Buta sejak lahir dan diasingkan dari keluarga, Nola Neilson kehilangan sosok ibu yang mencintainya. Ayahnya menikah dengan selingkuhan dan membawa anak-anak haram ke dalam rumah. Meski mengalami kekerasan, dia tidak pernah marah sedikit pun.
Ketika Nola dibawa pergi dari lubang neraka keluarga Neilson oleh pelindung mendiang ibunya, dia dijodohkan dengan Halbert Jefford—bos mafia yang mencuci tangannya dengan darah sepanjang hidupnya.
Jangan pernah membuat gadis itu marah karena akibatnya akan fatal. Meski Nola buta, dia mampu melihat mereka dengan kemampuan Supernatural nya. Bisakah Nola hidup berdampingan dengan Halbert yang dingin dan kejam?
Halbert tidak percaya adanya keberuntungan di dunia ini tapi dia mulai mempercayai keberuntungan yang diberikan istrinya .....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risa Jey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Membuatnya Marah
Saat Nola diantar ke lantai dua untuk menemukan kamar, pelayan yang memegang ikan langsung berteriak kaget. Ikan yang dipegangnya tiba-tiba saja meronta dan melompat dari tangannya.
Akhirnya, mereka sibuk menangkap ikan yang menggelepar di lantai.
Sementara itu, Nola diantar ke kamar oleh Halbert, dia tidak banyak bicara. Setibanya di kamar, dia hanya mengucapkan terima kasih pada Halbert dan terlihat sangat sopan.
Halbert merasa jika gadis itu bahkan lebih takut padanya. "Soal yang tadi ..." Dia ingin meluruskan kesalahpahaman.
Nola hanya menatapnya sebentar lalu menggelengkan kepala. "Lupakan saja," katanya.
"Maaf, aku tidak bermaksud berkata demikian. Ingat saja, emosiku tidak baik," ungkap Halbert sedikit malu. Setelah itu dia keluar kamar.
Merasakan kepergian Halbert dari kamar, Nola sedikit tidak berdaya. Dia menggigit bibir bawahnya dan melangkah untuk menemukan kamar mandi.
Di luar kamar, Halbert tidak langsung pergi. Dia jelas menunggu di sana untuk mengetahui apakah Nola butuh bantuan atau tidak. Sebelumnya dia merasa bersalah dan kata-katanya agak berlebihan. Bisakah gadi itu menanggungnya dari waktu ke waktu?
"Halbert, Kakek ingin bicara denganmu." Kakek Jefford sudah muncul di anak tangga terakhir.
Keduanya pun bicara di balkon. Halbert menyalakan sebatang rokok dan menyesapnya sedikit putus asa. Sedangkan Kakek Jefford duduk di seberangnya.
Halbert tidak berbicara dan membiarkan Kakek Jefford berkata lebih dulu.
"Kakek tidak akan bicara banyak denganmu. Apapun yang kamu katakan padanya, lebih sopanlah sedikit. Jangan melukai hati gadis itu. Dia sudah cukup dilukai oleh ayahnya. Haruskah kamu memperlakukannya dengan cara yang sama juga? Jika begitu, apa bedanya dia tinggal di sini dengan di keluarga Neilson? Halbert, ingat satu hal, jangan membuat Nola marah. Jika tidak, tanggung akibatnya sendiri," jelas pria tua itu panjang lebar, serius dan menatap Halbert seperti tidak mempercayai kerabatnya sendiri.
"Kalau begitu Kakek, kenapa dia begitu lemah? Tidak cocok untuk tinggal di sampingku."
"Tidak, kamu salah paham. Di masa depan, kamu akan mengerti." Kakek Jefford menggelengkan kepala.
Mendengar jawaban yang sama sekali bukan jawaban, Halbert sakit kepala. Kakeknya hanya memberi rasa misterius yang dalam. Siapa sebenarnya Nola hingga membuat kakeknya begitu menyayangi gadis itu.
