NovelToon NovelToon
Penyesalan Anak Dan Suami

Penyesalan Anak Dan Suami

Status: tamat
Genre:Tamat / Keluarga / Penyesalan Suami
Popularitas:4.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: D'wie

Sikap anak dan suami yang begitu tak acuh padanya membuat Aliyah menelan pahit getir segalanya seorang diri. Anak pertamanya seorang yang keras kepala dan pembangkang. Sedangkan suaminya, masa bodoh dan selalu protes dengan Aliyah yang tak pernah sempat mengurus dirinya sendiri karena terlalu fokus pada rumah tangga dan ketiga anaknya. Hingga suatu hari, kenyataan menampar mereka di detik-detik terakhir.

Akankah penyesalan anak dan suami itu dapat mengembalikan segalanya yang telah terlewatkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PAS 9

Seminggu telah berlalu dan sikap Aliyah masih sama seperti sebelumnya, yaitu diam seribu bahasa. Bukan hanya itu, Aliyah juga tidak pernah lagi tidur di kamarnya. Aliyah lebih memilih tidur bersama Gaffi dan Amri.

Jelas saja hal ini membuat Amar bingung dan sedikit uring-uringan. Mau bertanya, tapi gengsinya yang super tinggi membuatnya enggan berbicara dengan Aliyah. Amar justru bersikap acuh tak acuh, berharap dengan begitu Aliyah jadi kembali seperti sebelumnya. Tapi dugaannya ternyata salah, Aliyah tetap dengan kebungkamannya. Aliyah hanya akan bersuara saat ada yang ia tanyakan. Itupun hanya dijawabnya singkat, padat, dan jelas. Amar jadi mati kutu dibuatnya.

Sejak siang kemarin Amar merasa tak enak badan. Ditambah semalaman tidak bisa tidur membuat tubuhnya kian remuk redam. Suhu tubuhnya tinggi, badannya menggigil dan meriang. Amar pun izin kerja karena tak mungkin ia tetap bekerja sedang kondisi tubuhnya tidak baik-baik saja.

Seperti biasanya, Aliyah masuk ke kamarnya saat subuh-subuh untuk mandi sebab pakaiannya memang masih berada di kamar itu. Menyadari pintu dibuka dari luar, Amar pun segera memejamkan mata, pura-pura tidur. Diam-diam Amar memperhatikan pergerakan Aliyah yang ternyata bergerak menuju lemari pakaian dan mengambil pakaiannya lalu berlalu menuju kamar mandi.

Amar mengernyit heran, Aliyah seperti tidak peduli lagi padanya. Amar lantas berpikir, Aliyah berubah setelah ia membahas tentang Nafisa.

"Cemburu, hm? Salah sendiri kenapa tidak bisa menyenangkan suami," gumamnya merasa Aliyah berubah karena cemburu.

Tak lama kemudian, Aliyah telah keluar dengan gamis panjangnya. Tak lupa jilbab instan menutupi mahkota di atas kepalanya. Lalu Aliyah kembali ke lemari dan menyiapkan pakaian kerja Amar kemudian keluar.

Amar memijat pelipisnya yang berdenyut nyeri. Ia ingin meminta Aliyah memijit pelipisnya, tapi lidahnya justru kelu sehingga tak ada sepatah katapun keluar.

Jam sudah menunjukkan pukul 7, tapi Amar belum juga keluar dari dalam kamar. Ia pikir Amar masih tidur. Aliyah sebenarnya enggan untuk ke kamar dan membangunkannya, tapi Aliyah yang memang tak bisa mengabaikan kewajibannya sebagai seorang istri pun terpaksa masuk ke kamar itu. Dilihatnya Amar ternyata telah bangun, tapi masih bergelung dengan selimut. Dapat Aliyah lihat Amar tengah menggigil dalam selimutnya.

Aliyah lantas mendekat dan memegang dahi Amar yang ternyata terasa panas di punggung tangannya. Aliyah menghela nafas panjang, ia pun gegas beranjak mengambil handuk kecil dan air hangat untuk mengompres dahi Amar. Amar sebenarnya tidak tidur jadi ia tahu apa yang Aliyah lakukan. Setelahnya Aliyah menuju dapur untuk membuat bubur sambil menyiapkan obat penurun panas Amar.

Sesekali ia masuk ke dalam kamar untuk mencelupkan ulang handuk tadi ke dalam air hangat dan menempelkannya kembali di dahi Amar. Setelah bubur matang, Aliyah membawa bubur dan air hangat serta obat penurun panas ke kamar Amar. Beruntung Amat sudah duduk bersandar di kepala ranjang jadi ia tak perlu membangunkan Amar. Ia memberikan bubur itu masih dengan bibir terkatup rapat. Amar menerimanya karena memang sudah lapar. Setelah habis, Aliyah menyodorkan air hangat beserta obat ke Amar.

