Follow ig~ mazarina_asrifaris
Kesalahan satu malam yang membuat kehidupan Disya Anggita jungkir balik menata kehidupannya.
Melewati satu malam dengan kekasihnya mungkin sedikit tidak masalah dan dibilang wajar. Namun melewati satu malam bersama pria asing yang tidak dikenalinya ini konyol namanya.
Gara-gara salah masuk apartemen tetangganya Disya harus kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam dirinya. Disya syok seketika mengetahui pria tersebut?
"What! Kamu?" tentu saja keterkejutan itu hanya boleh ia ucapkan dalam hati.
"Aku akan bertanggung jawab!" ~> Daharyadika Ausky
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 29
Gadis berambut hitam legam sebahu itu tengah mematut dirinya di depan cermin. Setelah dihubungi kekasihnya, Rayyan, malam ini gadis itu tengah menunggu dijemput pria tersebut.
"Udah rapih aja Sya, mau ke mana? Mending kamu ikut makan malam di rumah tante Yuki," ujar Mama Amy.
"Biarin Ma, 'kan aku yang ikut. Disya punya urusan lain 'kan dek?" sela Flora.
"Iya Ma, kak. Aku mau jalan sama kak Rayyan, salam aja deh Ma, buat tante Yuki," jawab gadis itu santai.
Mereka tengah ngumpul di teras depan, keluarga Disya hendak berangkat ke kediaman Asher untuk jamuan makan malam sementara Disya tengah menunggu dijemput Rayyan.
"Baik-baik lo dek, gue berangkat dulu," pamit Flora, Disya pun menganggukan kepalanya dengan tersenyum.
Sebuah mobil berwarna hitam memasuki pekarangan rumah Amar, dan itu mobil Rayyan.
"Wah mau pergi ya Om, Tante?" sapa Rayyan sopan.
"Iya, kebetulan kita mau pergi," jawab Mama Amy ramah.
"Rayyan pamit ajak Disya ya Tante, Om," ucap Rayyan.
"Bawa aja Rey, Disya nggak mau ikut kita kok," jawab Flora. Sementara Mama Amy dan Pak Amar mengiyakan.
Mobil mereka keluar dari gerbang secara beriringan, namun beda tujuan.
"Cantik banget sih pacarnya Rayyan Akfarezel Wirawan," ujar Rayyan mengerling.
Pria itu membuka suaranya setelah mobil yang dikendarai melaju berbaur dengan kendaraan lain.
"Cewe ya cantik lah, masa' ganteng. Kita mau ke mana?" tanyanya bingung demi mengamati jalanan yang tak biasa.
"Artu, temenin aku main," jawab Rayyan semangat.
"Futsal?"
"Iya, mau 'kan?"
Disya mengangguk sebagai jawaban. Gadis itu cukup sering menemani kekasihnya berolah raga jika memang ada moment yang pas. Setelah perjalanan dua puluh menit, mereka sudah sampai di tempat lokasi dan tengah memarkirkan mobilnya.
"Nanti habis main, aku mau ngomong serius," ujar Rayyan menatap Disya lekat.
"Tentang apa?"
"Tentang masa depan kita, nanti aja."
"Aku juga mau ngomong, penting," ujar Disya dengan rasa khawatir yang mendalam. Mungkin ini adalah saat yang tepat untuk berkata jujur pada Rayyan. Siap atau tidak siap, Disya harus berani mengambil keputusan.
"Oke sayang, serius banget mukanya, penting banget kah?" tanyanya dengan kening berkerut.
Disya hanya menanggapi dengan anggukan dan senyuman.
"Semangat mainnya!" seru Disya.
"Pastilah, 'kan ditemenin sama kamu." Rayyan mengerling.
Tiba-tiba pria itu bergerak membuka kausnya dan mengganti kaus olahraga. Disya yang melihat itu pun langsung memalingkan wajahnya ke arah jendela.
"Aku turun dulu deh, kamu mau ganti, 'kan?" ujar Disya malu, kebiasaan Rayyan berganti pakaian di mobilnya.
"Bentar bareng, nggak pa-pa, tubuhku cukup enak dilihat kok." Disya tidak menanggapi dan lebih memilih menyibukkan diri dengan ponselnya.
Cowo emang sesimple itu berganti pakaian di mobil pun jadi, Rayyan sudah memakai celana futsal dari rumah sehingga tidak perlu terlalu repot tinggal melepas celana panjangnya saja.
"Sya, madep sini dong, udah selesai nih," ujar Rayyan, Disya pun menoleh.
"Ya udah ayo turun," jawab Disya cuek.
"Bentar, beri semangat dulu," ujarnya merengek. Rayyan menatapnya lekat dengan senyum menggoda, jari tangannya menunjuk bibirnya sendiri.
Cup
Disya langsung mengecup pipi Rayyan sekilas.
