Sahira Anastasia, seorang gadis berusia 22 tahun yang baru lulus kuliah harus bersusah payah mencari pekerjaan demi menuruti kemauan ibu tirinya yang terbilang kejam.
Setelah sempat bekerja di sebuah toko roti, Sahira akhirnya memutuskan keluar dan menaruh banyak berkas lamaran ke perusahaan-perusahaan di kotanya demi mendapat pekerjaan lebih layak.
Akhirnya ia diterima di sebuah perusahaan, tapi naas akibat phobia yang ia alami saat menaiki lift, ia harus ditolak oleh Alan Dwinanda sang CEO perusahaan tersebut.
Beruntung Sahira bertemu Saka Alfian, sang kakak dari Alan yang mau membantu untuk bekerja disana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon patrickgansuwu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9. Masih ada baiknya
Keira pun mendekati keduanya untuk coba mencari tahu apa yang terjadi dan melerai mereka.
"Eee maaf, permisi Bu! Ini ada apa ya? Kenapa ibu marah-marah ke pak Agus?" tanya Keira.
"Kamu gausah ikut campur deh, saya tuh marah juga karena satpam gak bener ini!" sentak Fatimeh.
"Maksud ibu apa ya? Emang pak Agus ngelakuin kesalahan apa?" tanya Keira terheran-heran.
"Gak perlu ditanggapi mbak Keira, ibu ini kayaknya kurang waras deh. Udah tenang aja biar nanti saya yang usir dia dari sini!" ucap Agus.
Fatimeh langsung melotot dibuatnya, "Heh! Maksud kamu bilang begitu apa? Kamu ngatain saya gila gitu?" kesalnya.
Agus menunduk sembari menggaruk kepalanya, sedangkan Keira menggeleng mencoba menahan tawanya.
"Sabar dulu ya Bu, ibu kesini mau apa? Ada yang bisa saya bantu? Kebetulan saya resepsionis disini, jadi kalau ibu perlu apa-apa bisa lewat saya," ucap Keira mencoba ramah.
"Nah, yang begini baru bener nih. Gak kayak kamu satpam galak!" ujar Fatimeh.
"Kok jadi saya sih Bu? Saya kan cuma menjalankan perintah, saya bekerja sesuai aturan perusahaan Bu. Ibu gak bisa begitu dong," ucap Agus.
"Udah udah, biar ibu ini jadi urusan saya ya pak?" ucap Keira.
"Baik mbak," ucap Agus menurut.
"Bu, kita ke dalam aja yuk dan bicara sambil duduk!" ajak Keira.
"Nah cakep itu, yuk yuk!" ucap Fatimeh antusias.
Namun, langkah mereka terhenti saat sebuah klakson mobil terdengar dan mengagetkan keduanya.
Tin tin..
"Hah mobil siapa sih itu? Ngagetin aja ya!" ucap Fatimeh spontan.
"Sssttt Bu, itu mobilnya pak bos. Ibu gak boleh kasar ya sama dia!" tegur Agus mengingatkan.
Fatimeh manggut-manggut saja, ia terus menatap mobil tersebut sampai seorang lelaki keluar dari dalam sana dan berjalan ke arahnya. Siapa lagi laki-laki yang dimaksud jika bukan Saka, sang kakak dari Alan selaku bos Sahira.
"Ohh, jadi ini bosnya si Sahira? Wah keren banget nih gayanya, ganteng lagi. Kalo gue gebet pasti gue bisa jadi orang terkaya di kota nih," batin Fatimeh.
Saka menghentikan langkahnya begitu sampai di dekat Fatimeh dan yang lain, ia menatap Agus seolah bertanya apa yang terjadi.
"Ada apa ini pak Agus?" tanyanya bingung.
"Eee gak ada kok pak, semua aman terkendali. Ini cuma ada ibunya salah satu karyawan kita aja yang datang dan maksa ketemu sama anaknya, padahal udah saya larang kok pak," jawab Agus.
Sontak Saka beralih menatap wajah Fatimeh, sedangkan Fatimeh sendiri justru tersenyum genit sembari mengedipkan matanya.
"Anda ibu salah satu karyawan yang bekerja disini?" tanya Saka pada Fatimeh.
"Eee iya benar pak, saya Imeh ibunya Sahira. Dia baru kerja disini hari ini, makanya saya datang kesini buat mastiin gitu," jawab Fatimeh.
"Ohh, jadi anda ibunya Fatimeh?" ujar Saka.
"Iya pak, bapak pasti kenal kan sama anak saya itu?" ucap Fatimeh bangga.
