nya!" Ini sudah kesekian kalinyanya Dirga harus menyuruh Agus mengganti kunci kamar yang di tempati Ratna. Ia sudah bosan.
Dengan di temani Pak Dadang. Agus membuka paksa pintu dengan menjebolnya.
"Nyonya Ratna kog tidak berubah ya Dang." Agus mengeluh ke temannya sesama pekerja.
"Sudah sana laporan ke Tuan." Pak Dadang menyuruh Agus menemui Dirga.
"Sudah selesai Tuan. Pintunya sudah terbuka." lapor Agus.
Kamar tampak sudah seperti kapal pecah. Bantal guling sudah tidak berada di tempatnya. Pecahan kaca dari meja rias dan vas bunga berserakan di lantai. Kesabaran Dirga sudah berada di ambang batas. Nampak Ratna sedang menangis duduk di atas kursi roda.
Menarik napas panjang Dirga berusaha meredam emosinya.
"Apa mau mu Ratna?" Dirga bertanya dengan suara tertekan. Ia masih berusaha menahan emosinya agar tidak sampai melakukan kekerasan apa lagi sampai melukai Ratna.
Dengan berteriak Ratna menjawab.
"Aku mau kamu pulang Mas! Aku mau kamu memperhatikan aku! Aku benci di abaikan! Kenapa kamu berubah Mas? Apa karna aku cacat? Aku membenci mu Mas!!" Ratna terus berteriak. Suaranya menggema dalam kamarnya.
"Cukup Ratna!!" Dirga meninggikan suaranya.
"Hah!! … bahkan sekarang Mas memanggil ku dengan menyebut nama."
Ratna tertawa dengan sinis. "Kemana panggilan cinta yang selalu Mas ucapkan untuk ku? Apa ada perempuan lain?"
"Waktu tujuh tahun ternyata tidak membuatmu berubah dan menyadari kesalahanmu Ratna. Aku berubah bukan karna dirimu duduk di kursi pesakitan ataw perempuan lain. Tapi penghianatan mu yang tidak bisa aku terima!"
"Kamu tau? Di aniversary kita yang ke 5 tahun. Aku mempersiapkan banyak hal untuk mu. Untuk kita, dan apa yang kamu lakukan? Kamu lebih memilih berangkat ke bandung tanpa meminta ijin dariku untuk bertemu dengan kekasihmu. Karna kamu ingin mengabari tentang kehamilanmu!"
"Aku sudah minta maaf Mas, aku khilaf.
Kenapa kamu tidak bisa melupakannya?
Dan lagi, saat itu kamu terlalu sibuk mengurus perusahaanmu! Kamu tidak pernah ada waktu untukku Mas." masih dengan berteriak.
"Apa kata maaf benar benar tulus dari hatimu ratna? Aku bahkan tidak melihat keseriusan dari matamu. Bahkan sampai hari ini kamu terus menyalahkanku atas penghinatanmu yang dirimu lakukan!" Dirga tersenyum sinis.
"Aku mencintaimu Mas. Aku tidak mau kamu meninggalkanku! Aku tidak mau Mas menceraikanku! Aku mohon. Aku sudah cacat." suaranya mulai melemah.
"Mulai hari ini aku harap kamu merenungi semua perbuatan mu. Jangan melakukan hal bodoh lagi. Berhenti mengancamku dengan cara menyakiti dirimu. Jangan menguji kesabaranku Ratna!!" Dirga keluar dari kamar dan masuk ke ruang kerjanya.
*
*
Selama tujuh tahun Dirga tidur terpisah dengan Ratna. Saat pulang ke rumah Dirga lebih memilih tidur di ruang kerjanya. Dan ketika ia tidak pulang. Dirga akan tidur di hotel miliknya.
Tok... Tok... Tok...
"Masuk."
Bik Asih masuk ke dalam ruang kerja Dirga. Dengan membawkan kopi kesukaannya. Meletakkannya di meja kerja.
"Apa Tuan akan bermalam disini?" tanya Bik Asih.
"Kalau Tuan akan bermalam, Bibik akan menyiapkan makan malam untuk tuan."
"Tidak Bik, saya akan kembali ke kantor." Dirga memijit pelipisnya yang terasa berdenyut.
"Bik besok Bayu akan menempatkan seorang pelayan baru untuk melayani Ratna."
"Baik Tuan!"
****
Bersambung❤️
karna saya sadar diri..
saya ga bisa nulis cerpen..
hee