Benih Yang Kau Tinggalkan

Andre menghampiri Mira di ruangannya, ia langsung memberikan rekaman CCTV yang ada di ponselnya. Lira hanya menatap layar ponsel tersebut dan melihat ia keluar dari ruangan Rangga, Mira hanya bernapas berat dan menyandarkan bahunya di sandaran kursi dengan tangan yang dilipat di dada, ia tak mau menatap ke arah Andre, ia tahu jika Andre pasti meminta penjelasan atas hal itu.

"Apapun masalahmu dengan pasien yang bernama Rangga, tapi kamu tak boleh melupakan jika kamu itu seorang dokter. Mira, dia hanyalah pasien dan sedang dalam kondisi kritis dan kamu meninggalkannya. Apakah pantas kamu disebut seorang dokter?" ucap Andre terdengar nada kesal bernada amarah dalam ucapannya, walau ia tak sampai membentak Mira.

Jika keluarga Rangga tahu apa yang baru saja Mira lakukan, jika Mira kembali mengabaikan kesehatan putranya pasti mereka akan semakin marah dan bahkan bisa menuntut Mira karena kecerobohannya.

"Aku tak mau membahasnya, aku ada pasien. Aku ingin memeriksa pasienku dulu," ucap Mira yang berdiri dari duduknya. Namun, Andre kembali menahannya.

"Kesalahan pertamamu bisa aku maafkan, tapi kesalahanmu kali ini …" Andre menatap Mira, ia bener-bener tak percaya dokter teladan seperti Mira mengabaikan pasiennya bahkan jika tadi dia sampai terlambat mungkin kondisi Rangga akan semakin memburuk bahkan bisa kehilangan nyawanya.

"Aku tahu kesalahanku sangat fatal sebagai seorang dokter, tapi aku juga seorang wanita. Aku tak bisa mengabaikan apa yang pernah Rangga lakukan padaku. Aku benar-benar tak bisa memaafkannya apalagi menyembuhkannya."

"Maksudnya? Sebenarnya apa masalah kalian?" Andre tak bisa menahan rasa penasarannya.

"Aku sudah bilang jika aku tak mau membahasnya. Jadi, tolong jangan paksa aku."

"Oke, baiklah. Aku tak tahu apa masa lalumu dengan Rangga, tapi aku mohon ini yang terakhir kalinya kamu membuat kesalahan. Jika memang kamu tak mau berurusan dengannya, sebaiknya kamu menjauh darinya karena jika terjadi sesuatu lagi aku yang akan bertindak tegas, aku tak bisa lagi melindungimu. Aku tak akan mengizinkanmu untuk bekerja di rumah sakit ini," tegas Andre kemudian ia pun pergi meninggalkan ruangan Mira.

Mira hanya menghela napas melihat punggung Andre meninggalkan ruangan, ini untuk pertama kalinya Andre marah padanya. Namun, hal itu wajar karena memang kesalahannya.

Selama ini Andre menyimpan perasaan pada Mira. Suatu hari ia memberanikan diri ingin mengungkapkan perasaannya itu. Namun, orang tuanya mengetahui akan hal itu membuat orang tuanya mengancam akan memberhentikan Mira bekerja di rumah sakit mereka jika dia sampai menyatakan perasaannya itu pada Mira. Bagi mereka putranya bisa mendapatkan wanita yang jauh lebih baik dan tentu saja masih gadis.

Andre yang tak mau Mira bermasalah dengan kedokterannya, mengingat kekuasaan kedua orang tuanya dalam dunia ke dokter membuat ia pun memutuskan untuk mengubur perasaannya dan hanya menjadikan Mira sebagai sahabatnya.

5 tahun sejak kejadian itu, Andre masih belum bisa menghilangkan perasaan sukanya pada Mira.

Andre yang merasa kesal langsung menghampiri ruangan Dita, Andre tahu jika Dita adalah sahabat dari Mira.

