Jennixia terpaksa menikahi Chester, mafia yang terkenal kejam di Negara X itu. Dia tidak diberikan pilihan lain oleh Chester.
Setelah menikahi Chester, sifat Chester sangat bertolak belakang dengan julukan yang diberikan kepadanya. Jennixia sempat merasa bingung. Chester melakukan apapun untuk meraih cinta Jennixia.
Bagaimana Chester bisa mengenal keluarga Jennixia ?
Apakah Jennixia bisa mencintai Chester setulusnya?
Masih banyak pertanyaan yang masih misteri mari kupas tuntas dengan mengikuti alurnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gabby_Rsyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 Untitle
Di sebuah tempat yang berada di tengah-tengah perkotaan.
Pranggg...
Bughh...
Bunyi pecah dan barang berjatuhan datang dari kamar seorang pemuda yang di kenali sebagai Arviy.
Arviy yang merupakan salah satu musuh Chester, setelah Chester berhasil menguasai wilayah yang mereka incar, dan tender yang di keluarkan oleh Pt.Geho di menangkan oleh Chester.
Rasa iri dan benci akan Chester mulai mengembang di dalam diri Arviy. Berbagai macam cara dia lakukan untuk menjatuhkan Chester tetapi Chester mempunyai banyak ide untuk menghadapinya.
Prangg!
Asbak rokok hampir mengenai asistennya karena rasa marahnya. Mafia yang ia sewa untuk menghancurkan Chester kini telah hancur.
Apalagi mafia itu memerasnya untuk mengeluarkan sejumlah uang yang besar untuk perbaikan markas mereka dan membayar beberapa anak buah mereka yang telah gugur sewaktu berhadapan dengan Chester.
"Chester bajingan!" Teriaknya, karena merasa rugi.
Keadaan kantornya kini nampak berantakkan karena amukan Arviy. Wajahnya yang tampan kini terlihat merah padam dengan mata yang menyala-nyala.
"Del, perbanyakkan mata-mata di sekeliling bajingan sialan itu, cari kelemahannya." Ucapnya dengan nada dingin kepada asistennya Del.
"Baik Tuan." Del keluar dari kantor Arviy dan melaksanakan perintah Tuannya itu.
Arviy mengepal kedua tangannya lalu menatap tajam ke arah luar lewat jendela kantornya.
"Aku akan buat kau jatuh Chester." Gumamnya sambil tersenyum smirk.
...
Setelah jamuan selesai, Jennixia kembali ke kamarnya lalu merebahkan dirinya. Badan dan wajahnya terasa pegal karena lelah seharian harus duduk lalu tersenyum terus.
Baru saja hendak melelapkan matanya yang terasa sudah berat, tiba-tiba dia di buat kaget dengan kehadiran Chester yang berbaring di sebelahnya.
"Akhh."
"Maaf membuatmu kaget, aku cuma mau istirehat di sini." Ucap Chester sambil menatap wajah kaget Jennixia.
"Ih, kan Om punya kamar sendiri dan ini kamar Jenni, Om tidak boleh sembarang masuk." Ketus Jennixia dengan sambil menarik-narik selimutnya.
"Ehm." Chester tidak mengindahkan ucapan Jennixia, dia malah bangun lalu mendekat ke arah Jennixia.
Jennixia yang mundur dan mundur terus hingga hampir jatuh, mujur saja lengan kekar Chester telah melingkar di pinggangnya untuk menahannya agar tidak jatuh.
Jarak mereka sangat dekat bahkan bunyi degupan jantung bisa di dengarkan.
"Om...ma-u apa?" tanya Jennixia yang terlihat gementar karena tatapan Chester yang sulit dia artikan.
"Kan aku sudah bilang, jangan panggil aku Om. Aku sudah menjadi suamimu Jennixia." Ucap Chester lirih. "Bukankah tadi katamu kau akan memanggilku dengan SAYANG?" lanjut Chester lagi.
Jennixia mulai gelegapan, entah keberanian dari mana tadi dia bisa berkata begitu dan sekarang Chester sudah mulai menagihnya. Jennixia jadi tidak berani mau menatap Chester
"Oh ya, jangan panggil dirimu dengan Jenni sebutlah dengan kata AKU." Chester mulai mengajar Jennixia bagaimana cara untuk berinteraksi.
Jennixia hanya mengangguk saja. Chester mengusap puncak kepalanya lalu mendaratkan sebuah ci**an di bibir mungil Jennixia.
"Itu hukuman jika kau terus memanggilku om." Ucap Chester yang mulai menggoda Jennixia.
Jennixia hanya mematung dan menatap ke arah Chester. Wajahnya sudah berubah seperti kepiting rebus, membuat Chester tertawa kecil.
"Majulah ke sini dan istirehatlah." Ucap Chester lagi.
