NovelToon NovelToon
Cinta Yang Terbalaskan Oleh Takdir

Cinta Yang Terbalaskan Oleh Takdir

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Percintaan Konglomerat / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Karir / Persahabatan / Romansa
Popularitas:377
Nilai: 5
Nama Author: Rumah pena

Ini adalah kisah antara Andrean Pratama putra dan Angel Luiana Crystalia.

kisah romance yang dipadukan dengan perwujudan impian Andrean yang selama ini ia inginkan,

bagaimana kelanjutan kisahnya apakah impian Andrean dan apakah akan ada benis benih cinta yang lahir dari keduanya?

Mari simak ceritanya, dan gas baca, jangan lupa like dan vote ya biar tambah semangat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumah pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 16: Perjalanan Tanpa Peta

Langit pagi itu kelabu, tapi hati Andrean justru adem. Setelah sekian lama, akhirnya dia, Kayla, Reyhan, dan Anelia bakal pergi bareng. Bukan buat pindah rumah, bukan buat ngejar mimpi, tapi cuma... jalan-jalan. Sesederhana itu.

Kereta ke Bandung berangkat jam tujuh. Mereka udah duduk di kursi kelas eksekutif, Reyhan sibuk ngelihatin jendela, sementara Anelia ngelus boneka kelincinya.

“Masih inget terakhir kita naik kereta bareng?” tanya Kayla, sambil nyender pelan ke bahu Andrean.

Andrean ketawa kecil. “Waktu kita kabur dari kota itu, kan?”

Kayla senyum, matanya sayu. “Iya. Lo waktu itu bawa ransel butut isinya buku semua. Nggak ada baju ganti.”

Andrean ketawa lagi, lebih keras sekarang. “Ya gimana, gue kira kita cuma bakal pergi bentar.”

Kayla ngelus jari-jari Andrean. “Tapi lo nggak pernah balik lagi.”

Andrean diem. Ada rasa ngganjel yang udah lama dia telan. “Karena gue nemu rumah gue di lo, Kay.”

Kayla natap Andrean lama, nggak bilang apa-apa, cuma senyum. Senyum yang hangat, kayak kopi pagi di musim hujan.

---

Di Tengah Perjalanan

Reyhan tiba-tiba berdiri dari kursi. “Papa! Mau beli lukisan!”

Andrean agak kaget. “Di mana?”

Reyhan lari ke arah gerbong belakang. Anelia reflek ngejar, padahal kereta lagi jalan cepat.

“Rey! Anel!” Kayla panik, buru-buru berdiri.

Andrean langsung ngejar mereka. Di ujung gerbong, dia nemuin Reyhan berdiri diem di depan seorang pelukis jalanan. Di atas meja kecil, ada lukisan cat air. Gambar laut tenang, dengan satu perahu kecil di tengahnya. Di kejauhan, ada rumah kayu di tepi pantai.

“Kayak rumah kita, Pa,” kata Reyhan pelan. Matanya berbinar.

Andrean diem. Dia rasain sesuatu di dadanya, kayak gelombang kecil yang tenang, tapi dalem. Dia beli lukisan itu buat Reyhan, dan mereka bertiga balik ke kursi.

Kayla peluk Anelia yang sempet nangis kecil karena takut ketinggalan. “Udah nggak apa-apa,” bisiknya, sambil meluk lebih erat.

---

Di Bandung

Malamnya, mereka nginep di hotel kecil di Dago. Balkon kamar ngadep langsung ke hutan pinus, suara jangkrik jadi lagu latar alami.

Andrean duduk di kursi rotan, ngeteh sambil liat langit. Kayla keluar bawa selimut, nutupin bahu suaminya.

“Gue dulu cemburu sama Angel,” kata Kayla tiba-tiba, suara pelan banget.

Andrean nengok. “Kenapa?”

“Karena lo selalu inget dia. Bahkan waktu lo sama gue, dia masih ada di tulisan lo.”

Andrean narik napas panjang. “Waktu itu, gue nggak tau gimana caranya ngelepasin masa lalu.”

“Sekarang?” tanya Kayla.

Andrean narik tangan Kayla, narik dia duduk di pangkuannya. “Sekarang, gue nggak nyari peta lagi. Gue udah nemu arah gue.”

Kayla diem. Matanya berkaca-kaca. “Gue nggak pernah butuh lo sempurna, Dre. Gue cuma pengen lo ada.”

Andrean cium kening Kayla. Lama. Hangat. Dalam.

---

Esok Hari

Di acara bedah buku, Andrean cerita di depan ratusan orang. Tentang gimana “Di Antara Gelombang” bukan cuma novel, tapi perjalanan hidupnya. Tentang orang-orang yang bikin dia terus berenang, walau kadang nyaris tenggelam.

Di akhir sesi, ada yang nanya, “Siapa tokoh favorit lo di semua novel lo, Mas?”

Andrean diem sebentar. Lalu jawab pelan, “Kayla.”

Penonton tepuk tangan. Tapi yang bikin hati Andrean penuh adalah liat Kayla di barisan kursi depan, senyum sambil megang tangan Reyhan dan Anelia.

---

Malam itu mereka pulang ke rumah. Rumah kecil yang dulu mereka bangun bareng. Rumah yang penuh buku, tawa anak-anak, dan kenangan yang nggak selalu manis... tapi nyata.

Andrean duduk di depan laptop, buka halaman baru.

Judulnya: Rumah Tanpa Tepi.

Tapi dia belum nulis apa-apa. Dia cuma natap layar kosong itu, sambil mikir, mungkin... hidup nggak butuh selalu ditulis. Kadang, cukup dijalanin.

---

BERSAMBUNG...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!