Pernikahan yang didasari sebuah syarat, keterpaksaan dan tanpa cinta, membuat Azzura Zahra menjadi pelampiasan kekejaman sang suami yang tak berperasaan. Bahkan dengan teganya sering membawa sang kekasih ke rumah mereka hanya untuk menyakiti perasaannya.
Bukan cuma sakit fisik tapi juga psikis hingga Azzura berada di titik yang membuatnya benar-benar lelah dan menyerah lalu memilih menjauh dari kehidupan Close. Di saat Azzura sudah menjauh dan tidak berada di sisi Close, barulah Close menyadari betapa berartinya dan pentingnya Azzura dalam kehidupannya.
Karena merasakan penyesalan yang begitu mendalam, akhirnya Close mencari keberadaan Azzura dan ingin menebus semua kesalahannya pada Azzura.
"Apa kamu pernah melihat retaknya sebuah kaca lalu pecah? Kaca itu memang masih bisa di satukan lagi. Tapi tetap saja sudah tidak sempurna bahkan masih terlihat goresan retaknya. Seperti itu lah diriku sekarang. Aku sudah memaafkan, tapi tetap saja goresan luka itu tetap membekas." Azzura.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arrafa Aris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. RSK
Tepat jam 1.00 dini hari, Azzura terbangun. Akibat benturan tadi, ia merasakan kepalanya begitu sakit.
Azzura meringis seraya merubah posisi menjadi duduk. Sejenak ia termenung merasa tak habis pikir dengan suaminya. Tanpa memikirkan perasaannya, membawa sang kekasih ke rumah mereka lalu melakukan perbuatan zina.
Meski tak memiliki perasaan apapun terhadap Close, Azzura tetap merasa terluka. Tanpa segan sang suami memaki sekaligus berlaku kasar padanya di depan Laura.
"Kalian menjijikkan!"umpat Azzura. Ia beranjak kemudian menghampiri pintu.
Sesaat setelah berada di dapur, ia membuka lemari gantung mencari sesuatu untuk di makan. Namun, tak ada apapun di dalam tempat itu melainkan kosong melompong.
Ketika membuka kulkas, ia menghela nafas karena hanya ada air mineral.
"Besok kan hari minggu. Sebaiknya aku belanja bulanan saja." Azzura kembali lagi ke kamar lalu melanjutkan tidurnya.
.
.
.
Pagi harinya ....
Setelah membersihkan, Azzura beristirahat sejenak di pinggir kolam sambil memainkan kakinya di dalam air.
Sesekali ia tersenyum. Mendongak menatap langit seraya menghirup udara pagi.
Sedangkan Close yang baru saja menuruni anak tangga, mengerutkan kening sekaligus memindai ruangan yang terlihat sudah bersih dan rapi.
Ia melanjutkan langkah menuju dapur. Setelah meneguk air, Close akan meninggalkan tempat itu. Akan tetapi langkahnya terhenti ketika berada tepat di depan pintu kamar Azzura.
Spontan tangannya terangkat ingin membuka pintu itu. Akan tetapi tertahan karena Azzura menegurnya.
"Close, mau ngapain kamu?"
Close langsung mengarahkan pandangannya pada Azzura yang sedang berjalan ke arahnya.
"Jangan pernah membuka atau masuk ke kamar ini. Karena ini area privasiku. Bukankah kita ini seperti orang asing!” tegas Azzura.
Close bergeming mendengar ucapan frontal bernada dingin dari istrinya.
"Kembalilah ke kamarmu. Takutnya kamu akan alergi berada di area wanita kampungan sepertiku!” tegas Azzura lagi lalu masuk ke kamarnya kemudian langsung mengunci pintu.
Close terpekur sekaligus menatap nanar pintu kamar yang kini telah tertutup rapat. Ia pun kembali ke kamarnya sambil geleng-geleng kepala mendapati Laura masih tertidur.
Ia segera masuk ke kamar mandi. Di bayar guyuran air, ia sedikit merasa bersalah pada Azzura. Karena mendapati jidat gadis itu memar.
********
Di ruang tamu, Close sedang termenung, sepi yang ia rasakan. Sedangkan Azzura yang baru saja selesai mandi, cepat-cepat masuk ke dalam kamarnya.
Tiga puluh menit kemudian ....
Azzura sudah rapi dengan pakaian casual. Ketika melangkah keluar, hatinya seketika mencelos melihat Close dan Laura sedang bermesraan di sofa ruang tamu.
'Menjijikan!' umpat Lea dalam batin
"Close." Azzura menegur pria itu.
Close dan Laura langsung menoleh. "Ada apa?"
"Berapa angka password pintu rumah? Aku nggak mau menganggu kesenangan kalian jika aku terlambat pulang kerja," tutur Azzura dengan wajah datar.
Close tersenyum sinis. Akan tetapi benaknya bertanya-tanya, mau ke mana gadis itu?
"Password-nya 241793, itu kombinasi tanggal lahirku juga calon istriku," jawab Close lalu mengecup bibir Laura.
Azzura memutar bola matanya malas disertai senyum sinis, melihat kelakuan tak beradab Close juga Laura.
'Kamu pikir aku cemburu? Aku malah jijik melihat kelakuan kalian berdua,' batin Azzura.
"Aku pamit dan selamat bersenang-senang buat kalian berdua," kata Azzura kemudian mengayunkan langkah.
Sepeninggal Azzura, Close melepas dekapan Laura lalu berkata, "Ini kan hari Minggu, yuk kita jalan jalan."
"Kalau begitu temani aku shopping," rengek Laura .
"Baiklah asalkan kamu happy," sahut Close.
