"Apa yang kita lakukan ini adalah sebuah kesalahan dan aku sangat menyesal sudah menghianati Abram, suamiku. Jadi setelah hari ini jangan pernah mengungkitnya lagi,karena kamu bukan lagi kekasihku seperti 5 tahun lalu, tapi statusmu sekarang adalah adik ipar ku, Arga."
" Bagaimana kalau kamu hamil? Aku pastikan itu adalah darah dagingku. Apakah status kita tetap akan masih sama hanya sebatas ipar?"
Arga Anderson mantan kekasih yang 5 tahun lalu meninggalkannya, tiba tiba kembali dalam status sebagai adik iparnya dan tanpa sengaja masuk kedalam kehidupan pernikahan Anisa, karena keteledorannya. Sampai membuat mereka berdua tidak sengaja menghabiskan malam panas bersama, yang membuat Anisa ternyata hamil.
Tapi apakah benar bayi yang ada didalam kandungannya adalah anak Arga seperti yang dikatakan pria itu. Atau anak Abram, suaminya.
Hidup Anisa yang semula damai berubah menjadi rumit dan pelik.
Apalagi setelah satu persatu rahasia dari Abram, Arga dan keluarga mereka terungkap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bundew, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Undangan Abram Untuk Arga.
Anisa sengaja membuang muka,agar tidak perlu berdua pandang dengan Arga.
Sudah cukup dia meladeni provokasi pria itu tadi.
Sekarang dia hanya ingin pulang, lalu berbaring dengan nyaman dikamarnya. Tapi kenapa Abram masih terus saja tidak masuk kedalam mobil dan malah melayani pembicaraan tidak berarti dari Arga, pria yang berstatus sebagai adiknya.
Meski hubungan mereka terlihat tidak biasa kalau disebut sebagai saudara dimata Anisa, tapi baik Abram maupun kedua mertuanya tidak menyanggah kalau Arga adalah anak kedua mereka.
Hanya sikap Arga yang selalu terlihat aneh setiap kali Anisa menyinggung tentang hubungan mereka tersebut. Ada apa sebenarnya? Anisa sebenarnya penasaran tapi tidak berani terus bertanya, terutama pada kedua mertuanya.
Sementara setiap kali dia bertanya pada Abram, pria itu selalu bilang kalau mereka memang saudara, hanya saja hubungan mereka tidak dekat karena mereka tidak sering bertemu, akibat sejak kecil Abram harus tinggal di Amerika bersama keluarga dari pihak ibu mereka dan baru kembali tidak lama setelah Arga memutuskan pergi ke Amerika, waktu itu.
Itu penjelasan Abram yang terdengar sangat tidak aneh sebenarnya.
Karena sejak Arga datang lagi ke Indonesia beberapa bulan yang lalu, sikap suaminya itu terhadap pria yang berstatus adiknya tersebut wajar, meski tidak bisa dibilang dekat.
Jadi Anisa akhirnya berasumsi sendiri, kalau Arga sudah membuat masalah pada keluarganya sampai membuat mereka sangat marah, lalu mungkin diusir pergi ke Amerika, menggantikan Abram yang langsung disuruh pulang ke Indonesia, karena punya sikap bisa lebih diandalkan sebagai seorang anak.
Kalau benar seperti itu Anisa bisa mengerti, kenapa sampai tidak ada foto sosok Arga yang dipasang dalam rumah keluarga mertuanya dan pria itu tidak datang saat Abram menikah dengannya.
Dan dia juga sampai dia tidak tau, kalau sosok pria yang sudah meninggal kan dulu, ternyata adik dari suaminya.
Anisa menggelengkan kepala, supaya tidak terus berpikir tentang Arga yang sekarang masih berada dihadapannya dan Abram.
" Sejak datang ke Indonesia kau belum sekalipun menjenguk mama. Apa kau sama sekali tidak merindukannya Arga?"Anisa melihat Arga tersenyum sinis mendengar pertanyaan Abram.
Dalam hati Anisa kembali menyumpahi sosok Arga yang benar benar keterlaluan menurutnya.
" Sepertinya tidak, bukankah dia sudah mendapatkan putranya lagi, jadi...."
" Datanglah kerumahku, mama ada disana. Temui dia, meski cuma sebentar. Bagaimanapun, mama tetap menyayangi, Ga." Abram memotong ucapan Arga, sebelum selesai.
Lagi lagi Arga tersenyum sinis mendengar ucapan Abram membuat Anisa yang melihat ekspresi pria itu menjadi naik pitam dan ingin sekali membungkam mulutnya supaya tidak menunjukkan sikap seperti itu dihadapan Baram yang sudah berbaik hati berusaha menengahi ketegangan hubungan antara mereka sekeluarga.
" Apa kau sedang mengundangku sekarang Bram?" Arga bertanya dengan ekor mata melirik kearah Anisa, yang menunjukan wajah kesal dihadapan pria tersebut karena tidak suka melihat sikap yang ditunjukan Arga.
" Bisa dibilang begitu,datanglah. Kalau kamu tidak nyaman menemui mama, saat hanya berdua. Kau bisa kerumah ku malam ini, karena besok sampai minggu depan aku harus pergi dinas keluar kota."