"Kenal dong, kan dia jadi sekretaris disini. Omong-omong kita belum kenalan nih Bu, nama saya Saka!" ucap Saka sambil mengulurkan tangan ke arah Fatimeh.
"Ah iya, saya Imeh. Saya senang banget Sahira punya bos baik seperti kamu," ucap Fatimeh.
"Iya Bu, saya juga senang punya karyawan seperti Sahira," ucap Saka.
"Oh gitu ya? Pasti karena Sahira itu kerjanya bener kan? Iyalah, dia itu kan lulusan S1 dan dapat nilai terbaik dari yang lainnya," ucap Fatimeh.
Saka hanya tersenyum sembari menundukkan kepalanya, lalu ia pun mengajak Fatimeh masuk ke dalam kantor untuk lanjut berbincang. Sedangkan Awan yang sedari tadi memantau, masih tetap berdiri di tempatnya dan terlihat kebingungan.
•
•
Disisi lain, Alan serta Sahira baru menyelesaikan meeting mereka. Kini keduanya melangkah keluar dari cafe tersebut dan berniat pergi menuju cafe lainnya untuk melanjutkan meeting yang lainnya. Sahira sungguh bingung, buat apa mereka harus susah-susah pindah cafe jika bisa melakukan meeting di tempat yang sama.
"Pak, kenapa kita harus pindah tempat segala sih? Kan bisa kita meeting nya disini aja, jadi irit waktu sama tenaga juga kan," heran Sahira.
"Kamu kalau gak tahu apa-apa mending diam deh, jangan bikin saya kesal!" sentak Alan.
"Ih apa sih? Saya kan cuma nanya, lagian gimana saya bisa tahu kalau bapak gak mau jawab?" ucap Sahira tampak kesal.
Tiba-tiba Alan menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang menatap Sahira, sontak gadis itu terkejut lalu ikut berhenti. Alan mendekat, membuat jantung Sahira berdetak tak karuan dan perasaannya saat ini sungguh tidak dapat diutarakan.
"Saya itu pindah tempat atas kemauan klien, bukan saya yang menentukan tempat tapi klien. Kalau saya sih maunya satu tempat, tapi gimana kan udah kemauan klien," ucap Alan.
"Ohh, saya kira gak ada yang bisa atur-atur bapak. Eh ternyata bapak masih tunduk juga sama klien ya?" sarkas Sahira.
"Maksud kamu apa?" geram Alan.
"Eee gak ada pak, saya cuma menyampaikan fakta. Udah yuk kita berangkat nanti keburu kliennya nunggu terus marah lagi!" ujar Sahira.
"Nih, kamu makan dulu buat isi perut!" tiba-tiba Alan menyerahkan sebuah roti pada Sahira.
"Hah? Kok bapak kasih saya roti?" heran Sahira.
"Ya iya, itu buat isi perut kamu. Tadi kan kamu belum sempat makan, saya gak mau kamu pingsan nanti sewaktu meeting. Bisa-bisa saya repot harus gendong kamu," ucap Alan.
"Dih, lagian siapa juga yang mau digendong sama bapak? Saya juga ogah kali!" cibir Sahira.
"Yaudah, makanya kamu makan dulu itu! Eh tapi makannya di mobil aja sambil jalan, buat irit waktu sama tenaga," ucap Alan.
"Iya pak, makasih ya. Saya gak nyangka ternyata masih ada sisi baik dari sosok pak Alan yang galak," ucap Sahira.
"Apa kamu bilang? Memangnya saya galak apa? Saya itu gak galak, saya cuma tegas," ujar Alan.
"Iya deh si paling tegas, tapi sekali lagi makasih ya pak udah peduli sama saya. Pake dikasih roti segala kayak gini," ucap Sahira.
"Sama-sama," singkat Alan.
Pria itu kembali berbalik dan masuk ke mobilnya, Sahira masih terdiam sejenak sebelum mengikuti Alan masuk ke dalam mobil. Mereka duduk di kursi depan, Sahira tampak asyik memakan roti pemberian Alan dengan sangat lahap sebab ia sudah menahan lapar sedari tadi.
"Nanti setelah meeting, kamu boleh makan besar. Anggap aja roti itu sebagai penunda lapar aja," ucap Alan sambil menyetir.
"Iya pak, asalkan ditraktir sama bapak sih saya mah ayo aja. Soalnya saya belum punya uang pak, kan saya baru kerja hari ini. Kecuali kalau saya sudah gajian nanti," ucap Sahira.
"Kege'eran banget sih kamu, siapa yang mau traktir kamu? Jangan berharap deh ya!" ujar Alan.
Sahira langsung memasang wajah cemberut, pria di sebelahnya memang ahli dalam membuat orang jengkel dan kesal padanya.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...