"Kamu itu kenapa sih datang-datang mukanya ditekuk seperti itu?" ucap Dita sambil memberikan secangkir kopi pada rekannya.

"Sebenarnya apa yang terjadi pada Mira? Mengapa dia selalu saja ceroboh jika berhadapan dengan Rangga, tolong kamu nasehati dia. Rangga itu bukan orang sembarangan, keluarganya bisa dengan mudah menghancurkan rumah sakit ini apalagi karier seorang dokter seperti Mira," ucap Andre frustasi. "Aku sudah memperingatkannya, tapi dia tetap saja melanggar ucapanku. Mungkin jika kamu yang memberitahunya dia akan lebih mendengarkanmu," ucap Andre mengusap wajahnya kasar, walau ia sudah mengubur dalam-dalam perasaannya pada Mira. Namun, ia tak ingin membuat Mira kehilangan pekerjaannya sebagai seorang dokter, ia tahu jika Mira sangat membutuhkan pekerjaan itu untuk anaknya, dia seorang ibu tunggal yang sangat hebat di mata Andre. Jika bukan karena ibunya yang mengancam akan menghancurkan Mira, mungkin Andre sudah lama menikahi Mira.

"Baiklah, aku akan bicara padanya. Tolong maklumilah dia, mungkin dia memiliki masa lalu kelam dengan pasien yang bernama Rangga itu."

"Seburuk apapun masa lalu mereka, ia tak pantas memperlakukan pasien seperti itu saat di rumah sakit. Dia adalah seorang dokter, apalagi dia melakukan semua itu dengan memakai seragamnya sebagai dokter."

Andre terus mengungkapkan unek-uneknya pada Dita tentang Mira.

Dita hanya diam mendengarkan semua ocehan Andre, ia tahu jika omelan itu karena perhatiannya pada Mira dan Shaka.

"Sepulang kerja nanti aku akan menemui Mira, akan kupastikan dia takkan menemui pria yang bernama Rangga lagi. Terima kasih atas pengertianmu," ucap Dita membuat Andre pun hanya mengangguk.

Andre mendapat pesan dari perawat yang mengawasi Rangga, mengabarkan jika saat ini Rangga sudah kembali tersadar, ia sudah membuka matanya.

"Rangga sudah sadar, aku akan kembali memeriksa kondisinya. Semoga kedatangan Mira tadi tak memperparah kondisinya dan semua itu tak diketahui oleh keluarga Rangga," ucap Andre kemudian ia pun bergegas keluar dari ruangan tersebut menuju ke ruangan Andre.

Setelah melakukan beberapa pengecekan, Andre bernapas lega dan mengatakan jika operasinya berhasil. Semua sudah dalam kondisi baik-baik saja, hanya bagian kakinya yang masih harus memerlukan perawatan.

"Dokter, bagaimana keadaan putraku?" tanya Dewi yang sejak tadi menemani putranya, melihat bagaimana Andre melakukan pemeriksaan menyeluruh pada putranya. Bayu Aji juga ikut menghampiri Andre setelah melihat Andre sudah melakukan pemeriksaannya.

"Syukurlah, semua baik-baik saja. Tubuh Rangga masih terlalu lemah. Jadi, untuk saat ini biarkan dia banyak istirahat dulu, tak ada yang perlu dikhawatirkan lagi," jelas Andre membuat Bayu Aji dan juga Dewi bernapas lega. Mereka pun langsung menghampiri Rangga yang terlihat sudah membuka mata. Namun, tatapannya masih kosong, ia hanya melihat mereka berdua dan kembali melihat langit-langit kamarnya. Tak lama kemudian air matanya menetes membuat Dewi pun mengusap air mata putranya itu dengan tisu.

"Ada apa, Nak? Katakan, apa yang kamu inginkan? Ada mama di sini," tanya Dewi yang melihat putranya itu kini menatapnya dengan tatapan berkaca-kaca, setetes air matanya sudah menetes dari sudut matanya.

"Mira," ucapnya tanpa mengeluarkan suara.