Kupikir aku akan bahagia menikah dengan seorang Arjuna Raka Sastrowardoyo. Wajahnya yang sangat tampan dengan tubuh atletis tenyata tak bisa memberikan kenikmatan di ranjang.
Pria itu impoten dan mempunyai keanehan lain saat berada di ranjang.
Aku merasa kecantikan dan kemolekan tubuhku tak berguna. Hanya saja ia sangat baik dan loyal padaku. Semua hartanya yang banyak itu bebas aku gunakan yang penting ia puas menyiksaku.
Aku tidak tahu apakah aku akan bertahan atau memilih mencari kebahagiaan lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 Tak Percaya
Arjuna membuka jas yang setelan jas yang sedang dipakainya dengan tak sabar. Pria itu merasa tubuhnya mendapatkan energi meskipun voltase nya masih sangat kurang. Inti dirinya bergerak dan menggeliat pelan adalah sebuah kemajuan yang sangat berarti.
Mayang Sari ikut senang. Ia semakin di atas angin. Ia pun membantu pria itu membuka pakaian yang sedang dipakainya.
Tangannya gemetar dengan hati yang berdebar kencang saat membayangkan penampakan tubuh suaminya nanti yang belum pernah ia lihat sebelumnya selama mereka menikah.
Potongan jas pria itu sudah berada di sandaran kursi di dalam ruangan kerjanya. Tangan Mayang Sari bergerak tak sabar ingin membuka ikat pinggang suaminya tapi Arjuna langsung meraih pinggang rampingnya dengan berbisik pelan,"Biar aku saja May."
Pria itu lantas mengulum bibir sang istri dengan penuh perasaan dengan tangan meremass lembut salah satu milik istrinya yang membusung indah.
Mayang Sari merasakan tubuhnya semakin gemetar. Arjuna kali ini sudah menjadi Arjuna yang sangat ia inginkan. Pria itu membuatnya melayang.
"Aku mencintaimu mas," bisik Mayang saat suaminya itu melepaskan tautan bibir mereka. Arjuna tersenyum kemudian mulai membuka ikat pinggangnya.
Mayang Sari deg-degan. Ia sudah tak sabar melihat sosok yang katanya impoten itu. Tatapannya pun tak lepas dari mata elang sang suami. Arjuna pun sama, ia juga menatap sang istri dengan Libido yang meningkat tajam.
Dan...
Telepon di dalam ruangan itu tiba-tiba berdering. Mereka berdua tersentak kaget kemudian saling melempar pandangan mereka ke arah pesawat telepon yang terdapat di atas meja kerja Arjuna.
Perasaan mereka sama, yaitu kesal.
Terima atau tolak, begitulah isi pikiran suami istri itu.
"Angkat dulu mas, takutnya penting banget," ucap Mayang dengan tarikan nafas beratnya. Sungguh, ia sangat cukup terganggu dengan bunyi panggilan telepon yang nampak sangat tak sabar itu. Rasanya ia ingin melempar pesawat telepon itu karena mengganggu kesenangannya.
"Baiklah, maafkan aku May," ucap Arjuna sembari mengecup bibir sang istri.
"Tapi pakai gaunmu dulu sayang, aku takut tak bisa berkonsentrasi menelpon," lanjut pria itu tersenyum kemudian meraih pakaian Mayang yang tercecer di lantai. Setelah itu ia memberikannya pada wanita itu.
Mayang Sari menerima pakaiannya itu dengan menghela nafasnya pelan. Ia berusaha untuk tersenyum meskipun ia benar-benar sangat kesal pada penelpon itu. Ia pun memakai pakaiannya asal-asalan saja.
"Ya halo, ada apa?" geram Arjuna dengan wajah yang sangat kesal.
"Mohon maaf pak, ada Bu Fifian sedang memaksa untuk masuk karena ingin bertemu dengan bapak," jawab sekretaris Arjuna yang berada di luar ruangan.
Brengsek!
Fifian?
Untuk apa wanita itu datang lagi kemari setelah sekian lama?!
Pria itu terdiam beberapa detik kemudian menatap Mayang yang sedang menatapnya juga. Istrinya itu sudah memakai underwearnya.
"Jangan biarkan ia masuk!" titah pria itu dengan tegas kemudian segera menutup panggilan itu. Setelah itu ia menghampiri Mayang Sari dan membantu wanita itu memakai pakaiannya dengan benar.
"Siapa mas?" tanya Mayang dengan wajah penasaran.
Belum sempat Arjuna menjawab, Fifian sudah berada di dalam ruangan kerja itu. Wanita itu langsung menghampiri Arjuna dan ingin mencium pria itu tapi Arjuna menolak dengan halus.
"Kamu tidak membiarkan aku masuk karena ada wanita ini ya sayang?" ucap wanita itu dengan tatapan tajam pada Mayang Sari.
Eh?
Mayang Sari menatap wanita di hadapannya itu dengan tatapan menelisik. Siapa pula wanita ini yang berani memanggil suaminya dengan kata sayang? Tanyanya dalam hati.
"Untuk apa kamu kemari?" tanya Arjuna dengan wajah dingin dan tak ramah.
"Tentu saja karena aku rindu sayang. Kita sudah lama tak berjumpa lho, apa kamu tak rindu padaku?"
"Tidak!"
"Oh tidak mas. Jangan katakan karena wanita ini iyya?" Fifian menatap Mayang Sari dengan bibir mencebik. Tatapannya kini berusaha memberikan penilaian pada Mayang Sari.
Ia akui kalau wanita itu sangat cantik tapi ia tetap tidak ingin Arjuna melupakannya begitu saja.
"Kalau iyya kenapa hah?" sahut Mayang Sari dengan balas menatap wanita yang sok percaya diri itu.
"Aku tidak setuju karena mas Arjuna adalah milikku, kami sudah berjanji akan menikah dan mempunyai banyak anak untuk penerusnya." Fifian menjawab dengan senyum diwajahnya.
Mayang Sari melotot tak percaya dengan apa yang ia dengar.
Mereka berencana mempunyai anak? Hello? Bagaimana denganku?
Di depanku ia mengaku impoten dan tidak bisa mempunyai anak.
Apa-apaan ini?!
"May, keluarlah dulu, ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengan Fifian."
Mayang Sari kembali tak percaya pada perkataan suaminya.
Sekarang ia memintaku untuk keluar?
Lalu apa yang akan dilakukan pria itu saat mereka berdua?
Apakah mereka akan melanjutkan apa sudah ia mulai tadi?
"Gak. Aku akan tetap di sini mas. Aku tidak mau kalau kalian berdua saja di dalam tempat ini!" Mayang Sari menolak.
"Hey! Kamu gak dengar apa yang dikatakan oleh mas Juna hah? Keluarlah. Kami sedang ingin memadu rindu!" ucap Fifian kemudian menyuruh Mayang Sari keluar dari ruangan itu dengan menyeretnya.
"Aku tidak akan keluar karena aku adalah istrinya!" ucap Mayang Sari tegas.
Kali ini Fifian yang tercekat kaget. Ia pun menatap wanita itu dan Arjuna dengan wajah tanya.
"Aku gak percaya kalau kamu sudah menikah mas?"
🌺
*Bersambung
Like dan ketik komentar agar author semangat updatenya oke?