NovelToon NovelToon
Time Travel Dokter Modern Ke Zaman Kuno

Time Travel Dokter Modern Ke Zaman Kuno

Status: sedang berlangsung
Genre:TimeTravel / Reinkarnasi / Zombie / Time Travel / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita
Popularitas:251.2k
Nilai: 4.9
Nama Author: Lily Dekranasda

Di tengah dunia yang hancur akibat wabah zombie, Dokter Linlin, seorang ahli bedah dan ilmuwan medis, berjuang mati-matian untuk bertahan hidup. Laboratorium tempatnya bekerja berubah menjadi neraka, dikepung oleh gerombolan mayat hidup haus darah.

Saat ia melawan Raja Zombie, ia tak sengaja tergigit oleh nya, hingga tubuhnya diliputi oleh cahaya dan seketika silau membuat matanya terpejam.

Saat kesadarannya pulih, Linlin terkejut mendapati dirinya berada di pegunungan yang asing, masih mengenakan pakaian tempurnya yang ternoda darah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kekacauan Rumah Sakit (Revisi)

Pagi itu, Dr. Linlin baru saja keluar dari ruang operasi setelah menyelesaikan prosedur yang berlangsung selama beberapa jam. Xu Mei, perawat kepercayaannya, menyodorkan segelas air.

"Terima kasih, Mei," ucap Linlin sambil meneguk airnya.

"Operasinya berjalan lancar, Dokter Linlin?"

"Ya, tidak ada komplikasi. Pasien akan baik-baik saja."

Baru saja Linlin hendak beristirahat, ponselnya bergetar. Ia melirik layar—panggilan dari Unit Gawat Darurat (UGD).

"Halo?"

Suara panik terdengar dari seberang. "Dokter Linlin! Kami butuh bantuan segera. Ada pasien dengan luka robek dalam di paha, dia butuh tindakan operasi!"

Linlin langsung berdiri. "Baik, saya segera ke sana!"

Xu Mei yang melihat ekspresi serius Linlin langsung bertanya, "Ada apa, Dokter?"

"Ada pasien dengan luka dalam di paha. Aku harus ke UGD."

"Saya ikut," kata Xu Mei tanpa ragu.

Mereka bergegas ke UGD, tapi begitu tiba di sana, Linlin langsung merasakan ada sesuatu yang tidak beres.

UGD tampak penuh dan kacau.

Dokter dan perawat sibuk menangani pasien yang datang secara bertubi-tubi.

Di tengah hiruk-pikuk itu, seorang dokter UGD, Dr. Lu, memberikan instruksi dengan suara tegas. "Pasang infus dan berikan penurun demam! Kita harus menurunkan suhu tubuh pasien ini!"

"Dokter, pasien ini mengalami kejang lagi!" seorang perawat berteriak. "Kita butuh obat kejang di sini!"

Dokter lain, Dr. Meng, tampak frustrasi. "Kami kekurangan tempat tidur! Perawat Chen Jie, tolong pastikan semua pasien yang datang dengan gejala yang sama dipindahkan ke ruang isolasi sementara!"

Di sisi lain ruangan, seorang wanita menangis sambil memegang tangan suaminya yang terbaring dengan wajah memerah dan tubuh gemetar. "Dokter, suami saya tiba-tiba demam tinggi sejak tadi malam, lalu mulai bicara tidak jelas! Apa yang terjadi dengannya?"

Perawat Rui berusaha menenangkan wanita itu. "Kami sedang menangani banyak pasien dengan gejala serupa, Bu. Tolong tetap tenang."

Linlin menyapu pandangan ke seluruh ruangan. "Apa yang sebenarnya sedang terjadi?"

Sebelum ia sempat mencari tahu lebih lanjut, Perawat Li berlari mendekat. "Dokter Linlin! Pasien dengan luka paha ada di sini!"

Linlin segera mendekati pasien yang terbaring dengan wajah pucat. Luka di pahanya dibalut kain, tapi darah masih merembes keluar.

Xu Mei menyingkap kainnya, dan Linlin langsung mengernyit. Luka ini sangat dalam, nyaris mencapai otot.

