Mungkin semua orang mengatakan aku lah wanita yang paling beruntung di dunia ini,dimana aku yang hannya lulusan sekolah menengah dinikahi seorang pegawai negri yang memiliki pangkat tinggi.Aku bahkan rela meninggalkan agama dan orang tuaku yang tidak merestui hubungan kami demi suamiku.
Tapi siapa yang menyangka pernikahan ini telah membuatku menyesal seumur hidup bahkan aku sudah menggadaikan agama ku demi suami yang hannya menganggap ku babu.
Mungkin ini karma yang harus ku jalani,yang menentang orang tuaku demi pria yang memiliki pangkat tinggi.
ikuti kisah rumah tanggaku,akankah aku bertahan dengan suami yang ringan tangan ditambah mertua yang sangat kejam? Akan kah orang tua ku menerima aku kembali setelan aku murtad dari agamaku demi pilihan ku?
jangan lupa dukungannya kak
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agustina Pandiangan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 ~ Bosan dengan kata-kata itu ~
Leo menatap ibu dan adiknya bergantian,kali ini kata-kata Ibunya itu tidak lagi bisa menjadi cambuk di telinganya.Dia sudah muak mendengar kata-kata itu dari ibunya karena selalu saja itu menjadi senjata ibunya untuk melumpuhkan keberaniannya.
"Bu...Sudahlah mulia hari ini aku tidak mau lagi mendengar kata-kata itu dari ibu,muak tau nga Bu,dan aku mau tanya Bu apa maksud ibu menghajar Naira dan juga Kenan tadi saat aku kerja bu..."
"Siapa bilang hah...Siapa istrimu mengadu,dia pantas mendapatkan itu,aku sangat membenci istrimu yang tidak berguna di keluarga ini,dia hannya benalu untukmu begitu juga dengan anak mu itu." Ucap Maya dia berdiri sambil berkacak pinggang.
"Bu....
"Kamu jangan berani membentak aku anak durhaka,berani sekali kamu meninggikan nada di hadapan ibumu,kamu sudah mulai berani hah..."Maya tidak mau kalah dia melotot ke arah Leo dan menatapnya dengan tatapan seperti ingin membunuh.
"Ibu...Kalau ibu benci kepada mereka katakan kepadaku biar aku yang mengajari anakku dan juga istriku,ibu tidak punya hak sama sekali untuk memukul Naira dia cucu ibu."
"Aku tidak menyukai anakmu,kamu terlalu memanjakan dia,lihat saja aku yakin dia pasti akan tumbuh menjadi gadis manja yang tidak berguna sama seperti ibunya."Ucap Maya dengan nada yang tidak kalah tinggi.
Tidak tahan mendengar kata-kata Ibunya yang menghina Naira,Leo segera bergegas meninggalkan mereka dia sudah tidak tahan mendengar sumpah serapah ibunya terhadap Kenan dan Naira.
Sudah seminggu ini Maya tidak menginjakkan kakinya di rumah Leo,Maya sepertinya benar-benar marah terhadap Leo karena masalah kemarin dan saat seperti ini Kenan sangat bahagia.
"Semoga ibu selalu marah kepada kami dengan begitu aku dan dia tidak bertemu selalu,rasanya aku bosan jika mendengar ibu mengoceh setiap saat."Ucap Kenan dalam hati.
Beberapa hari tidak bertemu dengan mertuanya membuatnya begitu senang dan tidak terbebani.Pagi ini setelah suaminya pergi ke kantor Kenan keluar dari rumah,tiba-tiba saja gula di rumahnya sudah habis jadi terpaksa dia ke warung langganannya untuk membeli gula.
Sesampainya di warung dia melihat Bu Lena dan juga Bu Nita sedang berbincang bersama pemilik warung kedua wanita itu memang sangat menyukai ghibah dan Kenan tidak menyukai itu sama sekali.
"Kenan untung kamu datang kesini,aku mau bicara sama kamu,kemarin mertua mu datang ke rumah ku,untuk meminjam uang untuk kebutuhan mereka dan juga uang sekolah anaknya,kamu tega banget ya Kenan melarang Leo untuk memberikan uang kepada Bu Maya,kamu memang menantu tidak tau malu,kamu kan tau suami kamu itu pria satu-satunya di mertua mu,harusnya kamu ijinkan dong suami mu memberikan uang mertua mu." Ucap Nita dengan wajah yang tidak suka terhadap Kenan.
"Memangnya siapa yang bilang begitu Bu..." Tanya rohani pemilik warung.
"Bu Maya...."
