Terjebak dalam sebuah pernikahan yang tidak pernah dia impikan membuat kehidupan Anik Saraswati menjadi rumit.
Pernikahannya dengan seorang dokter tampan yang bernama Langit Biru Prabaswara adalah sebuah keterpaksaan.
Anik yang terpaksa menjadi mempelai wanita dan Dokter Langit pun tak ada pilihan lain, kecuali menerima pengasuh putrinya untuk menjadi mempelai wanita untuknya membuat pernikahan sebuah masalah.
Pernikahan yang terpaksa mereka jalani membuat keduanya tersiksa. Hingga akhirnya keduanya memutuskan untuk mengakhiri pernikahan mereka.
Jika ingin membaca latar belakang tokoh bisa mampir di Hasrat Cinta Alexander. Novel ini adalah sekuel dari Hasrat Cinta Alexander
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kirana Putri761, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam Penuh Cerita
Anik memang pernah mengenal dokter Langit tapi bukan Langit yang saat ini sebagai suaminya. Rasa kecewa Langit membuat pria itu bersikap dingin dan ketus, seolah-olah pernikahan ini adalah keinginan Anik.
Malam Pertama yang seharusnya begitu hangat dan bahagia, kini terasa dingin dengan sikap Langit. Setelah Langit keluar dari kamar mandi, Anik mencoba membantu Langit mengambilkan baju untuknya, tapi pria itu justru menarik tubuh Anik hingga terbentur badan lemari.
"Tidak usah mencampuri urusanku!" bentak Langit dengan tatapan tajam ke arah wanita yang hanya tertunduk. Tidak ada rasa bagi pria itu kecuali membenci wanita yang ada di depannya.
Pria itu mengambil pakaiannya dan tanpa canggung dia pun mengenakannya di depan Anik. Seperti sebuah pelampiasan dari rasa kecewa atas pernikahan yang tidak dia inginkan.
"Aku akan melihat Ana!" pamit Anik yang kemudian langsung keluar kamar dan mencari keberadaan Ana yang tadi sempat dibawa Bu Mayang ke kamar beliau
"Tok...tok...." Anik mengetuk pintu kamar mertuanya yang sedikit terbuka. Dan ternyata benar, Ana belum juga bisa memejamkan mata.
" Mbak Anik, Ana nggak bisa tidur. Ana maunya didongengin seperti dongengnya Mama Key." Ana langsung bangkit saat melihat sekelebat bayangan Anik. Seperti sebelumnya Ana masih saja memanggil Anik dengan sebutan ' Mbak'
"Iya, Mbak Anik akan membacakan dongeng untuk Ana." ucap Anik membuat Bu Mayang bangkit dari sebelah samping Ana.
Wanita paruh baya itu memang tahu jika Ana tergolong anak yang susah beradaptasi dengan seseorang. Untuk itu, dia membiarkan Anik dan Langit membawa Ana untuk tinggal bersama mereka selama Kirey belum di temukan.
Mayang tahu pernikahan ini memang tidaklah adil bagi semuanya. Banyak kecanggungan dari hubungan ini, tapi setelah mengarungi perjalanan hidup baginya tidak menutup kemungkin ini memang jalan jodoh untuk putranya.
Mayang pun terus termenung tentang kejadian seharian ini. Semua harapan yang sudah dia lambungkan kini harus dia pupuskan. Putra kebanggaannya yang tampan kini berjodoh dengan wanita biasa.
"Nik, Ana sudah tidur?" Suara Mayang membuat Anik menghentikan langkah saat keluar dari kamar mertuanya. Dia tidak menyangka saja Mertuanya masih duduk di ruang keluarga.
"Sudah, Ma." jawab Anik. Mayang memang sempat meminta Anik untuk memanggilnya Mama saat perjalanan pulang.
"Bisa buatkan Mama teh hangat?" Sekali lagi Mayang meminta menantunya untuk membuatkan secangkir teh hangat.
"Bisa, Ma. Sebentar saya buatkan!" jawab Anik kemudian melangkah menuju dapur. Obrolan mereka memang masih terdengar kaku.
Mayang menatap Anik, wanita berkaca mata itu terus saja memperhatikan menantunya dengan seksama. Dia merasa, wanita di depannya itu cukup cantik dengan bibir mungil, mata bulat dengan kulit putihnya apalagi sikapnya juga santun meskipun dia tidak mungkin punya pendidikan tinggi. Mayang yakin Langit akan mudah jatuh cinta pada wanita di depannya.
"Silahkan, Ma!" ucap Anik ketika memberikan teh hangat sesuai permintaan Mayang.
"Nik, boleh Mama bertanya sesuatu, mungkin sedikit pribadi?" ucap Mayang dengan menyambut teh hangat dari menantunya.
"Boleh, Ma." jawab Anik.
"Duduklah! Jangan kaku seperti itu, Nik." ucap Mayang dengan menyeruput teh hangatnya dan kemudian meletakkannya di meja. Sedangkan Anik hanya tersenyum, dia memang masih canggung masuk dalam keluarga baru yang semuanya terjadi secara mendadak.
"Nik, katanya kamu janda ya?" tanya Mayang langsung pada intinya karena dia sudah merasa sangat penasaran selama ini.
"Iya, Ma." jawab Anik dengan menundukkan pandangan.
"Kamu punya anak?" sergah Mayang dengan dada yang berdebar. Mungkin akan sedikit rumit menjalin hubungan jika wanita di depannya itu mempunyai anak dari suaminya terdahulu.