Setelah berbicara cukup lama, sosok Nola akhirnya terlihat berjalan ke arah mereka dengan tongkat putihnya. Mata gadis itu memiliki tatapan kosong.
"Kakek, Tuan Halbert, maaf menunggu lama," ucapnya.
Kakek Jefford menggelengkan kepala. "Tidak lama sama sekali. Tidak, tidak. Kami sedang mengobrol biasa seraya menunggumu. Karena Nola sudah selesai mandi, ayo kita makan malam."
Mereka segera menuju ruang makan. Nola duduk di samping Halbert. Kali ini dia bisa makan sendiri tanpa bantuan pelayan atau Halbert. Mereka bahkan bingung, bagaimana bisa Nola menentukan di mana daging dan telur berada?
"Bukankah Kakek akan kembali dalam beberapa hari?" tanya Halbert.
"Ya. Aku hanya kembali untuk mengambil dokumen yang tertinggal. Siapa yang tahu jika Nola tidak ada di rumah dan kamu mencarinya. Tidak bisakah kamu menjaganya dengan baik?" Kakek Jefford menyalahkannya.
"Aku sibuk. Ada pelayan di rumah," jawab pria itu mengelak.
"Pelayan tidak akan mampu menjaganya sepanjang waktu. Lain kali, bawa dia ke tempatmu atau ajak ke perusahaan. Dia tak akan mengganggumu."
Halbert tidak bicara. Di tahu jika membantah lagi, Kakek Jefford akan marah seperti sebelumnya. Dia hanya mengiyakan dengan santai. Sedangkan Nola tidak banyak bicara sejak awal. Dia fokus makan. Sesekali, Halbert akan mengambilkan lauk pauk yang cukup jauh darinya.
Pria itu sendiri mulai meragukan, apakah Nola ini benar-benar tidak bisa melihat atau ... Kebutaan nya sejak lahir sudah membuatnya terlatih menentukan segala jenis benda di sekitar nya?
Setelah makan malam, Kakek Jefford pergi lagi dan mengucapkan beberapa patah kata pada Nola.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Keesokan paginya.
Halbert mengajak Nola ke perusahaan. Gadis itu tidak menolak. Dia juga merasa bosan berada di rumah sepanjang hari dan ingin menghirup udara segar.
"Ingat, jangan membuat masalah di sana dan tetaplah di kantorku. Apakah kamu mengerti?" Halbert memperingatinya ketika tiba di halaman perusahaan.
"Ya." Nola menjawab pelan. Dia sama sekali tidak akan membuat masalah.
Setibanya di gedung perusahaan, Halbert menuntun Nola yang memegang tongkat putihnya menuju lantai paling atas, di mana kantornya berada. Beberapa karyawan menyapa. Sesekali mereka akan bertanya-tanya dengan gadis cantik yang dibawa bosnya.
Gadis itu memiliki paras yang cantik, berponi serta memiliki rambut bergelombang rata yang rapi. Sosoknya sangat luar biasa. Sayang sekali, mereka melihat jika iris mata Nola berwarna keabuan. Seharusnya menjadi orang buta.
Setelah tiba di lantai tempat kantor Halbert berada, sang sekretaris dan asisten sudah ada di sana dan sedikit membungkuk pada bosnya.
"Bos, Nona Lin sudah menunggu Anda," lapor sekretarisnya.
"Ya." Halbert tampak santai dan membawa Nola masuk.
Sekretaris dan asisten itu saling menatap selama beberapa saat, bingung dengan gadis yang dibawa bosnya.
Lalu sekretaris mulai berbisik, "Sejak kapan Bos suka membawa lawan jenis ke perusahaan?"
Asistennya menggelengkan kepala. "Sepertinya tidak pernah," balasnya juga berbisik. "Jangan ikut campur urusan Bos. Secara alami kita akan diberi tahu nanti."
mampir yuk ke novel ku juga☺❤