"Udah, ayo turun!"
"Kamu bikin aku gemes." Rayyan mengacak rambut Disya pelan lalu menyambar bibir ranum Disya sebelum benar-benar turun.
"Sorry sayang, biar tambah semangat," kilahnya nyengir. Disya melirik sekilas dengan muka memerah lalu turun.
Mereka masuk ke dalam gedung Artu yang ternyata sudah cukup rame dengan kedatangan teman-temannya Rayyan.
***
Di kediaman Asher Daharyadika, Yuki cukup sibuk menyiapkan menu jamuan di meja makan. Ibu tiga anak itu turun ke dapur langsung untuk acara masak memasak. Sepertinya makan malam kali ini akan ada perbincangan yang cukup serius di antara kedua keluarga tersebut.
Semenjak dari sore hari Yuki sudah mengabari Sky yang tak kunjung pulang. Pria itu sepertinya pulang ke apartemennya dengan sengaja tidak menjawab beberapa panggilan dan pesan yang masuk.
"Mas, sepertinya Sky sengaja menghindari acara makan malam ini deh," keluh Yuki.
"Nggak enak banget kalau sudah begini," sambung Yuki merasa sedikit kecewa.
"Santai saja yank, bilang aja Sky sedang sibuk dan tidak bisa pulang. Jangan terlalu dipaksa atau dikekang. Sebelumnya aku juga udah ngomong sama Amar kalau anak kita mau melanjutkan perjodohan dengan anaknya yang kedua. Aku yakin Sky bersikap seperti itu karena bingung cara bersikap."
"Iya Mas, tapi tetep aja nggak enak. Seharusnya Sky nggak boleh abai kaya gini."
"Kita ikuti saja langkah selanjutnya, maunya keluarga Amar bagaimana."
Waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan sedang Sky belum pulang. Sementara di ruang tamu suaminya nampak berbincang serius dengan tamunya.
"Tante, Sky mana?" tanya Flora dengan gelisah.
"Maaf ya nak Flora, Sky-nya sedang ada urusan yang cukup penting, jadi tidak bisa hadir di acara makan malam ini, nggak pa-pa 'kan?" ujar Yuki mencoba memberi pengertian kepada gadis yang tengah duduk di sampingnya.
"Kepentingan apa ya Tante? Flora bisa nyusul nggak?"
"Sayang ... kamu ini banyak tanya, Sky sedang sibuk kamu harus ngerti dong," ujar Mama Amy.
Perempuan itu juga merasa kecewa karena niatnya mendekatkan Sky dan Flora di acara makan malam ini tapi malah Sky sendiri bahkan tidak ada di rumah. Namun, untuk menenangkan hati Flora, ibu dari dua anak itu cukup jeli dengan situasi yang ada.
Sepanjang acara makan malam, gadis itu tidak bersemangat dan cenderung cemberut. Ia kesal, benar-benar kesal dengan sikap Sky yang tidak menghargainya. Gadis itu sudah cukup berdandan secantik mungkin untuk datang ke acara yang di anggap spesial tapi ternyata berakhir dengan kecewa. Karena sampai jamuan selesai pun Sky bahkan belum juga pulang.
Flora duduk termangu sendiri dengan betenya memainkan ponselnya. Sementara para orang tua sepertinya terlibat obrolan yang cukup serius.
"Jadi gimana Pak Asher, perjodohan dengan anak kita?" tanya Pak Amar serius.
"Masih sama, anak saya laki-laki cukup mapan, tampan, dan kaya. Jadi sudah seharusnya dia mendapatkan calon istri sesuai kriterianya. Kalau menurut saya selaku orang tua pasti ingin yang terbaik untuk putra dan putri kami, dan menurut saya dan istri saya putri-putri Pak Amar ini cukup pantas dan sesuai dengan pandangan kami. Namun, semua keputusan tetap ada di tangan Sky yang mau menjalankannya, jadi keputusan kami tetap sama."
"Kami mencoba mengerti Pak, tapi dari putri kami yang kedua sudah mempunyai calon pendamping, jadi agak susah untuk mengikuti perjodohan ini, seharusnya Sky memberi kesempatan untuk Flora dekat."
"Kamu kaya nggak pernah muda saja, sebaiknya kita membiarkan anak-anak kita dekat dengan sendirinya. Memberi ruang untuk mereka bisa berinteraksi semakin dekat tanpa adanya unsur paksaan. Bagaimana pun juga sesuatu yang dipaksa itu tidak baik," ujar Asher bijak.
***
"Nah itu dia Rayyan datang," seru Gerald semangat. Semua mata tertuju pada seseorang yang baru saja mendekati lapangan.
sungguh mantap sekali 🌹🌹🌹🌹
terus lah berkarya dan sehat selalu ✌️
knp gak jd sm rayyannnn