"Yayayah," panggil Amri yang masuk ke dalam kamar.

Ayah ndak elja?" tanya Gaffi yang ikut masuk. Tak ingin anak-anaknya jadi sasaran kemarahan Amar, Aliyah pun segera mengajak keduanya keluar.

"Ayah sakit, Abang sama adek main di luar aja ya. Ayah mau istirahat," ujar Aliyah lembut sambil mengajak kedua anaknya keluar. Amar hanya bisa memandang ketiga orang itu dalam diam dan tatapan entahlah.

...***...

Aliyah memang selalu belanja di warung. Ia tidak pernah ke pasar sebab ia tidak mungkin meninggalkan anak-anaknya di rumah berdua saja. Selesai belanja, ia mengambil cucian di rumah tetangganya.

Sudah hampir siang, tapi ia belum juga selesai mencuci. Begitu pula memasak. Amar yang telah kembali lapar sampai kesal sendiri di kamar karena Aliyah tak kunjung masuk ke kamar untuk mengantarkan makan siangnya.

Amar sudah sangat bosan berada di dalam kamar, tapi ia juga enggan keluar. Apalagi sejak tadi ia mendengar jerit tangis dari Gaffi dan Amri.

"Dia itu sebenarnya ngapain sih? Jam segini belum antar makanan. Mana dari tadi Gaffi dan Amri nangis melulu. Benar-benar istri nggak guna," kesal Amar seraya menutup kedua telinganya.

Satu jam kemudian, barulah Aliyah datang dengan nampan berisi makan siang untuk Amar. Melihat kedatangan Aliyah, bukannya senang apalagi mengucapkan terima kasih, Amar justru langsung memarahinya. Tapi Aliyah hanya bungkam. Tidak menanggapi sedikitpun ocehan dan omelan Amar. Ia seolah menerima begitu saja apa yang Amar lontarkan padanya.

"Kamu itu tuli atau apa sih? Kamu itu sebenarnya dari mana? Lihat sekarang sudah jam 1. Seharusnya sudah sejak sejam yang lalu kau antarkan aku makan siang. Tapi ini apa? Sudah jam 1 baru kau antarkan. Benar-benar istri nggak becus," omel Amar. Padahal masih sakit, tapi ia masih memiliki stamina untuk mengocehi Aliyah.

Aliyah diam, tak merespon sedikitpun.

"Sepertinya kau bukan hanya tuli, tapi juga bisu. Diam terus seperti patung."

Amar makin kesal karena Aliyah tidak menggubrisnya sama sekali.

Menjelang sore, teman-teman kantor Amar tiba-tiba berkunjung untuk membesuk Amar. Aliyah sampai terkejut saat melihat teman-teman Amar. Tidak banyak memang, hanya ada satu orang laki-laki dan 4 perempuan. Entah mengapa Aliyah dapat merasakan kalau yang namanya Fisa itu adalah salah satu dari mereka.

"Amar ada kan?" tanya Budi.

Aliyah mengangguk dan mempersilahkan mereka masuk ke dalam rumah. Aliyah juga mempersilahkan mereka duduk di sofa.

"Ada. Silahkan masuk!" ujar Aliyah sopan.

Amar sudah tahu dari Nafisa kalau mereka akan datang membesuknya. Amar pun merasa bahagia sekali. Saat mereka telah masuk ke dalam rumah, Amar pun langsung keluar untuk menyambut mereka.

"Hai bro, loe beneran sakit atau ... modus biar ada yang nyamperin nih?" goda Budi tak peduli Aliyah masih berada di sana. Benar-benar definisi teman tak ada akhlak.

"Ck, aku beneran sakit kok. Tapi aku senang kalian datang ke mari."

"Seneng liat kami atau liat Fisa nih?" goda yang lainnya.

"Kalian ini apa-apaan sih! Nggak lah."

"Yah, jadi kamu nggak seneng Mas liat aku ke mari? Kalau begitu, aku pulang aja deh," ujar Nafisa pura-pura merajuk.

"Eh, maksud aku bukan begitu. Aku ... "

"Tante Fisa," pekik Nana yang keluar dari dalam kamar.

"Hai Nana cantik, apa kabar, hm? Makin cantik aja sih kamu," ujar Nafisa seraya memeluk Nana.

"Tante bisa aja. Tante tuh yang makin cantik, ya nggak Yah?" Nana melemparkan pertanyaan pada sang ayah. Padahal ibunya sedang berjalan menuju mereka sambil membawa nampan berisi air minum.

Amar awalnya mengangguk, kemudian tersentak saat melihat Aliyah telah berjongkok di depannya seraya meletakkan gelas-gelas berisi air minum itu.

