"Punya mata nggak?" mengabaikan permintaan maafnya, orang itu malah membentak. Ia menatap Rahma benci. "Kalo punya tuh dipake baik-baik, jangan asal nabrak aja." Pemuda berwajah rupawan itu mendengkus keras, kesal tentunya. "Dasar aneh," ucapnya lagi.
Ridho Ahmad Wibowo dari awal sekolah sangat tidak suka dengan gadis bernama Rahma. Bahkan tak segan-segan membully walaupun gadis itu tidak salah apa-apa.
Namun, takdir berkata lain dimasa depan ia malah menikahi gadis itu dengan perjuangan yang tak mudah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WidiaWati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sholat di Mesjid
Setelah berwudhu Ridho mulai melaksanakan sholat Ashar.
"Alhamdulillah ternyata sholat itu membuat hati menjadi lebih baik, maafkan hamba ya allah, hamba telah lama jauh darimu," ucap Ridho dalam hatinya, hatinya merasa sangat tenang setelah melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim.
Selama ini Ridho sudah lama sekali meninggalkan sholat, dirinya selalu disibukan sama hal yang nggak jelas sama teman-teman geng motornya.
Seorang gadis dengan wajah berseri yang memakai mukenah berwarna putih bersih kini sedang asik melantunkan kitab suci al-qur'an dengan suara merdunya yang sangat menyejukan hati dan pikiran. Ridho yang merasa mendengar suara orang mengaji yang indah itu berdiri dari duduk nya berjalan perlahan dan mengikuti asal suara itu.
"Ternyata dia." Ridho berhenti melangkahkan kaki ketika melihat Rahma sedang mengaji.
Ia terus menatap gadis itu dari jauh tak terasa tiba tiba saja setetes air matanya terjatuh, hati bergetar mendengar lantunan ayat suci Al-qur'an yang dilantunkan oleh gadis itu.
Memang tak dipungkiri gadis itu memiliki suara yang begitu luar biasa indahnya.
"Dia sungguh gadis yang luar biasa, sangat langka di dunia ini," gumam Ridho dalam hati sambil menghapus air matanya yang sedari tadi jatuh di wajahnya.
Entah mengapa semakin Ridho mengenalnya kebenciannya terhadap gadis berhijab itu semakin hilang.
Dan pada hari itu dia sangat mengagumi gadis yang bernama Rahma itu.
Setelah selesai mengaji Rahma melepaskan mukenah yang ia pakai dan merapikan serta meletakannya kembali kedalam lemari perlengkapan sholat yang ada di Mesjid itu.
"Kenapa menatapku seperti itu, apa ada yang salah dengan ku?" tanya Rahma pada Ridho yang sedari tadi menatapnya tanpa berkedip.
"Ah tidak apa-apa, suara ngaji lo bagus hati gue jadi tersentuh dengarnya," puji Ridho sambil tersenyum manis kepada Rahma. "Ya sudah ayo kita pulang," sambungnya lagi.
Mereka pun pergi keluar dari Mesjid itu dan masuk kembali kedalam mobil untuk melanjutkan perjalanan pulang.
"Kita sudah sampai," ucap Ridho seraya turun dari mobil.
"Ah iya, terima kasih telah mengantarkan ku pulang," ucap Rahma sambil tersenyum Ramah.
"Oh iya kok kamu bisa tau rumah ku, padahal kan tadi aku nggak nunjukin jalan?" tanya Rahma bingung soalnya ia merasa teman sekolahnya tidak ada yang tau di mana ia tinggal.
"Eh Nak, kamu yang semalam yang ngantarin Rahma pulang pas dia pingsan kan." Belum sempat Ridho menjawab pertanyaan yang diajukan Rahma tiba-tiba saja wanita paruh baya menghampiri mereka yang tak lain adalah bu Fatimah ibu dari Rahma.
"Jadi yang semalam yang ngantarin aku pulang kamu?" tanya Rahma lagi dengan menunjuk ke arah Ridho berdiri.
"I-iya," jawab Ridho yang merasa dirinya sebagai pahlawan kesiangan padahal kemalaman, sambil menampilkan senyum pepsodentnya.
"Terima kasih banyak telah menolongku," ujar Rahma.
"Tidak perlu berterima kasih, lo terkurung di toilet juga gara-gara gue."
"Maksudnya?" tanya Rahma bingung dengan ucapan Ridho barusan.
