setelah tiga tahun menjalani rumah tangga bersama dengan Amran, Zahira tetap tidak bisa membuat lelaki itu mencintainya. Amran selalu memperlakukan Zahira dengan sangat kejam. Seakan Zahira adalah barang yang tidak berguna.
sebaik apapun hal yang sudah Zahira lakukan, selalu saja tidak bernilai dan kurang di mata Amran.
" aku ingin bercerai!" ucap Zahira dengan lugas. meskipun tanganya mengepal kuat, namun semua itu adalah refleksi dirinya agar kuat dan tidak goyah dengan rayuan Amran.
" memangnya kau bisa apa setelah bercerai dariku?" Amran selalu bisa menghina Zahira dan melukai harga diri wanita itu.
Amran membuang wanita itu dan Zahira bertekad untuk tidak memberikan kesempatan bagi Amran. Lelaki yang tidak bisa lepas dari hutang budinya pada wanita lain, tidak akan Zahira pikirkan lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lafratabassum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Zahira sengaja tidak menyembunyikan fakta bahwa dia telah menjual cincin pernikahan mereka.
Istrinya sama sekali tidak terlihat gugup. Masih dengan pandangan tenang menatap arah jendela. Jadi dengan sedikit menekan emosi nya Amran berkata sekali lagi. " .. Zahira aku tau kau mendengar ku, .. "
Zahira menoleh pelan. Tak ada emosi apapun di wajah istri nya ini. Zahira tampak elegan seperti biasanya.
Masih dengan suara lembutnya Zahira menyahut " Amran, bukankah aku mengatakan jika malam itu aku memerlukan uang?"
Amran malah tidak bisa berkutik, kini dia menyadari jika situasi malam itu memang sangat memperihatinkan sampai istrinya berani menjual cincin pernikahan.
" aku akan menggantinya..." Tak ingin kehilangan martabat. Amran akan membuat semua menjadi seperti semula.
" kenapa harus menggantinya, kita akan segera bercerai Amran. Jangan menghamburkan uang untuk hal yang tidak penting " hampir tak ada suara tinggi dalam setiap kata Zahira. Wanita itu sengaja mengatakannya untuk membuat Amran merasa bersalah.
Dan mengingat kemeriahan pesta ulang tahun Amel di kota Kalaya.
" kit ."
Tin tin
Lampu sudah berganti hijau, Amran segera melanjutkan mobilnya dan terpaksa menghentikan ucapannya.
Zahira memang tidak menunggu jawaban Amran, jadi wanita itu kembali menatap ke arah jendela mobil seperti sebelumnya.
Langit tampak sore saat mobil Amran memasuki gerbang kediaman Keluarga Renaldi. Dengan langkah pelan keduanya memasuki bagian dalam.
" temui ibumu" ucap Bagas sambil menepuk pundak Amran. Zahira ikut masuk setelah Amran membuka pintu.
" Zahira sayang, akhirnya kau datang nak..." Sinta terlihat sangat sumringah saat mengetahui menantunya datang dan berjalan mendekat.
Beberapa saat setelah nya mereka terlibat perbincangan ringan.
Sinta memegang tangan Zahira. Mereka bertiga duduk di ranjang Sinta. " kalian semakin terlihat sibuk, dan ibu menjadi kesepian. Bagaimana dengan memiliki bayi agar bisa meramaikan kediaman ini?"
Sinta tidak tau jika selama ini anaknya lah yang tidak menginginkan anak dari Zahira. Zahira tidak berkomentar, dia hanya tersenyum agar mertuanya tidak tersinggung.
" Zahira masih muda, masih banyak hal yang akan dia capai. Kami tidak sedang terburu-buru memiliki anak. Bukan begitu sayang?"
Amran menatap dengan sangat lembut, hampir saja membuat Zahira terlena sesaat.
semuanya berlanjut, dan Zahira memilih untuk pergi ke dapur dan membuatkan bubur khusus untuk Sinta.
Sinta menatap anaknya lekat, ada hal yang mengganggu nya selama ini. Dan membuat nya jatuh sakit " Amran, ibu pikir kau terlalu berlebihan dengan merayakan ulang tahun Amel. Bukankah kau hanya perlu memastikan agar kasus ayahnya benar-benar selesai? Kenapa perlu merayakan dengan begitu mewah. Ibu takut Zahira akan salah paham dan sedih jika membaca berita di luar sana "
Amran sudah mengira jika ibunya meminta datang juga untuk menasehati nya. Masalah kembang api dan perayaan memang ada kesalahpahaman.
Semua yang menyiapkan nya adalah Sekertaris Erisa. Amran harus mengingatkan Sekertaris Erisa agar tidak terlalu berinisiatif pada hubungan nya dengan Amel.
" Zahira bukan tipikal wanita yang mudah cemburu buta. Semuanya ini juga untuk kesehatan psikologis agar Amel semakin membaik. Belakangan ini Amel harus mengikuti rangkaian terapi mental nya" kilah Amran.
" kau harus memperlakukan Zahira dengan baik, jangan sampai kau menyesal setelah kehilangan nya nanti" ucapan Sinta seakan memiliki maksud lain. kenapa begitu sesuai dengan permintaan Zahira.
Tap tap tap
Langkah kaki terdengar, Zahira masuk dengan membawa nampan berisi mangkuk sup.
Masih dengan dandanan yang sama, bahkan pakaian Zahira tetap tampak bersih. Wanita itu selalu tampil elegan bahkan setelah menyiapkan masakan untuk ibunya.
" ibu,.mari makanlah sedikit" Zahira menyuapi mertuanya dengan sangat telaten.
Amran Keluar dari kamar, lelaki itu berjalan menuju balkon lantai 2. Dengan tanpa berlama-lama dia menghubungi Sekertaris Erisa.
" iya tuan.." jawaban dari sebrang.
" aku ingin sebelum besok pagi, kau sudah menemukan kembali cincin yang Zahira jual"
" cincin apa tuan?" suara Sekertaris Erisa sedikit bergetar. Wanita itu tentu saja merasa kaget sekaligus panik dengan waktu yang Amran berikan.
" cincin pernikahan, jangan sampai mengecewakan ku Sekertaris Erisa,"
Panggilan segera di tutup.
Amran memegang benda pipih itu dengan sedikit bertenaga. Dia sedang tidak suka dengan keadaan ini.
Lelaki itu tidak mau sampai hal ini di sadari oleh ibunya. Meskipun pernikahan mereka bukanlah keinginan Amran, namun cincin pernikahan tetap merupakan benda sakral baginya.
Di sebrang Sekertaris Erisa tampak mengigit kukunya karena memikirkan cara tercepat mendapatkan benda permintaan Amran.
Cincin pernikahan Keluarga Renaldi pasti memiliki harga jual yang sangat tinggi. Sekertaris Erisa akan memilah toko perhiasan terkemuka yang berani membeli mahal perhiasan itu.