Haii…
Jadi gini ya, gue tuh gay. Dari lahir. Udah bawaan orok, gitu lho. Tapi tenang, ini bukan drama sinetron yang harus disembuhin segala macem.
Soalnya menurut Mama gue—yang jujur aja lebih shining daripada lampu LED 12 watt—gue ini normal. Yup, normal kaya orang lainnya. Katanya, jadi gay itu bukan penyakit, bukan kutukan, bukan pula karma gara-gara lupa buang sampah pada tempatnya.
Mama bilang, gue itu istimewa. Bukan aneh. Bukan error sistem. Tapi emang beda aja. Beda yang bukan buat dihakimi, tapi buat dirayain.
So… yaudah. Inilah gue. Yang suka cowok. Yang suka ketawa ngakak pas nonton stand-up. Yang kadang galau, tapi juga bisa sayang sepenuh hati. Gue emang beda, tapi bukan salah.
Karena beda itu bukan dosa. Beda itu warna. Dan gue? Gue pelangi di langit hidup gue sendiri.
Kalau lo ngerasa kayak gue juga, peluk jauh dari gue. Lo gak sendirian. Dan yang pasti, lo gak salah.
Lo cuma... istimewa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zoe.vyhxx, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tes jeevan
...Di dekat kolam renang mansion utara...
langit mulai keemasan, pantulan sinar matahari sore menari-nari di permukaan air. Kian berdiri di ujung tangga, mengenakan sweater longgar dan celana pendek, rambutnya sedikit berantakan tapi tetap menggemaskan.
“Mouris, gue pengin ke danau,” ucap Kian sambil memonyongkan bibir, wajahnya penuh ekspresi malas tapi manja.
Mouris mengangguk.
“ eh tapi bentar. Ambilin buku yang ada diperpus sama bawa camilan dikit. Perut gue udah nyanyi lagu dangdut,” lanjut Kian sambil mengelus perut.
Mouris mengangguk dan pergi. Sementara itu, Kian melenggang santai ke arah danau, menendang-nendang kerikil di jalan sambil bersenandung lagu random yang bahkan dia sendiri tak tahu liriknya apa.
Selang beberapa menit. Ia memakan sedikit camilan manis dan membuka buku buku tebal yang masih bersih Tanpa debu. Mungkin petugas kebersihannya rutin membersihkan segala hal.
Ia buka satu persatu lembaran dan menyalin hal hal yang menurutnya penting.
“ mouris.. tau ini gak?” Tanya kian sedikit bingung.
Dengan teliti mouris mendekte sedikit demi sedikit penjelasan yang benar, Mouris menjelaskan seperti profesor TVRI zaman dulu. tenang, jelas, tapi penuh rasa hormat.
Kian mencatat dengan tekun. Tangannya lincah menyalin, bibirnya tak berhenti mengunyah keripik. Tapi fokusnya luar biasa.
Sampai akhirnya, Mouris bertanya dengan penasaran, “Kenapa tidak katakan dari awal kalau tidak paham dengan Nona Bian?”
“ hehe.. gapapa sih. Pengen usil aja. Soalnya dia deketin om ganteng terus. Kian sebel”
“ kecintaan banget ya sama tuan muda? “
“ hehe.. keliatan ya?”
Kepala pelayan hanya tersenyum melihat tingkah kian .
Pertanyaan itu seakan hanya formalitas dari beberapa jawaban. Seluruh pelayan yang ada di mansion ini tahu kalau kian sangat cinta dengan jeevan. Bagaimana hal itu kian perjelas dengan kata kata lucu yang keluar dari mulutnya sendiri.
Mungkin ini salah satu sifat yang disukai kepala pelayan dengan kian. Manusia ini sungguh blak blakan , jujur, dan apa adanya. Jadi kepala pelayan dan seluruh penghuni mansion merasa nyaman berbincang dengan kian.
“ oh iya.. mouris. Mouris udah kerja berapa lama disini?” Tanya kian sambil merangkum bab selanjutnya
“ mmm… sejak tuan muda kecil”
“ woahhh… jadi umurnya berapa sekarang?”