Tapi Anik hanya menggeleng membuat Mayang seketika menghela nafas lega. Tapi rasa penasaran itu terus saja mengejar, tanpa sadar dia berharap pernikahan putranya akan berjalan dengan bahagia .
"Maksudnya bagaimana? Jawab, dong!" desak Mayang terdengar sangat tidak sabar.
"Tidak, Ma! Saya menikah hanya sebentar, mungkin sebulan." jawab Anik membuat Mayang seketika melotot kaget.
"Saya di paksa menikah dengan anak orang terkaya di kampung..."
"Sebentar-sebentar, Nik!" sela Mayang kemudian menarik nafas panjang, bersiap mendengarkan cerita Anik.
"Setelah pesta pernikahan itu, suami saya mabuk dan meminta saya untuk melayaninya. Tapi, saat itu saya takut dan menolaknya. Hingga akhirnya dia melakukan kekerasan pada saya karena tidak terima saya menolaknya." Anik menghela nafas. Luka lamanya seperti dibuka kembali.
"Saya mencoba bicara dengan Om dan Bulek saya. Tapi mereka hanya memberikan saran agar saya bersabar dan bisa merubah kelakuan suami saya."
Mendengar cerita Anik, Mayang langsung menggenggam tangan menantunya. Sedangkan mata indah wanita yang masih berumur dua puluh satu tahun itu berkaca-kaca, mengingat saat itu dia seperti tidak punya siapapun untuk berlindung.
"Apa Om-mu mendapatkan uang dari orang kaya itu?" cecar Mayang memperkirakan semua seperti di cerita drama-drama.
"Saya tidak tahu, Ma. Mereka hanya bilang jika menikah dengan orang kaya masa depanku akan lebih terjamin. Dan mereka meminta saya bertahan karena setiap rumah tangga ada ujiannya apalagi menjadi janda di kampung bukanlah hal yang baik." Dengan suara lirih Anik bercerita.
Mayang langsung memeluk menantunya. Masih sangat muda tapi gadis bertubuh mungil yang dalam pelukannya menjalani hidup dengan penuh tekanan.
"Dan bagaimanakah kamu bisa keluar dari pernikahan seperti itu?"
"Suatu saat suami saya berusaha memaksa saya melayaninya sebagai istri dan saat itu saya mencoba melawan dan melarikan diri hingga akhirnya bertemu dengan Pak Rey dan Bu Kyara yang saat itu hampir menabrak saya." lanjut Anik. Bertemu Kyara baginya adalah sebuah keberuntungan dalam hidupnya.
"Dan Bu Kyara melihat mata saya lembab, wajah saya lebam karena mendapat pukulan. Hingga akhirnya saya cerita semuanya. Dan Bu Kyaralah yang membantu proses perceraian saya. Keluarga mereka benar-benar malaikat penolong bagi saya, Ma." Masih teringat dengan jelas ketakutannya saat malam itu.
"Anik, Mama juga akan menyayangimu, seperti mamamu." ucap Mayang yang ikut meneteskan air mata. Tiga tahun hidup bertetanggaan membuat Mayang tahu seperti apa wanita muda yang bekerja pada Kyara sebagai pengasuh cucu angkat keluarga konglomerat itu.
"Berarti kamu masih perawan?" tanya Mayang sekali lagi yang sejak tadi otaknya masih terusik dengan pertanyaan 'Apa menantunya itu masih perawan atau sudah buka segel'.
"Kamu masih perawan, Nik?" ulang Mayang. Dia seperti kehilangan kalimat yang lebih sopan untuk dilancarkan karena rasa penasarannya.
Dengan pelan Anik kembali mengangguk, membuat senyum tipis di wajah Mayang terbit.
Suara langkah seseorang yang sedang menuruni tangga membuat kedua wanita itu saling menoleh. Terlihat Langit dengan wajah dinginnya berjalan melewati keduanya menuju pantry
"Sebentar, Ma. Mungkin Mas Langit ingin membuat kopi." pamit Anik pada Mayang yang segera menyusul Langit di pantry.
Mayang hanya menatap gadis berkulit putih itu berjalan tergesa menyusul suaminya. Mungkin beliau sedang belajar mengenal sosok Anik yang sebenarnya.
"Mas Langit, ingin membuat kopi?" tanya Anik saat melihat Langit menurunkan toples berisi kopi dan gula kemudian pria itu mengambil panci yang diisi air untuk direbus.
"Biar aku buatkan, Mas!" tawar Anik mendekat ke arah Langit.
"Sudah aku bilang, jangan ikut campur urusanku!" ucap Langit lirih penuh dengan penekanan. Tatapan pria itu begitu menghujam seolah ingin menusuk jantung wanita di sebelahnya.
"Nik..." panggil Mayang saat melihat ketegangan diantara anak dan menantunya. Dia sangat faham jika putranya itu masih dalam keadaan marah.
"Sebaiknya kamu bersiap untuk istirahat. Kamu pakai ya, kado dari Mama." ucap Mayang, meminta Anik untuk segera masuk ke kamar.
Tanpa tahu isi kado dari Mama mertuanya Anik hanya mengangguk dan mengucapkan, "terima kasih, Ma!".
Anik pun segera menaiki tangga meninggalkan Mama mertuanya yang masih menghabiskan teh hangatnya.
ahh.. minyak telon emang.. 🤣