Hanum Salsabila, seorang dosen cantik harus menerima kenyataan jika ia harus dijodohkan dengan seorang CEO. Ia hanya bisa pasrah dengan ketegasan Halim sang ayah yang membuatnya tidak berdaya.
Ravindra Aditama, CEO yang begitu membenci perjodohan. Ia bersumpah akan mengerjai Hanum sampai ia puas dan pergi meninggalkan negeri ini setelahnya.
Kisah cinta mereka baru saja dimulai, namun Tama harus menerima kenyataan jika Hanum lebih memilih untuk berpisah darinya.
Akankah mereka bisa mempertahankan rumah tangga atau memilih untuk berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bucin fi sabilillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dosen galak
"Aaakh! Sshh," pekik Hanum ketika tangannya tidak sengaja terkena wajan penggorengan yang sangat panas.
Tama terkejut namun dia masih terdiam melihat Hanum yang sedang mencuci tangannya agar tidak melepuh.
Gadis itu hanya terdiam dengan raut wajah kesal dan juga menahan rasa perih. Sementara Tama tidak merasa bersalah sedikit pun, ia berjalan mendekat dan menatap sang istri dengan datar.
"Bertanya saja, ibu sudah terkejut. Bagaimana jika saya melakukan hal lain, mungkin ibu sudah pingsan!" ucap Tama mencibir.
Hanum hanya menghela napas dengan kasar, ia tidak memiliki tenaga lagi untuk berdebat dengan sang suami.
Tama yang tidak mendapatkan jawaban dari Hanum menjadi kesal. Ia mendengus sebal karena melihat sikap dingin dari dosen cantiknya itu.
Hanum kembali menyelesaikan masakannya tanpa menghiraukan Tama. Ia meletakkan steak itu di atas meja dan lanjut menggoreng kentang yang sudah ia potong tadi
Ah, aku lapar! kelihatan enak banget!. Batin Tama melihat makanan Hanum.
Ia segera duduk dan memotong daging dengan perlahan lalu memakannya. Hanum tidak menyadari hal itu, saat ia membuat satu gelas susu hangat sebagai teman makan malam sederhananya ini.
Namun ketika berbalik, ia melihat dagingnya tadi sudah dimakan setengah oleh Tama, langsung bereaksi.
"Heh!" pekiknya dan membuat Tama terlonjak kaget. "Kenapa kau makan punya saya?" sambungnya dengan kesal.
"Saya lapar, Bu!" ucap Tama acuh dan lanjut memakan makanan Hanum.
Wanita cantik itu hanya bisa menahan geram karena tingkah Tama. Sungguh, ia ingin memukul pria tampan yang baru saja menjadi suaminya itu.
Ingin rasanya aku mencekik dan melemparnya ke dalam lubang buaya!. Batin Hanum.
Dengan kesal, Hanum mengambil roti dan selai untuk ia makan. Sekarang ia hanya ingin mengisi perut agar bisa tidur dengan tenang.
Tama melihat itu menjadi tidak enak, namun ia tidak peduli. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia melanjutkan makan malamnya yang sudah sangat terlambat tanpa menghiraukan Hanum.
Wanita cantik itu masih merasa kesal, namun itu tidak mungkin membuat makanan itu terbuang sia-sia. Ia hanya menahan diri untuk tidak bertengkar dan memancing keributan dengan suaminya itu.
Mereka makan dalam keterdiaman satu sama lain. Tama menatap Hanum yang makan dengan anggun, namun tidak jaim seperti wanita pada umumnya.
Ya Tuhan, belum ada satu hari dia menjadi suamiku sudah seperti ini. Aku tidak ingin mengucapkan selamat datang kepada hari dan statusku yang baru. Sungguh itu seperti mimpi buruk yang selalu menghantui!. Batin Hanum.
*
*
Pagi menjelang, sang surya mulai menampakkan diri, Hanum menggeliat dengan badan yang terasa sakit. Betisnya terasa kaku dan kepala yang terasa berdenyut.