“ 18 tahun”
“ dihh.. bisa aja.. tapi emang keliatan lebih muda sih hahahaha”
“ saya sudah 50 tahun tuan muda”
“ panggil kian aja. “
“ maaf.. tapi itu..”
Kian menggeleng. “ agak canggung dan gak nyaman. Jadi panggil kian aja. Cukup kian. “
Mouris mengangguk sambil tersenyum.
“ hoamm.. mouris buku selanjutnya.” Kata kian sambil menunjuk buku tebal disampingnya kepala pelayan.
“ gak mau istirahat dulu?”
“ enggak. Nanti si bian ngomel terus bikin budek telinga”
“ ngomelnya gimana sayang?”
Kian menoleh. Sedikit syok “ lohh.. “
Kepala pelayan sedikit mundur untuk memberikan celah jeevan duduk disamping kian.
“ istirahat dulu. Jangan dipaksain”
“ gapapa om ganteng. Bentar aja. 15 menit lagi selesai kok” kata kian sambil menepuk pelan punggung tangan jeevan .
“ gue lagi pengen buat perhitungan sama cewek centil itu kalo otak kecil kian juga berfungsi” sedikit memamerkan kesombongan.
Jeevan mencubit pelan pipi Kian. “Bilangnya ‘aku’, bukan ‘gue’. . “ jeevan mengoreksi kata kata kian
“ iya aku maksudnya “ menepuk bibir kian pelan
Jeevan melirik mouris yang masih menunduk tak jauh dari tempat duduknya.
“ berapa banyak ?” Tanya jeevan
“ sudah 4 buku tebal tuan.”
Whatt!!! Jeevan sedikit terkejut . Buku tebal setebal kamus besar dikali 4 ? Sungguh sangat unik. Cuma jam waktu 6 jam kian dapat menyalin 4 buku besar sekaligus .
Jeevan membuka buku kian satu persatu. Terperinci, rapi, dan .. sangat teliti. Ia dibuat takjub oleh kekasihnya. Kalau seperti ini setiap hari. Mungkin dalam seminggu ia sudah dapat menyelesaikan 100 buku . Dan dalam bulan depan untuk proses selanjutnya bisa lebih cepat.
“ sayang. Saya mau tes sebentar “
“ tes apa om ?”
“ coba hadap sini sebentar”
Kian menurut .
...(Pertanyaan politik...)...
"Apa itu checks and balances?" tanya Jeevan asal
Jawaban Kian:
“Itu sistem biar nggak ada satu lembaga yang jadi terlalu kuat. Kayak hubungan sehat: saling kontrol, bukan saling kuasai.”
Apa arti kata 'oposisi' dalam politik?" Jeevan bertanya lagi
Jawaban Kian:
“Kayak tim lawan di pertandingan. Tapi bukan buat musuhan, justru buat ngecek pemerintah bener apa enggak. Kayak pengingat: ‘eh, jangan ngelantur ya!’”
...(Pertanyaan matematika)...
Jeevan mengambil buku tulis kosong dan menuliskan :
" Sebuah segitiga panjang sisinya 13, 14, dan 15. Berapa luasnya?”
Kian menganga “Hah... Ini jebakan batman ya.”
tiba-tiba dia berdiri dan mulai berjalan mondar-mandir dramatis “Oke! Ini harus pakai Heron! Separuh kelilingnya 21! Dan... tunggu sebentar...”
Ia coret-coret pakai jari di udara, lalu tiba-tiba berseru: “Luasnya... 84 cm²! Dan jangan tanya dari mana asalnya, otak gue lagi kesurupan Archimedes!” celetuknya membuat Jeevan tertawa
...(Pertanyaan acak )...
" Sayang, kalau saya tanya soal perusahaan, kamu harus jawab bener. Siapa tau nanti kamu yang gantiin saya.”
Kian memakan stroberi sampai mulut penuh “Tenang om... saya sudah siap jadi CEO... Chief Emprit Officer!”
