Dunia tiba-tiba berubah menjadi seperti permainan RPG.
Portal menuju dunia lain terbuka, mengeluarkan monster-monster mengerikan.
Sebagian manusia mendapatkan kekuatan luar biasa, disebut sebagai Player, dengan skill, level, dan item magis.
Namun, seiring berjalannya waktu, Player mulai bertindak sewenang-wenang, memperbudak, membantai, bahkan memperlakukan manusia biasa seperti mainan.
Di tengah kekacauan ini, Rai, seorang pemuda biasa, melihat keluarganya dibantai dan kakak perempuannya diperlakukan dengan keji oleh para Player.
Dipenuhi amarah dan dendam, ia bersumpah untuk memusnahkan semua Player di dunia dan mengembalikan dunia ke keadaan semula.
Meski tak memiliki kekuatan seperti Player, Rai menggunakan akal, strategi, dan teknologi untuk melawan mereka. Ini adalah perang antara manusia biasa yang haus balas dendam dan para Player yang menganggap diri mereka dewa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Theoarrant, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Blazing Rose
Pertempuran antara Guild Mad Dog dan Rodick telah berakhir, tanpa meninggalkan mayat sama sekali dan hanya jejak berdarah itulah kabar yang mengguncang Kota Dahlan.
Dalam beberapa hari terakhir, kejadian itu menjadi topik panas di kalangan para Player.
Dua Guild yang selama ini bermusuhan, tiba-tiba berdamai hanya untuk berakhir dengan saling membantai.
Hal ini menarik perhatian Guild terkuat di Indonesia, Black Lotus.
Sang Azrael, pemimpin Black Lotus, tidak bisa mengabaikan kekacauan ini.
Dengan sedikit ketertarikan, ia memberi perintah kepada salah satu Guild cabang untuk menyelidikinya.
Guild yang terpilih adalah Blazing Rose, Guild kelas menengah dengan reputasi brutal yang dipimpin seorang wanita Rank C bernama Selena Ignis, yang dikenal dengan julukan Scarlet Executioner.
"Selidiki apa yang terjadi, temukan dalangnya, jika ada yang mencurigakan, bakar mereka hidup-hidup."
Itu adalah perintah sang Azrael, pemimpin Black Lotus
Perintah itu adalah sesuatu yang Selena sambut dengan senyuman penuh kegembiraan.
Selena dan kelompok elitnya tiba di Kota Dahlan dengan penuh wibawa.
Mereka berpakaian serba merah dan hitam, dengan lambang mawar berapi yang tergambar di jubah mereka.
Saat mereka berjalan di jalanan sempit Kota Dahlan, kehadiran mereka langsung menimbulkan ketakutan.
Tidak ada yang berani menatap langsung ke arah mereka, dan beberapa Player independen segera menghilang, seakan menghindari badai yang akan datang.
Selena berdiri di gudang yang diduga lokasi pertempuran yang dipenuhi puing-puing akibat pertarungan antara Mad Dog dan Rodick.
Matanya yang tajam menyapu lokasi itu, dan dia menyeringai.
"Tidak ada mayat sama sekali... Ini bukan pertempuran biasa."
Dia menoleh ke anak buahnya dan memberi perintah dengan nada dingin.
"Tangkap beberapa saksi mata, aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi di sini."
Tiga orang Player independen yang kebetulan berada di lokasi saat pertempuran terjadi segera ditangkap dan diseret ke hadapan Selena.
Mereka gemetar ketakutan, tahu bahwa Blazing Rose bukanlah Guild yang bisa diajak bernegosiasi.
"Katakan padaku... siapa dalang di balik kekacauan ini?"
Ketiga Player itu saling berpandangan, ketakutan menyelimuti mereka. Mereka benar-benar tidak tahu siapa yang menyebabkan pertumpahan darah ini.
"Kami... kami tidak tahu!" salah satu dari mereka berteriak panik.
Selena menghela napas dan tersenyum lembut.
"Sayang sekali... Aku benar-benar membenci orang-orang yang tidak bisa memberikan jawaban."
Dia menjentikkan jarinya, dan dalam sekejap, api muncul di tangannya. Tanpa ragu, dia melemparkan nyala api itu ke tubuh salah satu saksi mata.
"AAAAARRRGGHHH!!!"
Jeritan kesakitan menggema di seluruh kota saat tubuh korban terbakar hidup-hidup.
Selena menatap pemandangan itu dengan penuh kekaguman, seolah-olah sedang menikmati karya seni yang luar biasa.
"Bara api yang membakar manusia... benar-benar keindahan seperti mawar yang mekar."
Dua saksi lainnya langsung berlutut, menangis dan memohon belas kasihan.
Namun, mereka tetap tidak bisa memberikan informasi yang diinginkan Selena.
Dengan penuh kepuasan, Selena membakar mereka juga, membiarkan mayat-mayat hangus itu menjadi peringatan bagi semua orang yang berani menyembunyikan kebenaran darinya.
"Kita akan tinggal di sini selama beberapa hari," kata Selena kepada anak buahnya.
