Mata kecil itu berpendar melawan rasa bosan di tengah hiruk pikuk orang dewasa, hingga matanya berbinar melihat seorang gadis cantik, terlihat anggun dengan raut keibuan. Ini dia yang di carinya.
Kaki kecilnya melangkah dengan tatapan tak lepas dari gadis bergaun bercorak bunga dengan bagian atas di balut jas berwarna senada dengan warna bunga di gaunnya.
Menarik rok gadis tersebut dan memiringkan wajah dengan mata mengerjap imut.
"Mom.. Kau.. Aku ingin kau menjadi Mommyku.."
"Anak kecil kau bicara apa.. Ayo aku bantu mencari Ibumu.."
"Tidak, Ibuku sudah tiada, dan aku ingin kau yang menjadi Mommy ku."
"Baiklah siapa namamu?."
"Namaku Daren, Daren Mikhael Wilson aku anak dari orang terkenal dan kaya di kota ini, jadi jika kau menikah dengan Daddyku kau tidak akan miskin dan akan hidup senang."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TW 8: Mengikuti Keinginanku
Isa baru saja menidurkan Daren, setelah bermain dan menghabiskan waktu hingga bocah itu kelelahan akhirnya mata kecil itu memejam, berbagai permainan sudah mereka mainkan hingga kamarnya berantakan.
Isa menghela nafasnya, mimpi apa dia bisa terjebak dengan seorang anak yang tiba- tiba memanggilnya Mom..
"Aku belum menikah tapi sudah punya anak." Isa memijat pelipisnya, baru beberapa hari dia di sana sudah pusing bukan main.
Pertama dia harus mengejar Tuan Willy agar bisa bekerjasama, bahkan mendaftar jadi kandidat teman kencannya, lalu sekarang dia terjebak dengan putra si tuan itu.
Isa melihat ke meja kerjanya, karena menemani Daren, pekerjaannya jadi terabaikan.
Waktu menunjukan pukul sepuluh malam, masih ada waktu untuk bekerja, lagipula dia juga belum mengantuk.
Isa berjalan ke arah dapur mini untuk membuat kopi, kamar Isa adalah kamar tipe suite room dimana terdapat satu kamar tidur dengan kamar mandi di dalam, dapur kecil dan ruang tamu.
Selesai membuat kopi Isa berniat kembali bekerja, namun belum juga sampai di meja kerjanya Isa mendengar bel kamar berbunyi.
Isa mengeryit siapa yang datang malam- malam begini, Isa membelokkan langkahnya menuju pintu, lalu membukanya.
Isa mengangkat alisnya saat melihat Willy berdiri angkuh di depan pintunya "Seingatku, aku tidak mengundang seorang pria ke kamarku tuan.."
"Putraku juga seorang pria, jika kau lupa.." Isa mencebik.
"Daren sudah tidur, jadi kembali besok saat Daren sudah bangun, ya!.." Isa akan menutup pintu namun Willy dengan cepat mengulurkan kakinya, hingga pintu tertahan oleh sepatu mengkilatnya. "Apa maumu..!" Isa geram, pekerjaannya banyak, jika dia terus meladeni anak dan ayah ini pekerjaannya tidak akan bisa selesai.
"Memastikan putraku baik- baik saja.."
"Apa maksudmu..?!"
Willy mengedikkan bahu acuh lalu mendorong pintu dan masuk begitu saja.
Isa mencengkram tangannya lalu dengan kesal ikut masuk, memang apa yang akan Isa lakukan pada Daren, Isa melihat cangkir kopi di tangannya ingin rasanya dia tuangkan kopi panas itu ke wajah tuan seenaknya itu.
Mengabaikan Willy yang memasuki kamarnya, Isa memilih meletakkan kopinya lalu mulai bekerja.
Willy mengedarkan pandangannya di kamar Isa yang berantakan, dia yakin pelakunya adalah Daren, Willy jadi penasaran apa yang mereka lakukan hingga kamar itu terlihat berantakan sekali.
Keluar dari kamar Willy melihat Isa yang sedang fokus di meja kerjanya, entah melakukan apa hingga dia tak peduli Willy ada di sana.
Saat Isa membuka pintu Willy sempat tertegun melihat penampilan gadis itu, Isa mengenakan piyama tangan panjang jauh dari kata seksi dan menggoda, rambutnya di gelung sembarang dengan kaca mata bertengger di hidungnya.