Jeevan menahan tawa “Oke, kita mulai. Pertanyaan satu: Apa fungsi HRD?”
Kian langsung pasang gaya profesor yang tengah menerangkan “HRD itu kayak ibu kos di perusahaan. Ngurus anak-anaknya, nyari anak baru, kasih aturan, tapi ujung-ujungnya kalo gajian telat. disalahin juga dia.”
“...nggak salah sih.” Jeevan tersenyum geli
"lanjut ya sayang. Kalo bener nanti dapat hadiah" kata Jeevan bersemangat .
“Pertanyaan selanjutnya . Laporan keuangan itu buat apa?”
Kian memasang suara serius “Buat nunjukin apakah perusahaan itu kaya raya, nyaris bangkrut, atau udah masuk mode ‘selamat tinggal., byee dunia ’. Atau Kayak... laporan jujur ke pasangan: ‘aku boros, tapi aku sayang kamu’.”
Jeevan menutup mulutnya agar tidak tertawa “...jadi kamu juga mau bikin laporan keuangan cinta ke saya?”
“Aku? Udah minus sejak jatuh cinta sama om ganteng.” kekeh kian
Jeevan ngakak, langsung berdiri dan menjitak lembut kepala Kian
Kepala pelayan ikut tersenyum karena kian lebih pintar diluar dugaannya .
“ mengerikan.. dia beneran anaknya windu tanpa tes dna sih” batin darell yang menatap dari kejauhan.
Jeevan segera membawa kian kedalam gendongannya untuk masuk kedalam mansion.
“ om.. diliatin banyak orang” cicit kian yang masih belum terbiasa dilihat oleh banyak orang.
Jeevan menatap keseluruhan “ jangan dipedulikan “ jawabnya santai
Bian yang menatap dari bawah tidak suka dapat tertangkap oleh kian.
“ om cium..”
Jeevan segera melakukan apa yang disuruh. Dengan wajah mengejek kian menjulurkan lidahnya menatap bian sambil memeluk erat tubuh sang kekasih.
"Yang panas… yang panas… yang panas…” suara Azel muncul tiba-tiba sambil meliuk-liukkan tubuh dan membawa es batu dalam mangkuk. Ia lewat di depan Bian, bergaya bak penari pantai yang kehausan.
Bian mendengus dan melirik ke arah dapur. Azel makin menggila, pura-pura nyanyi lagu dangdut sambil jalan mundur.
Dari kejauhan, Darel melihat semua kehebohan itu dari balkon lantai dua sambil menyeruput kopi.
“Kerja timnya sukses banget. Drama, komedi, cinta, lengkap. Tinggal popcorn,” gumamnya santai.
Ia cukup terhibur dengan api cemburu yang bian kobarkan. Lebih tepatnya ia sangat menikmati.
Disisi lain. Darell yang melihat tingkah konyol azel seakan tahu kalo misinya yang lain adalah membuat sekretaris jeevan itu kesal.
Ia hanya tersenyum puas dengan apa yang dilakukan anak buahnya.
......................
.
.
.
"Haloo bro.. " suara Rohit menggema dari layar ponsel, wajahnya memenuhi setengah layar sambil ngunyah entah apa.
Kian yang sedang selonjoran di kasur langsung terguling dan tertawa.
“Muka Lo segede bantal, kayak Zoom ditarik 400%,” ledek Kian sambil merapikan rambutnya yang udah mirip mi instan keriting.
Malam itu, mereka melakukan video call internasional .
"Disana jam berapa ki?" Tanya mama menatap jam dinding.
"Jam 10 malem ma. Kian habis belajar. "
"Wah disini jam 9 pagi nih. " Tunjuk adip kearah halaman rumah.
" Disana lebih cepet ya" guman kian .
Ia berlari menuju depan kamar .menyorot kameranya ke atas langit. “Eh kalian liat bintang nggak? Tuh, keren banget, kayak taburan gula pasir premium di atas es kopi susu.”
Anvita terkikik kecil. “Kamu tuh selalu ada aja gaya ngomongnya.”