Chester memberi ruang agar Jennixia bisa maju ketengah sedikit karena memang posisinya saat ini berada di pinggir ranjang.
Jennixia menggerakkan badannya dan mengubah posisinya. Dia tampak menjadi anak yang penurut.
"Sekarang berbaringlah." Lanjut Chester lagi dengan wajah yang sumringgah.
Lagi-lagi Jennixia menurutinya. Setelah berbaring membelakangi Chester. Tidak ada lagi arahan dari Chester tetapi Chester tiba-tiba memeluknya dari belakang. Ingin protes tapi Chester mengeratkan pelukkannya.
"Biarkan begini dulu, ehm." Ucap Chester sambil menghirup aroma tengkuk Jennixia yang mengeluarkan bau yang manis.
"Jen, besok aku akan berangkat ke Itali lagi." Ucap Chester dengan lembut dan lirih.
"Eh, tapikan O...Sa-ya-ng sudah janji mau menjengguk ibu." Jawab Jennixia agak gugup.
Chester yang mendengar Jennixia yang memanggilnya sayang langsung saja menarik perlahan tubuh Jennixia agar bisa berhadapan dengannya.
Saat ini netra mata mereka bertemu, ada rasa sedih di dalam mata Jennixia, membuat Chester kembali hanyut. Kali ini Chester menempelkan bibirnyba di bibir Jennixia dengan sedikit lu**tan yang lembut.
Jennixia kembali mematung, dia tidak tahu harus melakukan apa, hendak menolak tapi Chester sudah menjadi suami sahnya, dia mengeluh di dalam hati.
Makin lama ciu**n itu makin dalam dan Jennixia mulai mengikut gerakan bibir Chester.
Chester yang sadar akan hal itu, tersenyum di balik ci**an mereka, dia berhenti 10 detik untuk membiarkan Jennixia menghirup oksigen lalu melanjutkannya lagi.
Sedang asyik hanyut dalam rasa manisnya bertukar rasa, tiba-tiba Chester junior mulai mengembang meminta dipu**kan.
Chester langsung melepaskan ciumannya lalu menjauh sedikit dari Jennixia.
"Huft maaf, ehm besok pagi kita jengguk Ibumu dan setelah itu aku akan ke bandara." Ucap Chester lalu mengusap puncak kepalanya. "Sekarang tidurlah, aku akan kembali ke ruang kerjaku karna ada kerja yang harus aku selesaikan." Lanjutnya lagi.
Jennixia menganggukkan kepalanya dan tidak banyak bertanya karena rasa malu tiba-tiba mendatanginya lagi.
Chester menutup tubuh Jennixia dengan selimutnya lalu mengucup dahinya. Chester meninggalkan Jennixia dia kamar setelah mengucapkan selamat malam.
Setelah mendengar bunyi pintu di tutup Jennixia kembali duduk. Dia mulai mengacak-acak rambutnya karena rasa malu dengan dirinya sendiri.
"Bagaimana aku bisa membalas ci**annya tadi ihh buat malu-maluin aja." Gerutunya. "Tapi rasanya manis." Lanjutnya lagi sambil memegang bibirnya.
Senyum Jennixia mengembang, begini rasanya berci**an padahal selama ini dia hanya menonton drakor aja dengan adegan ci**an tapi kali ini dia telah merasakannya sediri.
Ada rasa bahagia, rasa malu, rasa kesal ahh berbagai rasa telah masuk ke dalam diri Jennixia saat ini. Dia berusaha untuk melupakan saja kejadian itu tapi malah wajah Chester terus saja bermain-main dalam pikirannya.
Jennixia bangun dari ranjangnya dan mengambil sebuah buku novel untuk di bacanya, kebiasaannya setelah berapa menit membaca kantuknya akan mulai datang dan Jennixia akan langsung tertidur.
Beginilah keadaan Jennixia sekarang, dia telah tertidur setelah membaca lebih kurang dari 5 menit, dia telah hanyut ke dalam mimpi indahnya.
...
Di sebuah perusahaan, di mana Arviy sedang berada.
Arviy sedang bersantai karena pekerjaan yang tadinya bertumpuk membuatnya lelah. Del meminta izin masuk dengan wajah yang terlihat sumringgah.
"Tuan Arviy, ada berita yang bagus saya dapati." Ucap Del kepada Arviy yang sedang duduk di kursi kebesarannya sambil merokok.
"Apa?" Jawabnya tegas.
"..." Terang Del.
Bibir Arviy mengukir senyuman smirk setelah mendengar berita yang di sampaikan oleh asisten. Dia ingin mengambil kesempatan ini untuk menjatuhkan orang yang sangat dia benci.
"Chester waktumu telah sampai." Gumamnya dalam hati.
Bersambung...