"Bagaimana ini terjadi?" Linlin bertanya sambil memeriksa luka.

"Dia bilang digigit seseorang," jawab Perawat Li ragu-ragu.

Linlin mengangkat alis. "Digigit? Oleh manusia?"

"Ya. Dia bekerja di gudang dekat desa yang baru saja diisolasi."

Linlin bertukar pandang dengan Xu Mei. "Desa yang diisolasi? Ini semakin aneh."

Sebelum Linlin sempat bertanya lebih lanjut, suara teriakan lain terdengar.

"Dokter! Pasien ini kejang lagi!"

Linlin menoleh dan melihat seorang pria muda yang awalnya hanya mengalami demam tinggi, kini mulai kejang hebat.

Dr. Meng segera mengambil tindakan. "Berikan obat penenang! Kita harus menghentikan kejangnya!"

Perawat Chen Jie bergegas menyuntikkan obat penenang. Beberapa detik kemudian, kejang pasien mulai mereda, tapi napasnya masih terengah-engah.

Linlin semakin merasa ada yang tidak beres. "Sejak kapan pasien-pasien ini mulai berdatangan?" tanyanya pada Dr. Wu, spesialis penyakit dalam yang baru saja masuk ke UGD.

Dr. Wu menghela napas panjang. "Sekitar subuh tadi. Awalnya hanya satu-dua orang, tapi semakin siang, jumlahnya meningkat drastis."

Linlin melirik pasiennya yang terluka. "Pria ini juga berasal dari dekat desa itu. Luka ini akibat gigitan manusia. Apa mungkin ada hubungan antara luka ini dengan demam tinggi yang diderita pasien lain?"

Dr. Wu mengangguk pelan. "Kami belum tahu pasti, tapi aku juga curiga ini bukan demam biasa. Semua pasien yang datang memiliki pola gejala yang sama: demam tinggi, kejang, dan beberapa mulai berbicara tidak jelas."

Xu Mei bergidik. "Apakah ini semacam infeksi yang menyebar dengan cepat?"

Dr. Lu menimpali, "Kami sudah mulai mengisolasi pasien-pasien dengan gejala yang sama untuk mencegah kemungkinan penularan. Kami juga menghubungi tim lain untuk menyelidiki sumbernya."

"Baiklah, lakukan tugasmu kembali." ucap dokter Linlin.

Linlin mengabaikan kekacauan di sekelilingnya dan fokus pada pasien dengan luka di paha. Luka itu dalam, dengan pinggiran yang tidak rata, seperti digigit dengan paksa. Darah masih terus merembes keluar.

"Kita harus segera membawanya ke ruang operasi," kata Linlin tegas. "Jika dibiarkan, ia bisa kehilangan terlalu banyak darah atau terkena infeksi."

Xu Mei segera mengangguk. "Baik, Dokter Linlin. Saya akan menyiapkan peralatan."

Linlin menoleh ke Perawat Li. "Hubungi ruang operasi dan siapkan semuanya dalam waktu lima menit. Kita tidak punya banyak waktu."

"Baik, Dokter!" Perawat Li segera berlari keluar.

Xu Mei dan tim medis segera membawa pasien menuju ruang operasi. Linlin berjalan cepat di belakang mereka, pikirannya masih dipenuhi pertanyaan. “Gigitan ini… bagaimana bisa seseorang menggigit dengan kekuatan sedalam ini?”

Setibanya di ruang operasi, Linlin langsung bersiap.

"Pastikan pasien sudah mendapatkan anestesi total," ucap Linlin kepada dokter Zhao.

Dr. Zhao mengangguk sambil menyiapkan obat. "Aku akan memastikan dia tertidur selama operasi."

Linlin lalu melirik Xu Mei. "Periksa ulang tekanan darahnya. Jika ada tanda-tanda syok, kita harus segera melakukan tindakan tambahan."

"Baik, Dokter."

Linlin baru saja mulai menjahit luka di paha pasien ketika sesuatu yang tidak masuk akal terjadi—pasien yang seharusnya masih dalam pengaruh anestesi tiba-tiba membuka matanya.