"Cari tahu siapa yang mendapatkan keuntungan dari pertumpahan darah ini."
****************************
Di tempat lain, di sebuah markas tersembunyi, Rai dan Profesor Lamberto sedang berdiskusi serius.
Ruben baru saja kembali dari kota dengan ekspresi wajah yang penuh kekhawatiran.
"Kita dalam masalah besar," katanya.
"Blazing Rose ada di Kota Dahlan."
Rai yang awalnya terlihat santai tiba-tiba menegang.
"Siapa yang mengirim mereka?"
"Azrael sendiri."
Suasana ruangan langsung menjadi tegang.
Rai menghela napas dalam, dia tahu cepat atau lambat sesuatu seperti ini akan terjadi.
Guild kuat tidak akan tinggal diam saat terjadi insiden besar di wilayahnya.
"Kita harus mundur," kata Rai akhirnya.
"Kalau mereka mulai menyelidiki dan menemukan jejak kita, kita akan mati."
Namun, sebelum Rai sempat merapikan barang-barangnya, Profesor Lamberto justru menahannya.
"Tidak, kita tidak bisa pergi sekarang."
"Apa maksudmu, Profesor? Kita tidak bisa berhadapan dengan mereka!" Sergah Rai
Lamberto menatap Rai dengan mata penuh tekad.
"Aku hampir menyelesaikan proyek Cerberus, dan wanita itu juga pengguna api."
Rai terdiam.
Cerberus, proyek rahasia yang selama ini dikerjakan oleh Profesor.
Sebuah sarung tangan khusus yang dapat menampung mana, memberikan efek spesifik tergantung pada energi yang dimasukkan ke dalamnya.
"Kau ingin aku tetap di sini hanya untuk sebuah senjata?" Protes Rai
"Bukan hanya senjata," kata Lamberto serius.
"Ini adalah kunci bagi kita untuk menghadapi Player yang lebih kuat, kau bilang kau ingin balas dendam, bukan? Maka kau butuh ini."
Rai mengepalkan tangannya.
Dia tahu Profesor ada benarnya.
Saat ini, meskipun telah mendapatkan Mana Implant, kekuatannya masih tidak sebanding dengan Player Rank C atau B, apalagi Rank A dan S.
Dia membutuhkan sesuatu yang bisa membantunya menghadapi mereka.
Dan Cerberus bisa menjadi jawabannya.
Rai akhirnya mengangguk.
"Baiklah, tapi kita harus bergerak dengan sangat hati-hati."
Profesor tersenyum puas.
"Percayakan padaku, aku akan menyelesaikan Cerberus jika kau berhasil membawanya."
Ruben menghela napas, merasa tidak yakin dengan keputusan ini.
Namun, satu hal yang pasti:
Mereka sekarang berada di bawah bayang-bayang Blazing Rose, dan satu kesalahan saja bisa berakibat kematian.
***********************************
Di dalam markas tersembunyi, Rai, Profesor Lamberto, dan Ruben berkumpul di meja kecil yang dipenuhi peta dan catatan.
Mereka harus merancang strategi untuk menghadapi Blazing Rose sebelum Guild itu menemukan mereka lebih dulu.
Ruben, yang bertugas sebagai mata-mata sekaligus pembawa mayat, meletakkan beberapa dokumen di atas meja.
"Baiklah, aku akan jelaskan kekuatan Blazing Rose."
Rai dan Profesor memperhatikannya dengan serius.
"Yang pertama adalah Selena Ignis, pemimpin mereka, wanita gila ini tidak segan membakar seluruh kota demi mencapai tujuannya, kekuatannya sebagai Mage Api Rank C tidak bisa diremehkan, dalam sejarahnya, dia pernah menghabisi satu Guild sendirian hanya karena mereka menolak bekerja sama dengannya."
Rai mengepalkan tangannya.
"Aku belum pernah menghadapi Mage Api secara langsung... Ini bisa jadi latihan sebelum aku melawan Malik, salah satu pembunuh keluargaku."
Ruben mengangguk dan melanjutkan.
"Selain Selena, dia punya tiga pengawal Knight Rank D, mereka bertugas melindunginya dalam pertempuran jarak dekat, ketiganya dikenal sebagai ‘Inferno Trio’ dan memiliki perlindungan anti-magic yang cukup kuat, lalu, sisanya ada sekitar 20 anggota Rank E, sebagian besar hanyalah pengikut biasa."
Rai menghela napas panjang.
"Masalahnya bukan pada Selena, tapi pada Inferno Trio, aku harus menemukan cara untuk memisahkan mereka atau membunuh mereka lebih dulu."
Profesor menyilangkan tangan dan berpikir.
"Kalau begitu, kita butuh perangkap, kita akan membuat mereka berpisah satu per satu sebelum menghadapi Selene."
Mereka bertiga saling bertukar pandang.
Pertarungan melawan Blazing Rose sudah tidak bisa dihindari, mereka hanya perlu memastikan kemenangan berada di tangan mereka.