Dari ruangan sebelah, Jeevan melihat tingkah Kian sambil duduk di meja kerja. Ia tersenyum, lalu memiringkan kepala, mendengarkan suara riuh Kian lewat dinding tipis.
“Om Jeevan kemana, Ki?” tanya Rohit sambil ngintip layar.
“Masih kerja. Kayaknya baru balik jam 12. Atau kalau lembur, bisa sampai besok pagi. Tapi biasanya sebelum tidur, dia mampir ke kamar Kian dulu buat dicek, apakah bocah ini udah jadi bubur karena kelelahan belajar.”
"Gimana perkembangan menuju cita cita mulia Lo?" Tanya Rohit sambil mengangkat alis.
Kian mengangguk semangat. “Gue belajar tiap hari, ikut homeschooling. Kayak tahanan rumah tapi versi akademis. Tiap pagi bangun langsung dicekokin matematika, sore debat politik, malem analisis pasar. Kepala gue udah kayak hard disk penuh.”
“Semangat terus, ya,” kata Mama dengan senyum bangga.
"Mama. Kian janji sama mama, habis semuanya beres, kian pasti pulang. Tapi kian pengen lanjutin kuliah disini biar sama om ganteng. Jadi nanti kalo mama kangen mama kesini ya" kata kian sedikit haru.
"Kian usahain ga ngrepotin siapa siapa disini. Jadi mama jangan khawatir. Oh iya. Rohit dan adip katanya mau kerja di perusahaannya om ganteng kan? Besok belajar yang pinter, biar masuk universitas unggul. "
"Udah Lo omongin ke om Jeevan ?" Tanya Adip
Kian mengangguk semangat.
"Yoiiihh menn., kita harus semangat. Cuan masa depan lagi melambai depan mata kita hit. " Ungkap adip girang.
" Betul banget, Bro!” jawab Rohit sambil berdiri dan nunjuk layar dramatis. “Gue udah siap mental lahir batin buat jadi orang sukses! Bayangin, kerja di perusahaan Om Jeevan, bisa tiap hari liat lift keren, AC dingin, sama... Karyawan cakep mungkin?”
Adip nyeletuk, “Gue sih cuma pengin punya ID card kantor keren. Pengen gaya nongkrong sambil buka laptop di kafe, padahal cuma buka YouTube tutorial excel.”
Kian ngakak, “Semangat belajar, ya! Biar nanti kita bertiga bisa rebutin ruangan kantor paling pojok, terus pas istirahat makan siang rebutan sisa makanan.”
Jeevan duduk di samping Kian dan ikut masuk frame. Mama, Adip, dan Rohit langsung reflek membenahi baju. Anvita melambaikan tangan sopan.
“Om Jeevan! Salam dari Indonesia!” seru Rohit.
“Salam kembali. Terima kasih sudah jaga semangat Kian dari jauh,” jawab Jeevan sopan, tapi matanya melirik geli ke arah Kian.
“Om, mereka mau kerja sama Om nanti,” celetuk Kian bangga. “Tapi jangan bikin mereka stres kayak gue, ya.”
“Tenang, yang saya stresin cuma satu orang. yang pipinya bisa merah kayak tomat tiap digodain,” Jeevan mencubit pipi Kian pelan.
“Ommm...!! Malu ih!” Kian teriak sambil menutup wajah pakai ponsel.
Rohit ngakak. “Anjir, cinta mereka udah kayak serial Korea digabung telenovela Meksiko!”
Adip mengangguk. “Tinggal nunggu soundtrack-nya aja.”
Jeevan tersenyum sambil menggenggam tangan Kian. “Saya jaga dia di sini, Bu. Gimanapun caranya. Gantian sekarang saya yang repot jaga anak Ibu.”
Mama terharu tapi nyengir. “Tolong dimandiin juga, ya. Soalnya dulu mandi susah banget.”
“MAAA!!!” Kian udah panik dan pengin non-aktifin internet.
Tapi tawa pun meledak di layar, membuat malam itu jadi lebih hangat daripada selimut dan coklat panas.
.
.
.
.
...****************...