"Cie, cie," goda Budi yang dibalas kekehan oleh yang lainnya. Mereka seakan menganggap Aliyah tiada. Sakit dan kecewa sudah pasti. Tapi Aliyah memilih diam.

Mata Aliyah dan Amar tidak sengaja bersirobok. Bila netra Amar tampak penuh kekhawatiran, maka netra Aliyah tampak kosong. Bahkan Amar baru sadar kalau wajah Aliyah benar-benar pucat seperti mayat hidup.

"Itu pembantu loe, Am?" tanya Budi. Baru saja Amar ingin menyahut, tiba-tiba Gaffi muncul di hadapan Aliyah yang sedang berjalan kembali ke dapur.

"Bu, dedek eek," ujar Gaffi membuat semua orang tertegun. Tiba-tiba keriuhan tadi berubah menjadi keheningan. Karena penampilan Aliyah yang sedikit lusuh, belum lagi wajahnya begitu pucat membuat semua orang menduga kalau Aliyah adalah seorang pembantu. Sebab mereka pikir, mana mungkin istri seorang pekerja kantoran bisa selusuh itu.

"Am, jadi dia ... "

Dengan wajah menahan malu, Amar pun berujar, "dia ... istriku."

...***...

...HAPPY READING ❤️❤️❤️...

1
Jetty Eva
ternyata Nafisa pux bakat turunan dr ibux..😆😆😆
𝐚𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐠𝐢𝐫𝐥
𝐤𝐚𝐤 𝐨𝐭𝐡𝐨𝐫 𝐤𝐥𝐨 𝐝𝐢 𝐤𝐨𝐧𝐨𝐡𝐚, 𝐧𝐠𝐞𝐥𝐚𝐰𝐚𝐧 𝐫𝐚𝐦𝐩𝐨𝐤 𝐛𝐬 𝐣𝐝 𝐭𝐞𝐫𝐬𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚 𝐤𝐚𝐤
𝐚𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐠𝐢𝐫𝐥
𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚 𝐨𝐫𝐧𝐠 𝐬𝐝𝐡 𝐦𝐞𝐧𝐮𝐚𝐢 𝐤𝐚𝐫𝐦𝐚 𝐧𝐲𝐚 𝐦𝐚𝐬𝐢𝐧𝐠𝟐
𝐚𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐠𝐢𝐫𝐥
𝐍𝐚𝐟𝐢𝐬𝐚 𝐢𝐧𝐢 𝐛𝐞𝐛𝐚𝐥 𝐚𝐩𝐚 𝐠𝐦𝐧 𝐠𝐤 𝐩𝐧𝐲 𝐨𝐭𝐚𝐤 𝐲𝐚
𝐚𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐠𝐢𝐫𝐥
👏👏👏👏👏👏👏👏👏
𝐚𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐠𝐢𝐫𝐥
𝐯𝐢𝐝𝐞𝐨 𝐧𝐲𝐚 𝐝𝐫, 𝐧𝐚𝐧𝐚 𝐤𝐚𝐧 𝐚𝐝𝐚 𝐛𝐨𝐝𝐨𝐡 𝐭𝐨𝐥𝐨𝐥
𝐚𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐠𝐢𝐫𝐥
𝐝𝐚𝐬𝐚𝐫 𝐥𝐨𝐧.... 𝐭𝐞
𝐚𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐠𝐢𝐫𝐥
𝐨𝐡 𝐍𝐚𝐟𝐢𝐬𝐚 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐛𝐚𝐰𝐚𝐚𝐧 𝐢𝐛𝐮 𝐧𝐲𝐚 𝐣𝐚𝐧𝐝𝐚 𝐠𝐚𝐭𝐞𝐥 𝐲𝐚... 𝐛𝐫𝐭𝐢 𝐛𝐤𝐧 𝐬𝐨𝐝𝐚𝐫𝐚 𝐬𝐞𝐚𝐲𝐚𝐡
𝐚𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐠𝐢𝐫𝐥
𝐝𝐢𝐝𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐥𝐨𝐧𝐭𝐡𝐞
𝐚𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐠𝐢𝐫𝐥
𝐫𝐞𝐬𝐭𝐨𝐫𝐚𝐧 𝐩𝐫𝐭𝐦𝐚 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐫𝐚𝐡𝐢𝐦 𝐢𝐛𝐮
𝐭𝐨𝐢𝐥𝐞𝐭 𝐩𝐞𝐫𝐭𝐦𝐚 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐫𝐚𝐡𝐢𝐦 𝐢𝐛𝐮
𝐝𝐨𝐚 𝐩𝐫𝐭𝐦𝐚 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐝𝐨𝐚 𝐢𝐛𝐮
𝐠𝐞𝐧𝐝𝐨𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐩𝐫𝐭𝐦 𝐚𝐧𝐤 𝐠𝐞𝐧𝐝𝐨𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐢𝐛𝐮