"T-Tunggu… pasien sadar?!" suara Xu Mei bergetar, matanya membelalak tak percaya.

Dr. Zhao, dokter anestesi, terkejut dan buru-buru mengecek monitor. "Itu tidak mungkin! Aku sudah memberikan dosis yang cukup untuk membuatnya tertidur selama dua jam penuh!"

Namun, sebelum ada yang sempat bertindak, pasien itu tiba-tiba meronta. Jarum jahit masih menancap di lukanya, tetapi ia seakan tidak merasakan sakit sama sekali. Kepalanya menoleh kaku, matanya kosong dan berwarna abu-abu kusam.

Linlin langsung mundur, nalurinya memberi tahu bahwa ada yang tidak beres. "Tahan dia!" serunya.

Xu Mei dan dua perawat lain mencoba menahan tubuh pasien, tetapi kekuatannya terasa tidak wajar. Dengan gerakan patah-patah yang kaku, ia meronta dan menggeram seperti binatang liar.

"Apa yang terjadi dengannya?!" Xu Mei menjerit panik.

Namun, sebelum ada yang bisa menjawab, pasien itu menoleh ke salah satu dokter bedah, Dr. Wang, dan dalam hitungan detik—GRAAKK! ia menerkam.

"ARGHHH!!"

Teriakan mengerikan menggema di ruangan operasi ketika pasien itu menggigit leher Dr. Wang dengan brutal. Darah menyembur ke mana-mana, membasahi jas dokter dan peralatan medis.

"SIAL! LEPASKAN DIA!!" Dr. Zhao berusaha menarik pasien itu, tetapi pasien hanya menoleh ke arahnya dengan gerakan lambat yang menyeramkan, mulutnya masih berlumuran darah.

Dr. Wang merosot ke lantai, tangannya mencengkeram lehernya yang berlumuran darah. Matanya melebar penuh ketakutan saat tubuhnya mulai kejang-kejang.

Sementara itu, pasien yang telah berubah itu mulai bangkit perlahan, gerakannya patah-patah, kepalanya sedikit miring seolah tulangnya tidak selaras.

Linlin merasakan jantungnya berdegup kencang. "K-Kita harus keluar dari sini! SEGERA!"

Namun, sebelum mereka sempat bergerak, pasien itu kembali menggeram dan mulai melangkah dengan tersentak-sentak ke arah mereka.

1
@haerani-d
begitulah hidup, setiap cobaan dan tantangan adalah warnanya tergantung bagaimana kita menghadapinya, dan setiap usaha tidak akan mengkhianati hasil, jadi tetap semangat dan terus mencoba jangan lupa berdoa.../Kiss/
@haerani-d
tenang aja pangeran, sang putri luar biasa mu akan menyelesaikan semua /Determined//Casual/
Srie Ncii Herdiansyah
kenapa jarang up??sibuk kah?
Ayu Septiani
manisnya Linlin dan Yi Heng..... ayo lanjut up lagi thor.... semangat
Laya Anita
Recomended parah !!!!
EsTehPanas SENJA
wakakaa akhirnya saling inget yah 🤣
Rifal Taura
kasi banyak kak
Tri Wahyuanta
terus semangat
Maima Elfaam
Kecewa
Maima Elfaam
Buruk
Gibran Ganteng
jgn pisahkan mereka thor
Efa Arfa
Aamiin... semoga dilancarkan...
panty sari
lanjut
Osie
wuuuaaaww puaaass bacanya..keren lilin.. gak sabar akunu ggu action lilin menghempas para pengkhianat kekaisaran
Osie
preeet keluarga sampah..blm tau aja kalian siapa itu linln..sekali hempas habis dah kalian semua
Tiara Bella
wow....romantisnya
Osie
iyyaacch ini si putri menteri sok jumawa ntar nyungsep ndiri baru nyahok
Mineaa
yang ke empat...kira kira cahaya nya berbentuk apa ya.... penisirin akuh....,
MIA,ER
dalam mimpi😏
Mineaa
ha...ha..ha....., dasar si Linlin...bisa bisa nya...bikin kehebohan seantero kekaisaran....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!