"Alah sudah lah,dia memang pandai membalikan fakta aku tau bagaimana kehidupan Kenan selama ini,mertua Kenan sangat keterlaluan dia selalu memfitnah kenan agar terlihat jelek di mata orang-orang sini,dan suaminya itu pun bukan orang yang baik seharusnya kalau sudah menikah dia harus memikirkan masa depan mereka bukan malah mendukung sikap ibunya." Ucap Rohani berusaha memulihkan nama Kenan yang selalu dipojokan Maya.
Kenan tidak bisa berkata-kata dia langsung membeli apa yang dia butuhkan,lalu segera pamit dari antara mereka dia tidak terlalu suka berbicara sembarangan dengan orang lain,karena dia cukup tau orang-orang di lingkungannya.
Saat sampai di halaman rumahnya Kenan menghentikan langkahnya, karena mertuanya sedang di depan pintu,rasanya dia sangat enggan untuk melewati mertuanya itu bukan apa dia akan serba salah nantinya di sapa mungkin mertuanya akan memakinya tapi kalau tidak disapa maka dia akan menjadi bulan-bulanan mertuanya.
Pada saat dia ingin mundur dari posisinya,rencananya dia ingin memotong jalan menuju rumah belakangnya,tiba-tiba mertuanya sudah melihatnya,karena tidak ingin mertuanya berbicara yang aneh-aneh akhirnya Kenan memutuskan melewati mertuanya saja apalagi mertuanya memang sudah melihatnya.
"Kenapa kamu ingin menghindari ku Kenan,kamu jijik sama mertua mu ini,kamu pikir kamu sudah berhasil menguasai anakku,jangan mimpi kamu,aku hannya memberi pelajaran kepada anakku bukan untuk menjauhinya enak saja kamu,mau menguasai seluruh gaji suamiku." Ucap Maya.Kenan tidak menjawab apa pun kata-kata mertuanya karena dia sudah biasa mendengar semua ini.
"Bu,kenan masuk ke dalam dulu,Naira sedang di rumah takutnya dia terlalu lama menungguku."Ucap Kenan dia ingin segera pergi tapi mertuanya menghalanginya.
"Sudah lah jangan terlalu memanjakan Naira,biarkan dia sendirian,kamu bereskan dulu rumah ibu."
"Tapi Bu kan ada dewi sama_
"Kamu tidak bisa lagi di suruh,kalau tidak bisa bilang."
Kenan tidak bisa berkata-kata saat mertuanya sudah menyuruhnya,dia masuk ke dalam rumahnya lalu memangku Naira dan membawanya ke rumah mertuanya.
Kenan meletakkan Naira di sopa milik mertuanya,setelah itu dia mulai membersihkan rumah mertuanya yang begitu berantakan piring-piring kotor menumpuk di tambah pakaian kotor padahal di rumah itu ada dua anak gadis tapi sedikit pun tidak mencerminkan kalau mereka masih sekolah dan anak gadis.
"Kenan masak mie goreng dong,aku lapar sekali." Ucap Dewi saat dia keluar dari dalam kamarnya,dia sama sekali tidak peduli dengan kesibukan Kenan yang bekerja sambil menjaga anaknya.
"Kamu masak saja sendiri memangnya kamu tidak punya tangan?" Dewi dan adiknya langsung menoleh ke arahnya lalu melotot kearah Kenan yang sedikit berani.
"Hahaha...Berani juga kamu ya...Kakak ipar mentang-mentang bang Leo membela mu beberapa hari ini kamu semakin berani ya?" Ucap Dewi dia datang menghampiri Kenan yang sibuk membersihkan abu di setiap sudut rumah mertuanya sementara Maya sudah pergi ke rumah tetangga seperti biasa menjelekkan menantu yang katanya yang tidak berguna.
Dewi dan adiknya serentak mendekati Kenan,saat mereka ingin menjambak kenan Naira lansung menjerit hingga keduanya kaget mendengar suara Naira.
Kenan berlari menghampiri Naira,lalu memeluknya,dia takut kalau sesuatu terjadi dengan putrinya karena dia takut kalau sampai Naira sakit atau demam lagi.
"Kenan sudah lah aku akan menjaga naira disini,kamu pergi ke dapur dan buatkan aku mie goreng,aku sudah lapar."
"Buatkan saja sendiri kalau kamu lapar aku bukan babu disini." Jawab Kenan lalu dia mengendong Naira dan membawanya sambil membereskan rumah mertuanya yang sudah hampir selesai sekarang tinggal mencuci pakaian.
💗💗💗bersambung 💗💗💗