𝐛𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐢𝐛𝐮 𝐥𝐚𝐡 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐠 𝐩𝐫𝐭𝐦𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐚𝐲𝐚𝐧𝐠𝐢 𝐚𝐧𝐚𝐤𝟐𝐧𝐲𝐚 𝐦𝐬𝐤𝐢𝐩𝐮𝐧 𝐛𝐥𝐦 𝐭𝐚𝐮 𝐛𝐞𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐝𝐚𝐧 𝐫𝐮𝐩𝐚 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐧𝐲𝐚 😭😭😭😭😭
𝐚𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐠𝐢𝐫𝐥
𝐬𝐝𝐡 𝐬𝐥𝐡 𝐠𝐤 𝐦𝐚𝐮 𝐧𝐠𝐚𝐤𝐮 𝐝𝐧 𝐦𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐦𝐚𝐚𝐟

𝐜𝐢𝐫𝐢𝟐 𝐦𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚 𝐭𝐮𝐫𝐮𝐧𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐣𝐣𝐚𝐥
𝐚𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐠𝐢𝐫𝐥
𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐨𝐝𝐚𝐫𝐚 𝐬𝐞𝐚𝐲𝐚𝐡
𝐚𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐠𝐢𝐫𝐥
😭😭😭😭😭
𝐚𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐠𝐢𝐫𝐥
𝐀𝐲𝐨𝐤 𝐛𝐮𝐧𝐝𝐚 𝐛𝐢𝐤𝐢𝐧 𝐭𝐮𝐡 𝐧𝐞𝐧𝐞𝐤 𝐬𝐢𝐡𝐢𝐫 𝐣𝐝 𝐫𝐮𝐣𝐚𝐤 𝐛𝐞𝐛𝐞𝐠, 𝐡𝐞𝐫𝐚𝐧 𝐬𝐨𝐭𝐨𝐲 𝐛𝐧𝐠𝐭 𝐣𝐝 𝐣𝐚𝐥𝐚𝐧𝐠
𝐚𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐠𝐢𝐫𝐥
𝐡𝐛𝐬 𝐭𝐢𝐬𝐮 𝐬𝐞𝐛𝐨𝐱 𝐤𝐚𝐤 𝐨𝐭𝐡𝐨𝐫 😭😭😭😭
𝐚𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐠𝐢𝐫𝐥
𝐬𝐩𝐫𝐭𝐢𝐧𝐲𝐚 𝐍𝐚𝐟𝐢𝐬𝐚 𝐬𝐞𝐤𝐨𝐧𝐠𝐤𝐨𝐥 𝐝𝐠𝐧 𝐬𝐥𝐡 𝟏 𝐭𝐦𝐧 𝐚𝐦𝐚𝐫 𝐝𝐢 𝐤𝐧𝐭𝐫 𝐮𝐧𝐭𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐭𝐡𝐤𝐧 𝐩𝐨𝐬𝐢𝐬𝐢 𝐚𝐦𝐚𝐫
𝐚𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐠𝐢𝐫𝐥
𝐝𝐩𝐭 𝐤𝐚𝐫𝐦𝐚 𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐚𝐫?
𝐚𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐠𝐢𝐫𝐥
𝐦𝐞𝐧𝐝𝐢𝐧𝐠 𝐚𝐥𝐢𝐲𝐚𝐡 𝐦𝐞𝐧𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥

𝐝𝐫𝐩𝐝 𝐡𝐝𝐮𝐩 𝐦𝐚 𝐬𝐮𝐚𝐦𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐧𝐤 𝐬𝐢𝐟𝐚𝐭 𝐧𝐲𝐚 𝐤𝐞𝐤 𝐝𝐚𝐣𝐣𝐚𝐥
𝐚𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐠𝐢𝐫𝐥
𝐁𝐚𝐠𝐮𝐬.... 𝐚𝐥𝐢𝐲𝐚𝐡


𝐦𝐞𝐧𝐝𝐢𝐧𝐠 𝐣𝐚𝐧𝐝𝐚 𝐭𝐩 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚
𝐝𝐫𝐩𝐝 𝐩𝐧𝐲 𝐬𝐮𝐚𝐦𝐢 𝐭𝐩 𝐦𝐞𝐧𝐝𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚
𝐚𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐠𝐢𝐫𝐥
𝐠𝐨𝐨𝐝 𝐣𝐨𝐛 𝐚𝐥𝐢𝐲𝐚𝐡 👍👍

𝐦𝐚𝐦𝐚𝐦 𝐭𝐮 𝐚𝐦𝐚𝐫 𝐬𝐮𝐤𝐮𝐫𝐢𝐧
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!