********
Azzura, yang saat ini masih dalam perjalanan menuju swalayan. Setibanya di tempat tujuan, ia pun melangkah ecil lalu mengambil salah satu troli kosong.
Ia mulai menyusuri satu demi satu rak makanan juga minuman kemudian lanjut ke bagian sayuran dan sejenisnya.
Mengambil apa saja yang ia butuhkan untuk mengisi bahan pokok perdapuran. Saking asiknya berbelanja, tak terasa troli belanjaan Azzura sudah penuh.
Ia terkekeh lalu bergumam, "Aku seperti baru turun gunung saja."
Ketika akan mendorong trolinya, seseorang menegurnya.
"Zu!"
Azzura berhenti sejenak lalu menoleh ke belakang. "Yoga, belanja juga? Sendiri atau lagi menemani pacar, mama, atau adik?" tanya Azzura.
Yoga menggelengkan kepala seraya berkata, "Aku berdua dengan temanku. Aku hanya mampir sebentar karena ingin membeli air mineral
"Mau aku traktir nggak," tawar Azzura.
"Boleh deh." Yoga terlihat antusias.
"Ya sudah, kamu boleh ambil apa saja. Aku tunggu di kasir ya," cetus Azzura kemudian mendorong troli belanjaannya ke arah kasir.
Sambil menunggu giliran, Azzura mengirim pesan singkat kepada Nanda. Tak lama berselang, Yoga menghampiri.
"Zu, apa Pak Close bersamamu?"
"Nggak, tadinya aku ingin mengajak. Tapi urung karena nggak tega membangunkannya," jelas Azzura berbohong.
"Oh, begitu, ya. Apa kamu membawa mobil?" tanya Yoga dan Azzura menjawab dengan gelengan kepala. "Kalau begitu biar aku saja yang mengantarmu pulang. Lagian barang belanjaanmu banyak banget."
"Lalu, motorku?"
"Gampang, nggak usah dipikirin."
Setelah membayar barang belanjaan, Yoga membantu Azzura membawa barang barang belanjaannya.
"Zu, tunggu di sini sebentar," pinta Yoga.
"Baiklah." Azzura mengangguk patuh.
Di area parkir, Yoga menghampiri kendaraannya. "Radit, ikut aku sebentar," pinta Yoga sekaligus meminta pria itu menjalankan mobil ke arah yang ia maksud.
"Ke mana?" tanya Radit.
"Pokoknya jalan saja, nggak usah banyak tanya. Nanti berhenti di depan gadis yang sedang berdiri di sana," perintah Yoga seraya menunjuk Azzura.
Sesaat setelah menghentikan mobil di depan Azzura, Yoga dan Radit sama sama keluar dari kendaraan itu.
"Zu, motormu biar di bawa sama temanku saja, ya," saran Yoga.
"Baiklah, besok antar ke cafe saja, ya," pinta Azzura sembari memberikan kunci motornya kepada Radit.
"Baik." Radit mengambil kunci motor Azzura.
Beberapa menit kemudian, setelah memastikan tak ada barang yang ketinggalan, Yoga dan Azzura berpamitan pada Radit.
"Dit, kami duluan, ya," pamit Yoga lalu mengajak Azzura masuk ke dalam mobil.
Radit mengangguk. Namun, sedikit bingung. "Apa dia sudah nggak waras? Itu kan, istri boss-nya. Ada-ada saja si Yoga. Nggak takut apa di cap pebinor," gumam Radit sambil memandangi mobil itu yang sudah menjauh.
*******
Ketika dalam perjalanan pulang, sesekali Yoga melirik Azzura. Alisnya seketika bertaut saat menyadari kening gadis itu memar.
"Zu."
"Hmm."
"Keningmu kok memar?" selidik Yoga
Azzura langsung meraba kening disertai sebuah senyuman tipis.
"Oh ini ... aku terpeleset di kamar mandi lalu terbentur tembok," jelas Azzura.
"Lain kali hati-hati Zu. Oh ya, apa kita bisa bertukar nomor ponsel?" pinta Yoga penuh harap.
"Tentu saja, kemarikan ponselmu?"
Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Yoga langsung memberikan ponselnya pada Azzura.
Setelah menyimpan nomor kontaknya, Azzura menyerahkan kembali ponsel milik Yoga.
"Besok aku akan menghubungimu setelah mengantar motormu ke cafe," tutur Yoga.
Azzura hanya mengangguk. Tak lama berselang ponselnya bergetar. "Nanda," gumamnya lirih kemudian menggeser tombol hijau. "Assalamu'alaikum, Nanda. Apa kamu sudah sampai?"
"Waa'laikumsalam, Zu. Aku sudah didepan pintu rumah," jawab Nanda dari seberang telefon.
"Maaf, aku masih dalam perjalanan," balas Azzura.
"Baiklah, aku tunggu," timpal Nanda kemudian memutuskan panggilan telefon.
Azzura melirik Yoga seraya berkata, "Yoga nanti belok kanan, ya."
"Ok."
Setibanya di alamat yang dimaksud, Azzura tak lupa berterima kasih pada Yoga. "Yoga, makasih ya."
"Sama-sama Zu, biar aku membantumu," tawar Yoga dan dijawab dengan anggukan oleh Azzura.
"Zu, siapa?" bisik Nanda ketika Azzura menghampiri pintu utama.
"Yoga, asistennya Close. Ayo kita masuk," ajak Azzura begitu pintu terbuka.
Ketiganya pun masuk ke dalam rumah dan langsung menuju dapur.
...🌿--------------🌿...
Jangan lupa like, vote dan komen. Bantu like dan vote setidaknya readers terkasih telah membantu ikut mempromosikan karya author. Terima kasih ... 🙏☺️😘😘