Ketika kesetiaan seorang istri tak berarti dimata suami. Bagaimana kah usaha Tari menghadapi pengkhianatan yang di lakukan oleh suaminya? ikuti terus kisah Tari yang ingin membalaskan rasa sakit hatinya terhadap Dimas.
"kau salah besar jika menganggapku lemah Mas, lihatlah nanti apa yang akan aku lakukan terhadapmu dan gundikmu itu! Tak ada kata maaf untuk sebuah pengkhianatan. Akan ku kembalikan kau ke tempat asalmu, dasar laki-laki tak tahu diri. Bersiaplah, kau harus merasakan rasa sakit hatiku ini berkali lipat. Ku pastiak kau akan memelas berharap kata maaf dariku. Kau telah memilih musuh yang Salah Mas!" - Mentari
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kiki Purwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2
Gegas ku simpan kembali hp Mas Dimas diatas nakas. Aku tak ingin terlihat lemah, mari mas kita bermain-main dulu, sebelum ku hancurkan kau sampai sehancur-hancurnya Dan ku kembalikan kau ke tempat asalmu.
"Sayang, aku sudah beli soto ayam kesukaan mu. Ayo kita makan sama-sama" ucap Mas Dimas sambil berjalam ke arahku.
Oke, tenang hati. Bersikaplah biasa saja seolah kau tak tahu apa-apa, batinku.
"Ayo mas, kebetulan sekali aku sudah sangat lapar. Mumpung Adam juga sedang tidur" ucapku
Di meja makan, sudah terhidang soto ayam kesukaanku Dan beberapa tusuk sate telur puyuh Dan sate usus. Sungguh semua hidangan tersebut menggugah selera, tapi entah kenapa sekarang aku tak bernafsu untuk menyantapnya. Padahal menu tersebut Salah satu menu favoritku, aku bisa menghabiskan sampai dua porsi nasi jika sudah makan dengan hidangan tersebut.
"Dek, kok melamun. Ayo kita makan, mumpung sotonya masih panas" ucapan Mas Dimas membuyarkan lamunanku
"Oh, eh i-iya mas" ucapku terbata
Akhirnya aku paksakan untuk makan, aku duduk berhadapan dengan Mas adam
"Ini untukmu dek. Makan Yang banyak ya agar ASI mu melimpah. Biar Adam nanti semakin gembul" ucap Mas Adam sambil memberikanku sepiring nasi. Ah, mungkin jika aku tak memgetahui pengkhianatan Mas Dimas, ini akan sangat romantis namun sayangnya sekarang malah terlihat memuakan bagiku.
"Dek, besok mas akan pulang telat lagi. Kemungkinan sampai tengah malam. Soalnya di kantor sedang banyak kerjaan, apalagi sebentar lagi proyek pembangunan sekolah akan segera di mulai. Banyak pekerjaan yang mas harus selesaikan"
"Ya, sudah biasa juga kan akhir-akhir ini kamu pulang larut malam terus mas"
"Makasih ya dek, mas janji nanti setelah pekerjaan mas selesai. Mas akan ajak kamu Dan Adam liburan. Kita habisakan waktu bersama ya" ucapnya sumringah.
Aku hanya menganggukan kepala tanda setuju. Baiklah mas silahkan saja pergi, jangan anggap lagi aku bodoh. Mungkin dulu aku akan percaya dengan semua omonganmu, tapi untuk sekarang aku tak akan bisa kau bodohi lagi.
Setelah makan, aku memutuskan untuk kembali ke kamar. Melihat Adam takutnya dia sudah bangun, di dalam kamar masih ku dapati Adam tertidur dengan sangat nyeyak, bayi berumur dua bulan itu sangat mewarisi sekali wajah ayahnya. Hanya bibirnya saja Yang menurun kepadaku. Melihat wajah Adam, ada rasa sesak di dalam dada. Bagaimana nantinya anak sekecil ini akan kehilangan kasih sayang dari orang tuanya.
"Maafkan ibu nak, jika nanti pada akhirnya ibu akan menyerah. Jika saja ayahmu tak banyak tingkah, mungkin sekarang Dan seterusnya kita akan menjadi keluarga bahagia. Tapi tenang saja, ibu akan menjadi ibu sekaligus ayah untukmu. Ibu pastikan kamu tak akan kekurangan kasih sayang nak. Sekarang hanya kamulah penyemangat ibu" ucapku sambil terisak.
Pintu kamar terbuka, Mas Dimas ikut duduk di sebelahku. Cepat ku hapus airmata agar tak terlihat olehnya, aku tak ingin menjadi lemah. HP diatas nakas kembali berdering, kulihat dengan ekor mata, Mas Dimas buru-buru mengambil HP tersebut Dan bergegas meninggalkan kamar. Pasti itu telfon dari gundiknya. Ah, nikmatilah waktumu sekarang mas, jika sudah saatnya akan ku buat kau hancur berkeping-keping.
Ku rogoh HP Yang kusimpan di saku daster, aku akan menghubungi temanku Yang bekerja dibidang IT. Aku akan meminta bantuannya untuk menyelesaikan rencanaku.
Tuuut...
"Halo tari" ucap Haris padaku
"Halo Ris, maaf aku mengganggu waktumu"
"Okey, no problem. What happened? Tumben-tumbenan nih Mahmud nelfon"
"Ris, aku mau minta tolong sama kamu nih"
"Minta tolong apa Tar, sepertinya penting sekali"
"Lebih dari penting Ris. Besok kamu ada waktu gak? Bisa ketemuan? Nanti akan aku ceritakan secara detail padamu"
"Oke, besok di cafe jingga pukul 13.00"
"Siap, terima kasih Ris"
"Sama-sama Tari"
Sambungan telfon pun ku putus, Haris adalah teman semasa kuliah dulu. Memang kami beda jurusan tapi kami berteman sangat akrab. Pada dialah aku selalu menceritakan semua keluh kesah, dia termasuk ahli IT, jadi sepertinya aku akan sangat membutuhkan bantuannya.
Tak lama Mas Dimas kembali ke dalam kamar.
"Dek, em m-mas izin keluar sebentar ya ada masalah dikantor" ucap Mas Dimas gugup
"Kok tumben hari libur gini ada masalah di kantor? Emang gak bisa besok lagi apa?" Jawabku dengan nada kesal
"Gak bisa dek, mas harus ke kantor sekarang. Ini sangat urgent"
Huffttt, ku hela nafas panjang
"Pergilah mas" ucapku singkat
Setelah mendengar jawabanku Mas Dimas bergegas mengganti baju. Setelah Mas Dimas pergi, ku intip dia lewat jendela kamar, mobil Yang ditumpangi nya pun melesat meninggalkan rumah.
"Halo, ikuti dia sekarang. Foto Dan kabari semua apa Yang dia lakukan kepadaku".
Tut! Sambungan telfon ku matikan
Silahkan kau bersenang-senang dulu sekarang mas, tunggulah waktunya kau akan menangis Dan memelas maaf dariku.
Bersambung....