NovelToon NovelToon
Menikah Dengan Calon Kakak Ipar

Menikah Dengan Calon Kakak Ipar

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Cinta setelah menikah / Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: roseraphine

Pada hari pernikahannya, Naiya dengan kesadaran penuh membantu calon suaminya untuk kabur agar pria itu bisa bertemu dengan kekasihnya. Selain karena suatu alasan, wanita dua puluh lima tahun itu juga sadar bahwa pria yang dicintainya itu tidak ditakdirkan untuknya.

Naiya mengira bahwa semuanya akan berjalan sesuai rencananya. Namun siapa sangka bahwa keputusannya untuk membantu calon suaminya kabur malam itu malah membuatnya harus menikah dengan calon kakak iparnya sendiri.

Tanpa Naiya ketahui, calon kakak iparnya ternyata memiliki alasan kuat sehingga bersedia menggantikan adiknya sebagai mempelai pria. Dan dari sinilah kisah cinta dan kehidupan pernikahan yang tak pernah Naiya bayangkan sebelumnya akan terjadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon roseraphine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Minta Maaf

Naiya menatap hamparan bintang yang menghiasi langit pada malam hari ini. Terkadang ia memejamkan mata sejenak untuk menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya. Perasaan wanita itu sedari tadi gelisah karena memikirkan Shaka.

Sejak kejadian di kantor tadi, pria itu tak kunjung kembali ke ruangannya. Bahkan saat ini ketika jam telah menunjukkan pukul sebelas malam, pria itu juga belum pulang. Tak biasanya.

Hampir setengah hari tadi ia mempelajari banyak hal bersama Regan. Naiya bersyukur karena papa mertua serta sahabat suaminya itu begitu baik kepadanya. Ia mengira jika mereka akan memandangnya sebagai orang jahat seperti Shaka.

Karena rasanya tidak mungkin jika mereka tak tahu apa yang terjadi. Pasti sedikit banyak Shaka telah menceritakan perlakuannya yang telah menjebak Azka dan pura-pura hamil anak pria itu.

Suasana balkon kamar Shaka yang semakin dingin itu tak membuat Naiya beranjak sedikitpun dari sana. Ia khawatir terjadi sesuatu kepada suaminya. Naiya merasa bersalah karena hari ini membuat pria itu marah dan emosi.

Namun disisi lain wanita itu juga bingung, jika ia tidak jadi bekerja lalu bagaimana dengan ancaman papanya. Naiya tidak mau terjadi sesuatu kepada Nada.

Berpuluh-puluh menit Naiya habiskan dengan berdiri di balkon kamar tersebut dengan menatap gerbang besar yang akan terbuka ketika seseorang yang ditunggunya sejak tadi itu pulang. Sungguh, ia tak akan bisa tenang jika tak memastikan sendiri bahwa Shaka baik-baik saja.

Perasaan khawatir, bersalah, bingung bercampur aduk menjadi satu. Ia sadar akan selalu dihadapkan dengan pilihan seperti ini jika dirinya masih dibawah tekanan papanya.

Tin tin

"Kak Shaka...," lirih Naiya ketika sebuah mobil mewah yang sangat ia kenali masuk ke dalam pekarangan rumah. Lamunannya buyar seketika. Dengan gerakan cepat, ia berjalan menuju ke pintu utama untuk menghampiri Shaka.

Langkah demi langkah ia raup dengan waktu yang singkat. Hingga tangan lentik itu telah berhasil meraih gagang pintu kaca besar bersiap untuk membukanya. Namun, belum sempat Naiya menariknya, pintu itu telah didorong dari luar hingga menampakkan seorang pria yang sejak tadi ia tunggu kedatangannya.

"Kak! Akhirnya kamu pulang," sambut Naiya dengan senyuman yang tercetak di wajah cantiknya.

"Minggir!" usir Shaka dengan menyingkirkan tubuh Naiya dengan tangannya karena wanita itu menghalangi jalan masuk.

Naiya yang sempat oleng tersebut dengan sigap menyeimbangkan lagi tubuhnya kemudian mengejar langkah Shaka yang telah berjalan menjauh.

"Kak tunggu!" panggil Naiya namun tak dihiraukan Shaka sama sekali.

"Apalagi?! Lepas!" sentak Shaka karena ujung jasnya berhasil ditarik oleh wanita yang telah resmi menjadi istrinya itu. Langkah kakinya yang semula ingin menaiki tangga harus tertunda.

"Kak, aku mau minta maaf soal tadi. Kalau kamu gak nyaman aku jadi sekretaris kamu, aku gak akan maksa kerja di sana," ucap Naiya dengan mata yang menatap wajah Shaka. Mata yang selalu menatapnya dengan tatapan benci.

Shaka hanya diam tak memberikan respon apapun. Pria itu kemudian menaiki tangga dengan cepat meninggalkan Naiya.

"Kak!" panggil Naiya lagi.

Sungguh Shaka benci mendengarnya. Mendengar suaranya saja membuat Shaka jengah. Berisik sekali. Lagipula kenapa wanita itu belum tidur juga. Pria itu mempercepat langkahnya menuju kamar.