Willy seorang pria yang terbiasa dengan wanita seksii di sisinya mengeryit, mengapa gadis ini tak melakukan trik untuk menggodanya saja, meski Willy tidak akan tergoda, tapi aneh sekali gadis ini sama sekali tak melakukan apapun untuk menarik perhatiannya.
Benarkah Isa tidak tertarik padanya?..
Kening Willy mengeryit saat melihat Isa mengeryit seraya menggaruk rambutnya dengan kasar, sepertinya gadis itu sedang kesal.
Karena penasaran Willy berjalan mendekat dan melihat apa yang tengah Isa kerjakan, Willy mencebik saat melihat pekerjaan Isa.
"Perusahaan mana yang memperkerjakan orang bodoh sepertimu?."
Isa membelalakan matanya, lalu menoleh pada Willy yang tiba- tiba ada di belakangnya "Apa!!!"
"Kau tahu, jika kau melakukan itu perusahaan mu akan segera gulung tikar." Willy menunjuk layar laptop Isa.
"Kau!, apa yang kau lakukan sekarang?, bukankah kau ingin melihat Daren, lihat sana, dan pergi.." Willy mendengus lalu membalik laptop Isa agar mengarah padanya.
Isa ingin merebut laptopnya kembali namun melihat Willy mengetik dengan cepat membuatnya terkesima. "Anggap itu imbalan karena sudah menjaga Daren.." Willy membalik kembali layar laptop Isa, lalu duduk di sofa menyilangkan kakinya dengan angkuh.
Isa mengerjapkan matanya saat melihat apa yang Willy lakukan pada pekerjaannya, dua jam Isa mengerjakannya dan dia merasa buntu, tapi di tangan pria itu, pekerjaannya hanya di lakukan selama dua menit saja dan selesai.
Pantas saja pria itu sukses dan kaya, ternyata dia benar- benar genius.
"Tutup mulutmu, aku tahu kau terpesona.." Willy melipat tangannya di dada.
Isa mencebik, mendengar Willy yang sangat percaya diri.. Pantas saja proposal Isa di tolak sebanyak dua kali, apa dia sangat bodoh hingga tak bisa menembus otak Willy.
Isa memilih merapikan mejanya dan menoleh menatap Willy. "Kau sungguh tak ingat aku.." mustahil Willy tak ingat padanya yang dua kali datang lalu di tolak, mengingat Willy sangat pintar.
Willy mengangkat alisnya "Apa kau sangat penting?."
Isa berdecak "Begini, tuan Willy.."
"Panggil aku Willy saja.." Katanya menyela.
Isa menghela nafasnya "Maaf tapi tidak bisa.." Willy mengedikkan bahu "Aku dua kali datang padamu dan kau selalu menolak proposalku.. Lalu saat seminar aku datang untuk menemui mu berbicara soal bisnis sedangkan kau malah meminta asiatenmu untuk memasukkan aku dalam daftar kencanmu.. Maksudku aku tidak bermaksud untuk berkencan denganmu, tapi aku melakukan itu agar aku bisa bertemu dan melakukan kesepakatan.."
"Lalu kau memanfaatkan putraku?" potong Willy.
"Apa?" Isa mengerjapkan matanya, lalu menggeleng dengan cepat. "Tidak!"
Willy mengangkat alisnya "Sungguh?."
Isa menelan ludahnya kasar "Aku sungguh tidak bermaksud memanfaatkan Daren.." lirihnya. Isa juga merasa bersalah tidak seharusnya dia memanfaatkan Daren, karena tuan Willy justru mengetahui semuanya.
Willy mengangguk "Aku akan pertimbangkan jika begitu.. Tapi sebagai gantinya kau harus mengikuti apa keinginanku.." Isa membelalakan matanya saat mata Willy menangkapnya dari atas ke bawah. "Aku bahkan tidak bernafsu melihatmu." Willy mendengus malas saat Isa menutupi dadanya dengan kedua tangannya yang dia silangkan.
"Kau bisa menjadi Ibu Daren dan aku akan berikan keinginanmu yaitu menjadi investor di proyek baru perusahaanmu.."
Isa membelalakan matanya saat mendengar apa yang Willy katakan "Bukan Ibu sesungguhnya, hanya mengiyakan ucapan Daren sampai aku bisa menemukan Ibu dan istri yang cocok untukku dan Daren."
...
kau dtg kerana urusan bisnes bukan utk urusan hati.. teguh pendirian.. ingat perjanjian