"Yang ngurung lo di toilet itu Sinta, itu semua Sinta lakuin buat balas kekesalan gue karna lo tabrak waktu itu. Gue minta maaf sama lo untuk hal ini, dan kalo lo marah sama gue juga nggak masalah tapi tolong maafin gue ya," ucap Ridho dengan wajah memelas dan terlihat sedih.
Rahma hanya tersenyum melihatnya. "Kamu nggak usah minta maaf, lagian yang ngurung aku di toilet bukan kamu kan."
"Lo nggak marah sama gue?" tanya Ridho lagi.
"Nggak," jawab gadis itu singkat, melangkahkan kaki nya untuk masuk ke dalam.
"Rahma." Langkah kaki gadis terhenti ketika Ridho memanggilnya dan menoleh ke belakang.
"Apakah kita boleh berteman?" tanyanya dengan penuh harap, yang dijawab anggukan oleh gadis itu.
"Terima kasih," lanjutnya lagi dan masuk kedalam mobilnya.
Di dalam mobil Ridho selalu saja tersenyum, hari ini hari yang begitu berbeda dalam hidup nya. Selama ini ia tidak pernah sebahagia ini semejak mamanya meninggal.
Mamanya yang bernama Rina itu meninggal dunia sejak Ridho berumur 8 tahun. Ia meninggal karna kanker otak yang dideritanya.
Rina adalah sosok wanita yang penyayang dan lembut. Ia juga wanita yang kuat yang selalu tersenyum dan terlihat baik-baik saja di depan Ridho putra kesayangannya.
Ia melawan penyakitnya sendirian tanpa ada perhatian dari suaminya dan pada saat hembusan nafas terakhir nya hanya Ridho saja yang berada di sampingnya tanpa adanya sang suami. Itulah yang membuat Ridho sangat membenci papanya sampai saat sekarang ini.
Kebencian terhadap papanya membuat hidupnya hura-hura nggak jelas dan ia selalu menghabiskan waktu di jalanan bersama teman-temannya.
Di dalam kamar Ridho masih saja tersenyum. Pikirannya melayang terus memikirkan gadis yang bernama Rahma itu. Cewek aneh yang awalnya ia benci.
Kring...kring...
Terdengar suara handpone berbunyi, membuyarkan lamunan laki-laki yang duduk di tempat tidur dengan seragam sekolah masih melekat pada tubuhnya.
Ia merogoh saku celananya dan mengangkat telpon tersebut.
"Hallo, kamu kenapa sih dari tadi aku nelpon kok nggak diangkat-angkat," ucap seseorang dari seberang yang tak lain adalah Sinta
"Aku nggak kenapa-kenapa," jawab Ridho cuek dan langsung mematikan telpon itu.
Azan magrib terdengar besahut-sahutan membuat gadis yang duduk di meja belajarnya menghentikan aktivitas belajarnya. Ia segera masuk ke kamar mandi yang berada di dekat dapur dan mensucikan dirinya dengan wudhu untuk melakukan sholat Magrib.
Di tempat lain terlihat Ridho yang sibuk dengan handponenya memainkan game cacing. Ia sangat gregetan melihat cacingnya yang jalannya semakin lama semakin lambat.
"Aduh lama banget sih lo buruan makan, bikin kesel aja nih cacing," umpat Ridho pada cacing yang ada di layar handpone nya itu.
Tak lama kemudian terdengarlah suara azan olehnya.
"Eh udah azan, gue sholat apa nggak ya? Sholat aja deh, tapi gue males gimana ini. Walaupun males gue harus paksain buat sholat, gue ke mesjid aja deh sekarang."
Di mesjid terlihat Ridho yang berdiri di belakang imam. Ia melaksanakan sholat Magrib berjamaah di mesjid tersebut.
Setelah sholat dan berdoa Ridho pun pulang dengan berjalan kaki ke rumahnya karna jarak rumah sama mesjid itu tidak terlalu jauh.
"Habis dari mana lo Bro?" tanya Indra yang kebetulan lewat.
"Gue dari Mesjid," jawab Ridho.
Indra mengerutkan keningnya. "Hah dari mesjid nggak salah? Ngapain lo ke Mesjid?" tanyanya lagi.
"Ya sholat lah, terus ngapain lagi," jawab Ridho ketus.
Indra menempelkan punggung tangannya di kening teman sekaligus sahabatnya itu.
"Nggak panas, lo nggak salah minum obat kan? Kok tumben lo sholat? Sejak kapan lo tobat?" Indra masih kurang percaya apa yang dikatakan teman itu.
"Sejak tadi," jawab Ridho memasang wajah kesal terhadap pertanyaan teman nya yang satu itu.
Terimakasih telah membaca😇