"Kak tunggu, aku mau bicara sebe-"

"Bisa diam tidak?! Saya benci suara kamu!" bentak Shaka. Pria itu sepertinya sudah kehilangan kesabaran. Wajahnya memerah menahan emosi yang bergejolak. Apalagi kondisi tubuhnya yang kini sedang lelah.

Naiya terkejut mendengar bentakan Shaka yang terdengar memekakkan telinganya. Namun dengan cepat wanita itu berusaha menguasai diri lagi. Badannya refleks mundur kebelakang ketika Shaka berjalan mendekat kepadanya.

"Hidup saya jadi tambah suram sejak ada kamu!" seru Shaka frustasi dihadapan wajah Naiya dengan menyamakan tingginya dengan istrinya itu.

Jarak keduanya kini sangat dekat. Bahkan Naiya dapat mencium aroma tubuh Shaka yang tidak seperti biasanya. Aroma ini. Aroma rokok yang begitu menyengat. Naiya baru mengetahui jika suaminya ini perokok. Embusan napas pria itu juga semakin memperjelas dugaannya.

"Kenapa bau rokok, Kak? Kamu habis ngerokok banyak, ya? Baunya sampai menyengat gini," tanya Naiya bertubi-tubi melupakan keterkejutannya tadi. Matanya menyiratkan sebuah kekhawatiran. Mau bagaimanapun, merokok bukanlah suatu hal yang baik bukan?

Shaka mengernyitkan keningnya tak suka. "Memangnya kenapa kalau saya ngerokok?! Masalah buat kamu?!"

Naiya dengan cepat mengangguk tanpa ragu. Dengan polosnya ia berkata, "Ngerokok kan gak baik buat kesehatan, Kak. Nanti kamu bisa sesak napas."

"Biarin! Biar mati sekalian!" jawab Shaka dengan santainya.

Naiya membulatkan matanya terkejut mendengar jawaban Shaka, "Jangan bicara kaya gitu, Kak."

"Gak usah sok peduli!" balas Shaka. Ia muak dengan sikap Naiya yang sok perhatian kepadanya. Jangan pikir dirinya akan percaya begitu saja kepada wanita itu. Sekali licik tetap licik.

Naiya hanya diam membisu. Seburuk itu dia di mata Shaka. Padahal dirinya benar-benar khawatir. Bukan bermaksud untuk sok peduli. Entah mulai kapan dadanya merasa sesak setiap menyadari itu semua. Menyadari bahwa mau bagaimanapun, Shaka akan tetap membencinya.

"Dengar ini baik-baik! Saya muak melihat orang-orang terdekat saya seakan-akan lebih berpihak kepada kamu! Mungkin mereka bisa tertipu dengan ketulusan dan kebaikan kamu yang palsu itu! Tapi saya gak akan! Sekali licik tetap licik!" tekan Shaka. Tak mempedulikan kata-katanya yang akan menyakiti hati istrinya.

"Maaf, Kak," lirih Naiya dengan wajah yang tertunduk. Air matanya menetes seketika. Ingin rasanya ia menjelaskan semuanya. Namun suaranya seakan tercekat di tenggorokan.

"Kenapa? Menyesal?" tanya Shaka terkekeh, "Kamu kira maaf saja cukup untuk mengembalikan keadaan seperti semula?!"

Naiya menatap wajah Shaka yang berada tepat di hadapannya dengan mata yang memerah.

"Aku akan lakukan apapun asal kamu mau maafin aku, Kak," ucap Naiya. Ia tak tahu lagi harus mengatakan apa. Naiya sadar semua ini terjadi karena dirinya. Meskipun bukan kemauannya sendiri.

Shaka tersenyum sinis mendengar ucapan Naiya. Sesuatu langsung terbesit begitu saja di otaknya.

"Apapun?"

Naiya mengangguk dengan mata yang menatap Shaka penuh harapan. Sebesar itu keinginannya untuk mendapatkan maaf dari Shaka.

"Kalau begitu saya terima kamu jadi sekretaris saya. Tapi untuk mendapatkan maaf dari saya, kamu harus melakukan apapun yang saya mau. Bagaimana?" tawar Shaka.

Naiya tanpa ragu langsung mengangguk mengiyakan tawaran Shaka, "Aku mau, Kak. Berarti kamu mau maafin aku, kan?"

"Ya lihat nanti. Kalau kinerja kamu bagus jadi babu saya, akan saya pertimbangkan untuk memaafkan kamu," jawab Shaka dengan menekankan kata babu di kalimat yang dia ucapkan.

Naiya yang mendengar itu tak sedikitpun merasa tersinggung atau sakit hati. Ia terlanjur senang karena ada kesempatan agar Shaka mau memaafkannya sekaligus bekerja di kantor pria itu. Naiya malah tersenyum kearah Shaka.

"Aku janji bakal bekerja dengan baik, Kak!" sahut Naiya bersungguh-sungguh.

"Ya terserah!" Shaka melangkah pergi meninggalkan Naiya menuju ke kamar mandi begitu saja. Muak melihat sikap Naiya yang menurutnya hanya sandiwara belaka.

1
cocondazo
Thor, aku udah nggak sabar nunggu next chapter.
call me sera: ditunggu yaw🫶
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!