Reflek Anisa menoleh kearah Abram, karena mendengar suaminya baru saja mengundang Arga, untuk datang kerumah mereka.
Undangan tersebut tidak salah tapi haruskan malam ini, tidak bisakah lain kali saja, Abram melakukannya.Anisa benar benar sangat terkejut mendengar undangan Abram untuk adiknya yang seperti sosok iblis bagi Anisa.
" Mas, ini sudah malam. Mama pasti sudah tidur, kita semua juga sudah sangat lelah karena pesta ini. Jadi bagaimana kalau lain kali saja,besok atau lusa atau mungkin nanti, setelah Mas Arga pulang dari Bandung kan masih bisa!"
Anisa tidak perduli kalau sekarang dia terdengar jelas menolak kedatangan Arga kerumah mereka. Sekarang suasana hatinya sangat tidak nyaman dengan semua hal yang sudah terjadi beberapa hari ini. Keberadaan ibu mertuanya saja sudah cukup membuatnya tidak nyaman, karena persoalan rumah tangga mereka dan persoalannya sendiri dengan Arga yang seperti momok mengerikan yang ingin dihindarinya.Tapi Abram malah menariknya mendekat.
Membuat kepala Anisa benar benar sakit, memikirkan jalan pikiran suaminya sekarang.
" Tapi mama lusa akan kembali ke Ausi Nis, jadi..."
" Besok aku juga akan pergi dari Jakarta,ini hari terakhirku berada disini dan kalau kakak i-par tidak mau aku datang karena takut menggangu.Don't worry, aku tidak akan datang. Meski sekarang aku sudah berubah pikiran, ingin menemui ma-ma."
Astaga!
Anisa benar benar ingin menyumpal mulut Arga sekarang, karena sangat pandai memutar balikkan kata kata yang membuat dia berada diposisi jadi salah seperti sekarang, dihadapan Abram.
" Bagaimana Bisa?" Abram bertanya untuk meminta pendapatnya lagi, yang sebenarnya tidak ada gunanya.
Karena apapun jawabannya malam ini, Arga pasti akan datang kerumah mereka dan Anisa benar benar tidak bisa memikirkan atau tidak mau memikirkan, apa yang akan terjadi nanti.
" Terserah Mas Abram saja, aku bukan orang sibuk seperti kalian berdua, jadi... sepertinya pendapat ku tidak penting." Setelah mengatakan hal itu Anisa masuk kedalam mobil, tanpa memperdulikan lagi dua pria yang sudah membuat dirinya naik darah tersebut.
" Ikuti mobil kami, Ga." Abram terdengar memberi perintah sebelum ikut masuk juga kedalam mobil bersama Anisa yang sudah duduk disisi ujung menjauh dari Abram karena merasa kesal pendapatnya tidak didengarkan sedikit pun oleh suaminya.
" Kamu marah?" Abram bertanya karena sikap yang ditunjukan oleh Anisa sekarang.
" Tidak, aku hanya lelah dan kepala ku sedikit pusing. Mungkin akibat anggur yang ku minum dipesta Amelia tadi. Sekarang aku hanya ingin mandi, lalu berbaring diranjang, itu saja Mas." Anisa menjelaskan, tanpa menatap kearah Abram sedikitpun dan tidak perduli, bagaimana ekspresi pria tersebut mendengarnya. karena akhir akhir ini suaminya juga tidak mau mendengarkan keinginannya.
" Sepertinya suasana hatimu buruk,apa karena aku mengundang Arga atau karena aku akan pergi untuk dinas ke Bandung besok,Nis?" Abram bertanya.
" Entahlah? Mungkin salah satunya atau bisa juga karena keduanya. Yang pasti, aku sangat lelah sekarang Mas dan tidak punya energi lagi untuk berdebat denganmu." Anisa menimpali ucapan Abram, dengan dahi menempel di kaca mobil dan mata terpejam, untuk mengurangi efek sakit kepala yang dirasakannya.
" Bukankah aku sudah bilang, ini hanya sementara. Setelah proyek diBandung selesai, aku tidak akan sesibuk ini lagi nanti, kita akan punya waktu untuk bisa jalan jalan atau melakukan program memiliki anak, Nis."
" Entahlah, aku tidak tau Mas. Yang pasti sekarang aku mulai merasa kesepian, karena Mas Abram lebih banyak pergi keluar kota, dibandingkan ada bersamaku."
Anisa tidak lagi mendengar jawaban Abram setelah dia mengatakan semua itu, sejujurnya dia juga tidak menginginkan jawaban pria itu karena dia tau percuma saja.
Bagaimana pun dia menjelaskan apa yang dirasakannya, suaminya tidak akan bisa mengerti, sekarang pikiran pria tersebut terlalu fokus dengan apa yang disebutnya sebagai pekerjaan itu.
s abraham ngamuk . trus mu minggat ka rmh di tengah perjalanan kecelakaan .dah tuh rudal berengsek
da. untuk arga ama anisa semoga di bersatukan