Apa seperti ini rasanya setelah acara pernikahan? Lelahnya! aku merasa ingin tidur seharian!. Batin Hanum.
Namun ia memilih untuk bangun karena hari ini, jadwalnya akan sangat padat, mengingat banyaknya mahasiswa yang akan melakukan bimbingan proposal dengannya.
Ia segera membersihkan diri dan memasak sedikit sarapan, karena hari ini asisten rumah tangga belum datang. Sehingga ia harus menyiapkan semuanya sendiri.
Apa dia sudah bangun?. Batin Hanum ketika melihat tangga.
Tidak ada tanda-tanda kehidupan di rumah itu selain dirinya sendiri.
Apa seperti ini rasanya seorang istri yang tidak dianggap? Menikah tanpa cinta dan kehangatan, terpaksa dengan kedok demi kebahagiaan. Aku merasa sia-sia sudah belajar begitu banyak hal, namun masih belum bisa menentukan hidup sendiri, jika jodoh pun juga harus dipaksakan oleh orang tua tanpa sempat mengenalnya terlebih dahulu. Batin Hanum.
Ia mulai memasak sarapan sesuai dengan apa yang ia bisa. Sosis pedas manis dan juga omlet menjadi menu sarapan pagi ini. Tak lupa ia juga melebihkannya untuk Tama, agar pria tampan itu tidak memakan jatahnya lagi.
Hingga waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi, Hanum segera bersiap untuk pergi ke kampus. Namun Ia melihat Tama yang turun dengan tergesa-gesa.
"Kenapa Mommy tidak membangunkanku? Pagi ini aku ada kelas dengan dosen galak, habislah aku setelah ini!" ucap Tama tanpa sadar.
Ia menuju meja makan dan meneguk air putih yang sudah tersedia di sana.
"Siapa yang anda maksud dosen galak?" sentak Hanum tidak suka.
Uhuk!
Tama tersedak ketika mendengar suara Hanum. Mampus, Gue lupa kalau dia ada di rumah. Batinnya.
Hanum hanya berkacak pinggang sambil menatap Tama. Wajah dinginnya terpampang dengan nyata, tanpa bisa disembunyikan lagi.
"Ti-tidak! Kenapa Ibu belum berangkat?" tanya Tama gelagapan.
Hanum hanya terdiam dan segera berangkat ke kampus. Ia sudah memesan ojek online, karena hanya ada satu mobil di dalam bagasi.
Tidak mungkin rasanya ia ikut dengan Tama, karena itu akan menimbulkan kecurigaan dari mahasiswa.
Tama mendelik kesal karena Hanum tidak mengeluarkan sepatah kata lagi. Ia hanya menatap kepergian sang istri sambil memakan sarapannya.
Setelah selesai, ia segera pergi ke kampus karena hari sudah semakin siang. Ia pasti akan merasa malu, jika terlambat walaupun hanya satu menit.
"Naik apa dia tadi? Hanya ada satu mobil di sini. Apa pacarnya yang menjemput? Ternyata dia diam-diam menghanyutkan!" ucap Tama sambil menjalankan mobil.
Sembari sesekali ia melihat arah jalan, berharap bisa bertemu dengan Hanum dan melihat siapa yang tengah menjemput wanita cantik itu.
"Jika dia kedapatan pergi dengan laki-laki lain, lihat saja nanti!" ucap Tama kesal.
Hingga ia tiba di kampus, namun tidak melihat keberadaan Hanum di jalan. Karena sudah hampir terlambat, Tama berlari dari parkiran menuju kelasnya.
Ia bernapas lega, ketika melihat Hanum yang masih berjalan menuju kelas. Tama berlari dan berjalan sejajar di samping Hanum.
"Cie, yang di jemput sama pacar!" ucap Tama mengejek.
Hanum mengernyit dan menggeleng mendengar ucapan suaminya itu.
"Pasti Mommy akan syok jika tau menantu kesayangannya dijemput oleh laki-laki lain!" ucap Tama tersenyum smirk dan memasuki kelas terlebih dahulu.
Ingin aku jahit mulutnya. Batin Hanum